Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk memahami makna konsep karya transformasi dalam era globalisasi, yaitu novel Arok-Dedes yang mengambil latar penciptaan cerita rakyat Pararaton. Novel Arok Dedes melakukan perlawanan terhadap karakterisasi tokoh-tokoh dan peristiwa-peristiwa dalam cerita rakyat Pararaton. Teori yang digunakan adalah teori intertekstual. Tokoh Arok dikenal sebagai anak yang berperilaku buruk dan penuh dosa, tetapi Arok mempunyai keinginan untuk menjadi raja. Arok bekerja sama dengan Dedes untuk membunuh Tunggul Ametung. Agar terhindar dari tuduhan melakukan pembunuhan, Arok memfitnah Kebo Ijo. Kudeta Arok terhadap Tunggul Ametung berhasil dan Arok dinobatkan menjadi raja menggantikan Tunggul Ametung. Di pihak lain, Dedes juga menginginkan menjadi raja menggantikan suaminya, tetapi tidak ada pendukungnya sehingga Dedes harus menerima hanya sebagai istri kedua Arok karena istri pertama Arok adalah Umang. Hasil penelitian, novel Arok-Dedes merupakan sebuah kritik sosial yang ditujukan kepada para penguasa. Saat ini, negara memerlukan sosok pemimpin yang bijaksana, mementingkan kesejahteraan rakyat, bukan kepentingan diri sendiri atau mementingkan kepentingan kelompoknya saja. Dalam era globalisasi, jika memilih pemimpin negara, harus selektif, artinya harus melihat latar belakang kehidupannya, perilakunya, bukan dengan jalan kudeta, perebutan kekuasaan, makar atau melempar batu sembunyi tangan. Kata Kunci: Dekonstruksi, Intertekstual, Kritik Sastra,Transformasi, dan Hipogram