Yoga menggunakan alat peraga merupakan yoga yang memanfaatkan alat peraga seperti kursi, bata yoga, ikat pinggang, matras yoga, selimut, guling, dan tali pengikat.[2] Alat peraga tersebut digunakan dalam yoga sebagai latihan untuk membantu penyelarasan yang benar dalam sikap duduk, untuk memudahkan dalam latihan mindful yoga, untuk memungkinkan pose yang dilakukan dalam Yoga Yin dapat dilakukan dengan waktu yang lebih lama di mana alat peraga memungkinkan otot untuk rileks dan memungkinkan orang dengan gerakan terbatas (seperti tubuh yang kaku, cedera, atau artritis) untuk melanjutkan latihannya. Satu alat peraga yaitu tali yoga, memiliki sejarah kuno yang telah digambarkan dalam patung kuil dan dijelaskan dalam manuskrip dari zaman kuno dan abad pertengahan; tali yoga digunakan dalam Yogapattasana, pose meditasi duduk dengan kaki disilangkan dan didukung oleh tali. Di zaman modern, penggunaan alat peraga dikaitkan terutama dengan ahli yoga BKS Iyengar; gaya disiplinnya membutuhkan alat peraga termasuk ikat pinggang, batu bata, dan tali.
Sejarah
Yogapaṭṭa dalam patung
Praktek yoga sebagai latihan merupkan hal yang modern, meskipun beberapa sikap duduk merupakan hal kuno dan banyak lagi dari abad pertengahan. Sekitar 2000 tahun yang lalu, sebuah pita atau tali kain dipakai untuk menopang tubuh dalam satu sikap duduk khususnya; tali ini adalah yogapaṭṭa, sebuah istilah yang didefinisikan dalam kamus Sansekerta-Inggris Monier Monier-Williams. Tali seperti itu digambarkan dalam patung relief di Stupa Agung Sanchi di Madhya Pradesh yang tertanggal 50 SM hingga 50 M, juga dalam patung lain dari abad ke-7 M di Mamallapuram dan Ellora, dan dari abad ke-14 di Hampi.[3]
Patung
Yogi (kanan atas) menggunakan tali pada pahatan relief Syama Jataka, Stupa Agung Sanchi, tahun 50 SM sampai 50 M.
Yogi (tengah) menggunakan tali di pinggang dan kaki, Gua Mahabalipuram, abad ke-7.
Yoga Narasimha dengan tali yogapaṭṭa, Hampi, Karnataka, abad ke-14.
Sopāśraya asana
Bukti tekstual dimulai dengan komentar kuno dari bhāṣya terhadap Sutra Yoga Patanjali yang menyebutkan sebuah sikap duduk yang disebut sopāśraya yang berarti "dengan dukungan". Hal ini ditafsirkan oleh komentator abad pertengahan seperti Tattvavaiśāradī di abad ke-10, Vācaspati dan Yogavarttika pada abad ke-16 dalam karya Vijñānabhikṣu sebagai penggunaan tali yogapaṭṭa.[3][4]Rītattvanidhi di abad ke-19 menggambarkan sikap duduk bernama yogapaṭṭāsana (postur dengan tali yoga) dengan pita diikatkan di sekitar kaki yang terlipat. Norman Sjoman menyatakan bahwa ini tampaknya merupakan pose meditasi alternatif ketika punggung yogi membutuhkan dukungan tambahan.[3][5]
Dalam ilustrasi
Lukisan para yogi Nath pada kunjungan Babur tahun 1519 ke Gorkhatri. Seorang yogi menggunakan tali untuk menopang posenya. 1590-1593
Yogapaṭṭāsana, "postur dengan tali yoga", dalam Sritattvanidhi, abad ke-19.
