Dr. (H.C.) K.H. Yahya Cholil Staquf dikenal juga dengan sapaan Gus Yahya (lahir 16 Februari 1966 di Rembang) adalah ulama Indonesia yang saat ini menjabat sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) masa khidmat 2022-2027, sebelumnya pada masa khidmat 2015-2021 ia menjabat sebagai Katib 'Aam PBNU. Gus Yahya adalah putra ulama K.H. M. Cholil Bisri, keponakan dari K.H. A. Mustofa Bisri, dan juga kakak kandung dari Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas. Gus Yahya juga menjadi salah satu pengasuh di Pondok Pesantren Roudlotut Tholibin, Leteh, Rembang.[1]
Pendidikan
Riwayat pendidikan Gus Yahya tercatat pernah menimba ilmu di pesantren asuhan KH. Ali Maksum di Madrasah Al Munawwir Krapyak, Bantul. Alumni SMA Negeri 1 Yogyakarta. Pada jenjang pendidikan tinggi, ia tercatat pernah menempuh pendidikan Jurusan Sosiologi di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada. Pada saat menjadi mahasiswa, ia juga aktif dalam Organisasi Ekstra Kampus sebagai Ketua Umum Komisariat Fisipol UGM Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Yogyakarta Periode 1986-1987.[2]
Kiprah
Kiprah di Nahdlatul Ulama
Kiprah Yahya Cholil Staquf di NU adalah sebagai Katib 'Aam PBNU masa khidmat 2015-2020.[3] Pada Muktamar NU ke 34 di Lampung, Gus Yahya terpilih sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) masa khidmat 2022-2027 yang sebelumnya dijabat dua periode oleh Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj, M.A. [4]
Kiprah di Politik dan Pemerintahan
Gus Yahya pernah menjadi juru bicara Presiden Republik Indonesia KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Kemudian pada 31 Mei 2018, Gus Yahya dilantik oleh Presiden Jokowi sebagai salah satu Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) di Istana Negara, DKI Jakarta.[2]
Kiprah di Kancah Global
Pada tahun 2014, Gus Yahya tercatat sebagai salah satu inisiator pendiri institut keagamaan di California, Amerika Serikat yaitu Bait ar-Rahmah li ad-Da’wa al-Islamiyah Rahmatan li al-'Alamin yang mengkaji agama Islam untuk perdamaian dan rahmat alam.
Ia juga pernah dipercaya menjadi tenaga ahli perumus kebijakan pada Dewan Eksekutif Agama-Agama di Amerika Serikat-Indonesia yang didirikan berdasarkan perjanjian bilateral yang ditandatangani oleh Presiden Obama dan Presiden Jokowi pada Oktober 2015 untuk menjalin kemitraan strategis antara Amerika Serikat dan Indonesia.[5]
Gus Yahya juga pernah didaulat sebagai utusan Pimpinan Pusat GP Ansor dan PKB untuk jaringan politik tersebar di Eropa dan Dunia, Centrist Democrat International (CD), dan European People’s Party (EPP). Selain itu, American Jewish Committee (AJC) pernah mengundangnya berpidato tentang resolusi konflik keagamaan di sana dan menawarkan gagasan bernas.[5]
Gus Yahya sering didaulat menjadi pembicara internasional di luar negeri. Seperti pada Juni 2018, Yahya menjadi pembicara dalam forum American Jewish Committee (AJC) di Israel. Dalam forum ini, Gus Yahya menyuarakan menyerukan konsep rahmat, sebagai solusi bagi konflik dunia, termasuk konflik yang disebabkan agama. Ia menawarkan perdamaian dunia melalui jalur-jalur penguatan pemahaman agama yang damai.[2]
Pada 15 Juli 2021, Gus Yahya mendapatkan apresiasi tinggi dari tokoh-tokoh perdamaian dunia dalam perhelatan International Religious Freedom (IRF) Summit, di Washington, DC, Amerika Serikat. Dalam kesempatan itu, Gus Yahya menyampaikan pidato kunci dengan judul “The Rising Tide of Religious Nationalism” (Pasang Naik Nasionalisme Religius).
Pada hari ketiga konferensi tingkat tinggi (KTT) tersebut Gus Yahya mendapat apresiasi dari tokoh-tokoh dunia. Gus Yahya menjelaskan bahwa dinamika bangkitnya nasionalisme religius merupakan bagian metode untuk pertahanan ketika suatu kelompok agama yang biasanya merupakan mayoritas di negaranya merasa terancam secara budaya. Menurut Gus Yahya, kebangkitan ini pun tidak terelakkan lantaran dunia tengah bergulat dalam persaingan antar-nilai untuk menentukan corak peradaban di masa depan. Selain itu, dinamika internasional telah mengarah pada perwujudan satu peradaban global yang tunggal dan saling berbaur. Pihaknya mempertegas bahwa persaingan yang sengit ini berpotensi besar memicu permusuhan dan kekerasan. Maka dari itu, Gus Yahya mendorong berbagai elemen di dunia menemukan cara untuk mengelolanya sebelum telanjur meletus konflik global yang kian parah.
Daftar rujukan
- ^ Fathuddin, Agus (18 Juli 2021). "Yahya Staquf Tawarkan Strategi Perdamaian Global Model NU, Dipuji di IRF Summit". Suaramerdeka.com. Diakses tanggal 13 November 2021.
- ^ a b c Hendartyo, Muhammad (12 Oktober 2021). Wibowo, Eko Ari, ed. "Profil Yahya Staquf, Salah Satu Calon Ketua Umum PBNU". Tempo.co. Diakses tanggal 13 November 2021.
- ^ Tirto.id. "Profil Yahya Cholil Tsaquf". Tirto.id. Diakses tanggal 13 November 2021.
- ^ Wicaksono, Adhi (23 Desember 2021). "Yahya Staquf Terpilih Jadi Ketum PBNU Kalahkan Said Aqil di Muktamar". CNN Indonesia. Diakses tanggal 23 Desember 2021.
- ^ a b Kabartangsel.com (22 Desember 2020). "Profil dan Biodata Lengkap KH. Yahya Cholil Staquf". Kabartangsel.com. Diakses tanggal 13 November 2021.
Referensi
- Syakir, Muhammad. "Terpilih sebagai Ketua Umum PBNU 2021-2026, Ini Profil Gus Yahya" dalam https://www.nu.or.id/nasional/terpilih-sebagai-ketua-umum-pbnu-2021-2026-ini-profil-gus-yahya-l6SxY, diakses pada 27 Desember 2021
- Jumat, 24 Desember 2021, "Sah! Gus Yahya Terpilih Ketua Umum PBNU 2021-2026" dikses pada 19 Januari 2022
- Habiburrohman, "Inilah Profil Gus Yahya Ketua Umum PBNU Masa Khidmat 2021-2026" dalam https://jatim.nu.or.id/metropolis/inilah-profil-gus-yahya-ketua-umum-pbnu-masa-khidmat-2021-2026-LIUhh, diakses pada 27 Desember 2021