Bentuk huruf W pada dasarnya merupakan dwihuruf VV. Huruf V berasal dari huruf upsilon dalam alfabet Yunani. Upsilon berasal dari huruf Fenisiawaw, yang berasal dari huruf Proto-Semitik dengan fungsi yang sama. Sesungguhnya waw melambangkan bunyi /v/, tetapi bangsa Yunani mengadaptasinya untuk lambang bunyi /u/. Oleh bangsa Romawi, bentuk upsilon diubah menjadi V tetapi nilai bunyinya tetap dipertahankan (/u/).
Kemudian fonem/w/ dalam bahasa Jermanik ditulis ‹vv› (v yang digandakan), atau, sama dengan (‹u› menjadi berbeda dari ‹v› pada masa Modern Awal) ‹uu› (u yang digandakan) pada abad ke-7 atau ke-8 oleh para juri tulis bahasa Inggris Kuno dan bahasa Jerman Hulu Kuno.[1] Sebaliknya, dalam alfabet Goth digunakan huruf Υ (upsilon) dari Yunani untuk bunyi yang sama.
Dari dwihuruf ‹uu› itulah nama "double U" pada masa kini berasal. Dwihuruf itu biasanya digunakan pada ejaan kata-kata bahasa Jerman Hulu Kuno, tetapi hanya bersifat sporadis pada bahasa Inggris Kuno, yang biasanya menggunakan huruf Runewynn (‹Ƿ›) untuk mewakili bunyi /w/. Pada bahasa Inggris Pertengahan awal, tak lama setelah Penaklukan Normandia di Inggris pada abad ke-11, ‹uu› menjadi terkenal dan pada tahun 1300-an, dwihuruf itu menggantikan penggunaan wynn pada umumnya.
Bentuk dari dwihuruf ‹vv› menjadi huruf ‹w› yang berbeda terjadi secara bertahap, dan tampak jelas pada abecedarium, pengurutan eksplisit seluruh huruf individual. Huruf itu dianggap sebagai huruf yang berbeda pada abad ke-14 dalam ortografi bahasa Inggris dan Jerman Pertengahan, meskipun terasa asing dan tidak dianggap sebagai bagian dari alfabet Latin yang sesungguhnya, seperti yang diungkapkan oleh Valentin Ickelsamer pada abad ke-16, yang mengeluh bahwa:
w yang jelek, terkenal secara negatif dan tidak diketahui bahwa banyak orang yang mengetahui nama maupun bentuknya, bukan bagi orang-orang yang ingin menjadi ahli bahasa Latin, karena mereka tidak membutuhkannya, bukan pula orang Jerman, bahkan guru di sekolah tidak tahu apa maksudnya atau bagaimana menyebutnya; beberapa menyebutnya we, [... yang lain] menyebutnya uu, [...] orang Swabia menyebutnya auwawau[2]
Dalam bahasa Jerman Hulu Pertengahan (dan mungkin sudah ada pada akhir Jerman Hulu Kuno), fonem Jermanik Barat /w/ direalisasikan menjadi [v]; maka dari itu ‹w› di Jerman sekarang melambangkan bunyi [v]. Tidak ada perbedaan fonologi antara [w] dan [v] dalam bahasa Jerman dan bunyi [w] masih terdengar secara alofon pada ‹w›, khususnya pada kluster ‹schw›, disamping [kw] pada ‹qu›.
Dalam bahasa Belanda huruf itu menjadi lambang konsonan hampiran bibir-gigi (/ʋ/; pengecualian pada kata-kata dengan -‹eeuw›, dibaca /eːβ/, atau diftong lainnya yang mengandung -‹uw›). Secara dialek, pada berbagai wilayah penutur bahasa Belanda seperti Flanders dan Suriname, pelafalan /β/ digunakan setiap saat.
Penggunaan
Cuma ada beberapa bahasa Eropa masa kini yang memakai huruf W dalam kata-kata aslinya, yaitu bahasa Belanda, Breton, Frisia, Inggris, Kashubia, Kernowek, Jerman, Jerman Hilir, Polandia, Wales, dan Walloon. Dalam bahasa Inggris bunyinya /w/, dalam bahasa Jerman dan Polandia bunyinya /v/ (bahasa Poland memakai huruf Ł bagi /w/), sementara dalam bahasa Belanda bunyinya /ʋ/. Bahasa Wales dan Kernowek juga memakai huruf W untuk menandakan bunyi vokal dan konsonan, tetapi tidak seperti bahasa lainnya, mereka menggunakan W untuk melambangkan vokal /u/ yang erat kaitannya dengan konsonan hampiran /w/. Bahasa Inggris juga mengandung beberapa kata-kata bermula dengan w tidak diucapkan sebelum pelafalan r (dalam beberapa dialek), sisa bahasa Anglo-Saxon yang melafalkan w: wreak, wrap, wreck, wrench, wroth, wrinkle, dan sebagainya.
Dalam Alfabet Fonetik Internasional, /w/ melambangkan konsonan hampiran langit-langit belakang terbibirkan, yaitu seperti "w" pada kata "wayang."
Dalam bahasa Arab, "W" dialihaksarakan menggunakan huruf kedua dari akhir abjad, و (wau).
Bahasa Belarusia menggunakan analog "W", "Ў", dilafalkan seperti /w/ dalam bahasa Indonesia.
Dalam alfabet bahasa Finlandia, "W" dipandang sebagai variasi dari "V" dan bukan huruf yang berbeda. Huruf itu diakui dan masih dipakai pada beberapa ejaan nama-nama kuno, mencerminkan standar ejaan Jerman sebelumnya, dan pada beberapa kata serapan. Pada semua keadaan huruf itu dilafalkan /v/.
Dalam sistem tulisan sebagian besar bahasa-bahasa Roman masa kini (kecuali di penghujung Prancis Utara dan bahasa Walloon), W jarang digunakan, dan sering ditemukan pada nama-nama asing dan kata-kata pinjaman (le week-end, il watt, el kiwi). Saat ejaan untuk bunyi /w/ pada kata-kata asli dari bahasa tersebut diperlukan, ejaan dari alfabet Latin aslinya, seperti V, U, atau OU, dapat dipakai menggantikannya. Hal yang sama ditemukan pada alfabet bahasa Denmark dan alfabet bahasa Swedia, masing-masing sampai tahun 1980 dan 2006, saat huruf itu secara resmi diakui sebagai huruf tersendiri.
Huruf W juga digunakan dalam beberapa cabang ilmu pasti. Dalam Kimia, W adalah simbol kimia untuk Wolfram (Tungsten). Dalam Fisika, W (huruf besar) dipakai sebagai simbol usaha sedangkan w (huruf kecil) simbol berat.
^"arm w ist so unmer und unbekannt, dasz man schier weder seinen namen noch sein gestalt waiszt, die Lateiner wöllen sein nit, wie sy dann auch sein nit bedürffen, so wissen die Teütschen sonderlich die schlmaister noch nitt was sy mit im machen oder wie sy in nennen sollen, an ettlichen enden nennet man in we, die aber ein wenig latein haben gesehen, die nennen in mit zwaien unterschidlichen lauten u auff ainander, also uu ... die Schwaben nennen in auwawau, wiewol ich disen kauderwelschen namen also versteh, das es drey u sein, auff grob schwäbisch au genennet." cited after Grimm, Deutsches Wörterbuch.