Penopang meditasi stambha
Sankara menggarisbawahi postur yang disebutkan oleh Patanjali sebagai "Yang Satu dengan Penopang adalah dengan tali yoga atau dengan penyangga seperti kruk";[6] kemudian para komentator seperti Vācaspati, Hemacandra, dan Vijñānabhiku berbicara tentang postur yang hanya sebagai menggunakan tali. Namun, cendekiawan James Mallinson berkomentar bahwa kruk (stambha atau adhari) terlihat baik dalam lukisan miniatur yogi dan digunakan saat ini (di India).[6][7] Mallinson menyatakan bahwa tongkat meditasi digunakan secara luas di antara para petapa sejak abad ke-16 dan seterusnya; dia telah melakukan perjalanan ke India untuk mengunjungi praktisi yoga hatha, dan menggambarkan penggunaan kruk sebagai "sesuatu yang langka pada saat ini, tetapi bukan tidak diketahui" serta memberikan foto seorang yogi di ritual Kumbh Mela pada 2010 di Haridwar sebagai bukti.[7]
Praktik modern
Untuk keselarasan yang benar
Kursi dan alat peraga lainnya digunakan secara luas di beberapa sekolah yoga modern sebagai latihan. Penggunaan alat peraga dipelopori di Iyengar Yoga untuk memungkinkan para siswa bekerja dengan keselarasan yang benar, baik sebagai pemula maupun dalam sikap duduk tingkat lanjut dengan dukungan yang sesuai.[9] Iyengar Yoga diciptakan oleh B.K.S. Iyengar, seorang murid dari pelopor yoga Tirumalai Krishnamacharya dan dijelaskan dalam bukunya yang otoritatif Light on Yoga pada 1996.[10]Andrea Jain yang merupakan pakar agama mengamati bahwa buku itu "meresepkan sistem yoga postural yang sepenuhnya individualistis"[11] yang "ketat dan disiplin"[11] serta membutuhkan alat peraga seperti "ikat pinggang, bata yoga, dan tali".[11] Alat peraga berfungsi untuk membimbing praktisi daripada memberikan dukungan.[12]
Untuk memudahkan dalam praktek
Cyndi Lee yang merupakan pendiri OM Yoga Center menjelaskan penggunaan alat peraga sebagai bagian dari latihan Mindful Yoga. Dia menulis bahwa siswa yang terbiasa dengan yoga vinyasa "lebih suka mengejan dan mendengus" dengan mencoba menyentuh jari kaki mereka yang dapat membahayakan punggung mereka, daripada menggunakan alat peraga seperti sabuk yoga atau bata yoga untuk mengurangi ketegangan atau mengangkat/menaikkan panggul.[13] Para siswa mengabaikannya dan berpikir bahwa "kemudahan dalam latihan mereka ... berarti mudah dan itu lemah. Tidak cukup tantangan, membosankan, terlalu lambat."[13] Dia menemukan bahwa ini secara bertahap berubah ketika para siswa mengenali duhkha yang dia definisikan sebagai rasa sakit yang berasal dari mengabaikan realitas suatu situasi. Dalam pandangannya, menggunakan alat peraga yoga adalah bentuk ahimsa (praktik yoga non-kekerasan) yang menghindari keinginan atau ego yang melawan tubuh.[13]
Untuk Yin Yoga
Bernie Clark yang merupakan ahli Yin Yoga menulis bahwa banyak siswa yoga melihat alat peraga sebagai "bentuk kecurangan";[14] mungkin karena para siswa merasa bahwa alat peraga digunakan dalam sesi yoga restoratif dan alat peraga tidak cocok untuk siswa lain. Clark menentangnya bahwa alat peraga menawarkan banyak manfaat, seperti meningkatkan atau mengurangi stres di area tertentu, menciptakan panjang dan ruang; membuat posisi tertentu dapat diakses sehingga memberikan dukungan dan memungkinkan melepas ketegangan pada otot,dan meningkatkan kenyamanan, memungkinkan postur dipertahankan untuk jangka waktu yang lebih lama. Manfaat ini terutama lebih terlihat dalam latihan yang lebih lambat seperti Yoga Yin.[14] Clark mengutip pendiri Insight Yoga, Sarah Powers, yang menulis bahwa "ketika tulang terasa ditopang, otot bisa rileks".[14] Dia berkomentar bahwa praktisi yang sangat berpengalaman dapat dengan mudah kehilangan manfaat ini karena merasa bahwa mereka tidak membutuhkan alat peraga, tetapi mereka mungkin bahkan menemukannya dalam "Pose Kupu-Kupu" (versi Yoga Yin dari Baddha Konasana) bahwa menopang lutut dengan bata yoga memungkinkan otot-otot yang tidak mereka ketahui sedang digunakan untuk "bersantai", mentransfer tekanan sikap duduk ke fasia.[14] Dia mencantumkan berbagai macam alat peraga di luar yang paling umum digunakan, dan menyarankan kegunaannya.[14]
