Frasa "Yang Lanjut Usianya" telah mengilhami penciptaan karya-karya seni rupa dan seni musik yang mengangkat aspek-aspek kekekalan yang dipadukan dengan kesempurnaan. Salah satu contohnya adalah gambar cat air dan etsa karya William Blake yang diberi judul Yang Lanjut Usianya.
Sementara aku terus melihat, takhta-takhta diletakkan, lalu duduklah Yang Lanjut Usianya; pakaian-Nya putih seperti salju dan rambut-Nya bersih seperti bulu domba; kursi-Nya dari nyala api dengan roda-rodanya dari api yang berkobar-kobar.
Zohar, dokumen cikal bakal Kabalah yang muncul pada abad ke-13 di Spanyol, menyebut-nyebut tentang Sang Purba Segala Purba, dan Sang Purba Mahakudus (Atika Kadisya), yang ditafsirkan sebagai sebutan-sebutan lain bagi Ein Sof, Keallahan yang tak termanifestasikan. Yang Lanjut Usianya adalah manifestasi dari Sang Purba Segala Purba di dalam Penciptaan, mengacu kepada sumber primer (sumber purba) penciptaan di dalam Keter (mercu) kehendak ilahi.
Apabila Penghakiman mengemuka dan kening Yang Tidak Sabaran tersingkap, kening Sang Purba Segala Purba tersingkap, maka pudarlah Penghakiman dan batal terselenggara.
Di dalam Kabalah Luria yang muncul pada abad ke-16, Atik Yomin dianggap sebagai Partsuf (paras/konfigurasi Ilahi) tertinggi dalam pemurnian AlamAtsilut (Alam Emanasi) sesudah "memecahkan bejana-bejana sefirot". Keter Alam Atsilut bertindak sebagai motivasi ilahi yang menjadi penuntun di dalam penciptaan, dengan berkembang menjadi dua partsufim, yakni Atik Yomin (Yang Lanjut Usianya) dan Arik Anpin (Yang Mahasabar). Atik Yomin adalah partsuf-dalam dari Keter dan sinonim dengan Kesukaan Ilahi, yang terselubung oleh dan memotivasi Arik Anpin, partsuf-luar dari Keter yang sinonim dengan Kehendak Ilahi. Arik Anpin dikatakan meluas ke semua tingkat Penciptaan dalam wujud yang lebih tersingkap sebagai lapis-dasar ilahi yang melandasi segala sesuatu. Zohar selanjutnya dengan terperinci memaparkan Kepala Putih Allah dan emanasi kepribadian atau atribut-atribut antropomorfis.[3] Di dalam penjelasan Luria mengenai alam-alam turunan, Gulgalta (Kehendak "Tengkorak"-Keter) di dalam Arik Anpin yang membungkus Khesed (Kebajikan) Atik Yomin, menjadi sumber cahaya Alam Atsilut. Mokha Stima'ah (Hikmat "Benak Tersingkap"-Hokmah) di dalam Arik Anpin yang membungkus Gevurah (Ketegasan) Atik Yomin, menjadi sumber bejana-bejana Alam Atsilut.[4]Dikna (Janggut) Arik Anpinmempersempit pancaran cahaya ananta Atik Yomin di dalam 13 saluranpelurus menjadi realitas nisbi tidak ananta yang lebih rendah.[5] Di dalam Re’uyot Yehezkel (Penglihatan Yehezkiel), sebuah karya tulis mistisisme Merkabah, Yang Lanjut Usianya diidentifikasi sebagai Metatron.[6]
Agama Kristen
Kristen Timur
Dalam madah-madah dan ikon-ikon Kristen Ortodoks Timur, Yang Lanjut Usianya kadang-kadang diidentikkan dengan Allah Bapa dan sesekali dengan Roh Kudus, tetapi seturut teologi Ortodoks lebih lazim diidentikkan dengan Allah Putra atau Yesus. Rata-rata para Bapa Gereja Timur yang mengulas ayat-ayat Kitab Daniel (pasal 7 ayat 9-10, dan ayat 13–14) menafsirkan sosok sepuh tersebut sebagai pewahyuan diri Sang Putra sebelum berinkarnasi menjadi manusia.[7]
