Indonesia adalah negara kepulauan yang dikelilingi oleh Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, Lempeng Laut Filipina, dan Lempeng Pasifik. Interaksi antar lempeng tersebut menyebabkan Indonesia rawan akan bencana gempa bumi, gunung api, dan tsunami. Kota Surabaya adalah ibu kota Provinsi Jawa Timur sekaligus kota metropolitan terbesar di provinsi tersebut. Salah satu ancaman bencana di wilayah Surabaya berasal dari sesar Kendeng. Aktivitas dari sesar ini dapat menyebabkan deformasi di Kota Surabaya sehingga menimbulkan terjadinya gempa bumi. Maka dari itu, perlu adanya pengamatan deformasi secara berkala di Kota Surabaya pada titik-titik yang telah ditentukan. Salah satu metode yang dapat digunakan dalam pengamatan deformasi adalah metode Global Navigation Satellite System (GNSS) menggunakan data Global Positioning System (GPS).Dari hasil dan analisis pengolahan data GPS, diperoleh nilai besar dan arah kecepatan pergeseran. Pergeseran horizontal titik-titik pengamatan GPS di Kota Surabaya dominan menuju ke arah tenggara dengan rentang nilai kecepatan pergeseran antara 1,034 cm/tahun hingga 5,674 cm/tahun. Kecepatan pergeseran horizontal terkecil terjadi  pada BM16 dan terbesar pada BM23. Pada pergeseran vertikal, titik-titik selain BM23, BM29, dan BM24 mengalami subsidence dengan rentang nilai kecepatan pergeseranan antara -0,19 cm/tahun hingga -5,769 cm/tahun. Kecepatan pergeseran vertikal terkecil terjadi pada CSBY dan terbesar pada BM02.