Untuk masuk lebih dalam ke pose
Ahli yoga terkemuka Iyengar Dean Lerner, dalam Yoga Journal menyatakan bahwa manfaat alat peraga tergantung pada pengalaman, kedewasaan, dan kemampuan praktisi; seorang siswa dewasa dapat mengaktifkan "penetrasi halus ke dalam pose dan keberadaan seseorang".[15] Para siswa mungkin takut, Dean mencatat bahwa pose terbalik seperti Shirshasana (yoga headstand) dengan berlatih di dinding dapat membuat siswa belajar untuk menguasai rasa takut akan jatuh,dan kemudian dapat terus berlatih untuk mengembangkan stabilitas, keselarasan yang benar, dan keseimbangan yang halus.[15] Dia menambahkan bahwa alat peraga juga dapat digunakan untuk memungkinkan pose diadakan untuk durasi yang lebih lama, mengembangkan stabilitas pikiran dan tubuh, serta ketenangan dan konsentrasi; Dean juga mengatakan bahwa alat peraga memungkinkan pikiran untuk menarik ke dalam dan mengembangkan objektivitas dan kerendahan hati yang merupakan sebuah langkah dalam perjalanan menuju diri.[15]
Saat gerakan dibatasi
Yoga sebagai terapi merupakan yoga yang menggunakan sikap duduk sebagai bentuk latihan dan relaksasi yang lembut dan juga diterapkan secara khusus dengan tujuan meningkatkan kesehatan. Hal ini mungkin melibatkan meditasi, perumpamaan, latihan pernapasan (pranayama), dan musik di samping latihan. Sebuah tinjauan sistematis pada 2013 menemukan efek menguntungkan dari yoga pada nyeri punggung bawah.[16]
Easy Does It Yoga karya Alice Christensen yang pertama kali dijelaskan pada 1979, menggunakan "latihan kursi" di samping yang lain di lantai atau tempat tidur, dan dalam edisi selanjutnya juga di kolam renang atau berbaring di tempat tidur atau lantai untuk praktisi yang lebih tua dengan gerakan terbatas.[17]
Lakshmi Voelker-Binder menciptakan pendekatan bernama Chair Yoga pada tahun 1982 yang dirinya melihat bahwa salah satu muridnya, yang baru berusia tiga puluhan tidak dapat melakukan pose lantai karena artritis.[18] Ahli yoga dan penulis Lynn Lehmkuhl menggambarkan Chair Yoga sebagai aspek yang paling cepat berkembang di pasar yoga pada tahun 2013, mendorongnya untuk mengikuti pelatihan guru yoga dengan Voelker-Binder.[19]
Untuk mencegah tergelincir
Matras yoga telah ada di mana-mana dalam praktik yoga sebagai latihan, bahkan mungkin tidak dianggap sebagai salah satu alat peraga dalam yoga.[20] Fungsi utamanya adalah[21] untuk mencegah tergelincir, meskipun juga memberikan permukaan yang lebih nyaman seperti untuk pose berlutut.[21] Matras mungkin sama-sama menandai wilayah di kelas yang ramai, atau membuat ruang ritual saat matras dibuka untuk memulai sesi dan digulung di akhir sesi.[22][23]
^"Das Studio" (dalam bahasa Jerman). Yogashala Munchen. Diarsipkan dari versi asli tanggal 25 Juli 2021. Diakses tanggal 2022-02-20.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Inc, Active Interest Media (2006-12). Yoga Journal (dalam bahasa Inggris). Active Interest Media, Inc. hlm. 119–122.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan); Periksa nilai tanggal di: |date= (bantuan)