Inilah sebabnya karya-karya seni rupa Kristen Timur kadang-kadang menggambarkan Yesus Kristus sebagai orang tua, Yang Lanjut Usianya, untuk menunjukkan secara simbolis bahwa Yesus Kristus sudah ada sedari kekal. Kadang-kadang pula Yesus Kristus digambarkan sebagai seorang pemuda atau seorang bayi yang penuh hikmat, untuk menggambarkan sosok inkarnasinya. Ikonografi Yesus Kristus muncul pada abad ke-6, khususnya di Kekaisaran Romawi Timur, dengan gambar-gambar yang menampilkannya sebagai orang yang tampak sudah tua, meskipun gambar-gambar tersebut tidak secara khusus disebut sebagai penggambaran "Yang Lanjut Usianya."[8] Gambar-gambar pertama Yang Lanjut Usianya (disebut demikian karena bertuliskan frasa "Yang Lanjut Usianya") direka cipta para ikonografer di dalam berbagai naskah. Yang tertua di antaranya berasal dari abad ke-11. Pada gambar-gambar tersebut tertera tulisan "Yesus Kristus, Yang Lanjut Usianya", dan dengan demikian mengukuhkan kenyataan bahwa gambar-gambar tersebut adalah salah satu cara mengidentifikasi Kristus sebagai pribadi yang prakekal bersama Allah Bapa.[9] Kemudian hari, dalam Sinode Agung Moskwa tahun 1667, Gereja Ortodoks Rusia menegaskan bahwa Yang Lanjut Usianya adalah Sang Putra, bukan Sang Bapa.[10]
Kristen Barat
Di Gereja Barat, gambaran-gambaran serupa biasanya dipakai untuk melambangkan Allah Bapa. Misalnya saja Tomas Aquinas yang mengidentikkan Yang Lanjut Usianya dengan Allah sembari mengutip pernyataan Hilarius dari Poitiers bahwa "kekekalan berada di dalam Sang Bapa".[11]
Kitab Daniel juga menyebut-nyebut tentang "seorang seperti anak manusia", yang dibawa ke hadapan Yang Lanjut Usianya, dan diserahi "kekuasaan dan kemuliaan dan kekuasaan sebagai raja, maka orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa mengabdi kepadanya" (Daniel 7:13–14). Sejumlah pengulas Alkitab memahami nas ini sebagai penggambaran pengaruniaan kedaulatan atas sebuah kerajaan yang tidak berkesudahan oleh Allah Bapa kepada Yesus (yang kerap disebut "Anak Manusia"), dan oleh karena itu menyiratkan bahwa Yang Lanjut Usianya tidak sama dengan Yesus. Penglihatan Daniel ini sudah diketahui sebagai "satu-satunya penglihatan yang menampilkan kedua sosok tersebut dalam posisi berhadap-hadapan".[7]
Di antara pseudopigrafa Kristen purba, Kitab Henokh menyebutkan bahwa pribadi yang disebut "Anak Manusia," yang wujud sebelum segala dunia jadi, dilihat Henokh bersama-sama dengan "Yang Lanjut Usianya".[12][13]
^"Glossary entry for Ancient of Days". Diarsipkan dari versi asli tanggal 02 Juli 2007. Diakses tanggal 02 Juli 2007.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan); Periksa nilai tanggal di: |access-date=, |archive-date= (bantuan)
^[1] Pelurusan di dalam Keter Alam Atsilut dari situs web inner.org
^[2] Pelurusan di dalam Keter Alam Atsilut dari situs web inner.org
^Naskah-naskah yang memuat gambar Yang Lanjut Usianya diulas dalam disertasi Gretchen Kreahling McKay (tidak dipublikasikan) berjudul "Imaging the Divine: A Study of the Representations of the Ancient of Days in Byzantine Manuscripts," Universitas Virginia, 1997.
^The Tome of the Great Council of Moscow (1666-1667 A.D.), Bab 2, Halaman 43-45; terjemahan Hierodiakon Lev Puhalo, Canadian Orthodox Missionary Journal
^"Book of Enoch". Pseudepigrapha: An Account of Certain Apocryphal Sacred Writings of the Jews and Early Christians. Christian Classics Etherial Library. Diakses tanggal 2 Juli 2011.