Zaid bin Haritsah memiliki tampang dan perawakan yang biasa. Pendek dengan kulit cokelat kemerah-merahan, dan hidung agak pesek[6]. [butuh rujukan]
Zaid ditugaskan oleh Muhammad untuk membunuh seorang wanita tua bernama Ummu Qirfa. Kaki wanita itu diikat ke dua unta, dan unta bergerak sampai tubuhnya dilepas.[7][8] Kepalanya yang terpenggal kemudian diarak di jalan-jalan Madinah.[9]
Namun demikian ke-shahihan riwayat ini tidak terbukti seperti dijelaskan Adnan Ibrahim, seorang pengkhotbah kelahiran Gaza, warga kebangsaan Austria.
1) Cerita ini ada dalam :
a. Tobaqat Ibn Saad
b. Al-Muntazim Ibn Jauzi
c. Sirah Ibn Hisyam
d. Al-Bidayah Wan Nihayah -Ibn Kathir
2) Midar riwayah kisah ini adalah Muhamamd bin Umar Al-Waqidi
3) Imam Bukhari kata Al-Waqidi adalah Matrukul Hadis (Lihat: Tahzibul Kamal; Jil 26)
-Imam Ahmad kata dia itu Kazzab. Yahya bin Ma'in kata dia daif dan juga pernah kata "laisa bisyai'" (yakni tak bernilai)
-Abu Daud kata sampai kepadanya kata-kata Ali AlMadini bahawa Al-Waqidi meriwayatkan 30 ribu hadis gharib.
-Az-Zahabi kata : Mujmak dia ditinggalkan riwayatnya.
4) An-Nasai menyebutkan dalam Ad-dhu'afaa Wal Matrukin: Yang terkenal dengan penimpuan atas Muhammad ada 4 yaitu: Al-Waqidi di di Baghdad, Ibrahim bin Abi Yahya di Madinah, Muqatil bin Sulaiman di Khurasan dan Muhammad bin Abi Sa'id Al-Maslub di Syams.
5) Ramailah tokoh mentajrihkan Al Waqidi spt Imam Ahmad, Ibn Ma'in, Ali Al-Madini, Al-Hatim, Ibn Mubarak, dll.
6) Dalam Sunan Al-Kubra oleh Al-Baihaqi, cerita Ummu Qirfah ini berlaku pada zaman Abu Bakar dan beliau murtad dan diperangi oleh Abu Bakar.
7) Dalam Sirah Ibn Hisyam dan Bidayah Wan Nihayah , cerita ini daripada jalan Ibn Ishak tanpa sanad.
Kesimpulan:
Kisah Ummu Qirfah ini tidak saheh. Ringkasnya ia adalah riwayat dusta atas sirah Muhammad.
Dan (ingatlah), ketika engkau (Muhammad) berkata kepada orang yang telah diberi nikmat oleh Allah dan engkau (juga) telah memberi nikmat kepadanya, "Pertahankanlah terus istrimu dan bertakwalah kepada Allah," sedang engkau menyembunyikan di dalam hatimu apa yang akan dinyatakan oleh Allah, dan engkau takut kepada manusia, padahal Allah lebih berhak engkau takuti. Maka ketika Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap istrinya (menceraikannya), Kami nikahkan engkau dengan dia (Zainab) agar tidak ada keberatan bagi orang mukmin untuk (menikahi) istri-istri anak-anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan keperluannya terhadap istrinya. Dan ketetapan Allah itu pasti terjadi.
Zaid pada awal Islam mendapat nisbah nama kepada Nabi, sehingga dia menamai dirinya Zaid bin Muhammad. Namun, Allah di kemudian hari menurunkan wahyu-Nya berupa Surah al-Ahzab ayat 5 yang menerangkan bahwa anak-anak angkat tetap harus dipanggil dengan nama ayah kandung mereka, bukan ayah angkatnya. Setelah itu, Zaid mengatakan, "Aku adalah Zaid bin Haritsah." Hal ini dianggap menurunkan Zaid dari derajat mulia yang disandangnya sebelumnya. Oleh karena itu, Allah memuliakan Zaid dengan menurunkan ayat di atas yang secara eksplisit menyebutkan namanya.[11]
Keistimewaan Zaid Bin Haritsah
Berikut diantara keistimewaan Zaid bin Haritsah:
Satu-satunya sahabat yang namanya termaktub dalam Al-Qur'an. Allah berfirman: Maka ketika Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap istrinya (menceraikannya), Kami nikahkan engkau dengan dia (Zainab) agar tidak ada keberatan bagi orang mukmin untuk (menikahi) istri-istri anak-anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan keperluannya terhadap istrinya. Dan ketetapan Allah itu pasti terjadi (AL Ahzab: 37)[6]
Termasuk kedalam golongan assabiqunal Awwalun, atau kelompok yang pertama kali masuk Islam, bahkan termasuk orang kedua setelah khadijah yang masuk kedalam Islam.[6]
Dipilih Muhammad sebagai panglima perang Mut'ah. Bahkan Aisyah berkata, "Setiap Rosulallah sholallahu alaihi wasallam mengirimkan suatu pasukan yang disertai Zaid, ia selalu diangkat Nabi jadi pemimpinnya. Seandainya ia masih hidup sesudah Rosulallah sholallahu alaihi wasallam, tentula ia akan diangkatnya sebagai Khalifah".[6]
Merupakan Anak angkat Muhammad. Muhammad bersabda, "Saksikanlah oleh kalian semua, bahwa mulai saat ini, Zaid adalah anakku yang akan menjadi ahli warisku dan aku menjadi ahli warisnya". Meskipun dalam hal waris mewarisi ini di luruskan oleh Allah azza wajalla dalam surah Al Ahzab: 4, bahwa anak angkat tidak sama dengan anak kandung. Tetap hal ini semakin menunjukkan kemuliaan Zaid bin Haritsah.[6]
^ abcdefMuhammad Khalid, Khalid (Robiul Akhir, 1439 H). Biografi 60 Sahabat Nabi. Jakarta Timur: Ummul Qura. hlm. 264–273. ISBN9786029896886.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan); Periksa nilai tanggal di: |date= (bantuan)
^The History of Al-Tabari: the Victory of Islam. trans. Michael Fishbein. SUNYP. 1997. hlm. 95–97.
^The Muslim Empire and the Land of Gold, p.287, Rodney J. Phillips, Strategic book publishing
^Al-Jamal, Khalkl Abd al-Karim Manshurat. Al-Nass Al-Muasas wa Mujtamauhu. hlm. 174.
^Nasution, Syamruddin (2013). Sejarah Peradaban Islam(PDF). Pekanbaru: Yayasan Pusaka Riau. hlm. 52.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
Al-Mishri, Mahmud (2015). Muhammad Ali, Lc., ed. Ensiklopedi Sahabat: Biografi Profil Teladan 104 Sahabat Nabi Generasi Terbaik Umat Islam Sepanjang Sejarah. Jilid 2. Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi'i. ISBN978-602-9183-91-7.
Ibn Sa'ad, Abu Abdillah Muhammad (1990). Muhammad Abdul-Qadir Atha, ed. Al-Ṭabaqāt al-Kubrā (dalam bahasa Arab). Jilid 3. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-07-20. Diakses tanggal 2017-08-24.