USS[note 1]Langley (CV-1 / AV-3) adalah kapal induk pertama Angkatan Laut Amerika Serikat, yang dikonversi pada tahun 1920 dari kapal angkut batu bara USS Jupiter (AC-3), dan juga kapal bertenaga turbo-listrik Angkatan Laut Amerika Serikat pertama. Konversi kapal angkut batu bara lainnya telah direncanakan, namun dibatalkan saat Traktat Angkatan Laut Washington mewajibkan pembatalan dua kapal penjelajah tempur kelas Lexington yang telah terbangun sebagian, membebaskan lambung kapal mereka untuk dikonversi menjadi kapal induk kelas Lexington. Langley dinamai dari Samuel Pierpont Langley, seorang pelopor penerbangan Amerika. Setelah konversi lanjutannya menjadi pengangkut pesawat amfibi, Langley baru bertempur dalam Perang Dunia II. Pada tanggal 27 Februari 1942, dia diserang oleh sembilan pesawat pengebom bermesin kembar dari armada Angkatan Laut Jepang[3] ke-21 dan ke-23 dan mengalami rusak parah sehingga harus ditenggelamkan oleh pendampingnya.
Karier
Pra Perang Dunia II
Kapal angkut batu bara
Presiden William H. Taft menghadiri upacara pemasangan lunas Jupiter pada 18 Oktober 1911 di Galangan Kapal Angkatan Laut Pulau Mare di Vallejo, California. Saudarinya adalah Cyclops, yang menghilang tanpa jejak pada Perang Dunia I, lalu Proteus dan Nereus, yang juga hilang saat melalui rute yang sama dengan Cyclops pada Perang Dunia II.
Konversinya menjadi kapal induk diotorisasi pada 11 Juli 1919. Ia berlayar ke Hampton Roads, Virginia pada 12 Desember, dimana ia dinonaktifkan pada 24 Maret 1920.[4]
Sebelum masuknya Amerika ke dalam Perang Dunia I, ia menjelajahi Atlantik dan Teluk Meksiko sebagai bagian dari Divisi Pembantu Armada Atlantik. Kapal ini tiba di Norfolk, Virginia pada tanggal 6 April 1917. Lalu ia ditugaskan melakukan Layanan Transportasi Seberang Laut. Hal ini menyebabkan tugasnya sebagai pembawa batu bara untuk mengirimkan dua kargo ke Prancis pada Juni 1917 dan November 1918 menjadi terganggu.
Kapal induk
Jupiter diubah menjadi kapal induk Amerika Serikat pertama di Navy Yard, Norfolk, Virginia, dengan tujuan melakukan percobaan dalam gagasan baru penerbangan lintas laut.
Kapal pengangkut pesawat laut
Pada tanggal 25 Oktober 1936, USS Langley masuk ke Mare Island Navy Yard, California untuk perombakan dan konversi ke pengangkut pesawat amfibi.
Dia berangkat untuk persinggahan singkat dengan Armada Atlantik dari 1 Februari sampai 10 Juli 1939. dan kemudian berlayar untuk bertugas dengan Armada Pasifik di Manila yang tiba pada tanggal 24 September.[5]
Perang Dunia II
Pada masuknya Amerika Serikat ke dalam Perang Dunia II, Langley berlabuh dari Cavite, Filipina.[5][6] Pada tanggal 8 Desember, setelah invasi Filipina oleh Jepang, dia meninggalkan Cavite menuju Balikpapan, di Hindia Belanda. Seiring kemajuan pasukan Jepang, USS Langley berangkat ke Australia dan tiba di Darwin pada tanggal 1 Januari 1942.[7] Dia kemudian menjadi bagian dari pasukan angkatan laut Amerika-Inggris-Belanda-Australia (ABDACOM). Sampai 11 Januari, Langley membantu Angkatan Udara Kerajaan Inggris dalam menjalankan patroli anti-kapal selam dari Darwin.[5][8]
Langley pergi ke Fremantle, Australia untuk mengambil pesawat Sekutu dan mengangkut mereka ke Asia Tenggara. Membawa 32 pesawat tempur P-40 yang termasuk dalam Skadron Pengejar ke-13 Pasukan Udara Timur (Sementara).[6] Di Fremantle, Langley dan Sea Witch yang sudah dipenuhi dengan P-40, bergabung dengan sebuah konvoi MS.5 yang telah tiba dari Melbourne. Konvoi tersebut terdiri dari kapal pembawa pasukan Amerika Serikat Willard A. Holbrook dan kapal pengangkut pasukan Australia Duntroon dan dikawal oleh Katoomba serta Phoenix yang meninggalkan Fremantle pada 22 Februari.[5][9] Langley dan Sea Witch meninggalkan konvoi lima hari kemudian untuk mengantarkan pesawat terbang ke Cilacap, Jawa.[5][9]
Pada jam-jam awal 27 Februari, Langley bertemu dengan pengawal anti-kapal selamnya, kapal perusak Whipple dan Edsall.[5][6] Pagi-pagi sekali, pesawat pengintai Jepang berada di lokasi formasi. Pukul 11:40, sekitar 75 mil (121 km) selatan Cilacap, pengangkut pesawat amfibi, bersama Edsall dan Whipple diserang oleh enam belas pembom Mitsubishi G4M "Betty" dari Angkatan Udara Kekaisaran Jepang, Takao Kōkūtai, yang dipimpin oleh Letnan Jiro Adachi, terbang keluar dari lapangan udara Denpasar di Bali, dan dikawal oleh lima belas pesawat tempur A6M Reisen. Alih-alih menjatuhkan semua bom mereka sekaligus, pembom Jepang menyerang dengan pelepasan sebagian. Karena mereka menjatuhkan bom berpeledak tinggi dari ketinggian sedang, Langley dapat mengubah kemudi ketika bom tersebut dilepaskan dan menghindari pemboman kedua dan kedua, tetapi pembom Jepang mengubah taktik mereka pada putaran ketiga dan menentukan arah berbaliknya Langley. Akibatnya, Langley menerima lima bom dari campuran 250 dan 60 kilogram (550 dan 130 pound) serta tiga meleset, dengan 16 awak tewas. Bagian atasnya terbakar, kemudinya terganggu, dan kapal bergerak 10° ke arah kiri.[5][6] Karena tidak dapat masuk ke pintu pelabuhan Cilacap yang sempit, Langley akhirnya kandas dengan kamar mesinnya krbanjiran. Pukul 13:32, perintah untuk segera meninggalkan kapal pun dikumandangkan. Para kapal perusak pengawalnya menembakkan sembilan peluru 4-inci (100 mm) dan dua torpedo ke lambung Langley.[5] USS Langley sengaja ditenggelamkan untuk memastikan dia tidak jatuh ke tangan musuh. Setelah dipindahkan ke Pecos, banyak krunya yang tewas saat Pecos tenggelam dalam perjalanan ke Australia.[10] 31 dari 33 pilot yang ditugaskan ke Skuadron Pengejar ke-13 yang diangkut oleh Langley semuanya tewas bersama Edsall saat dia tenggelam pada hari yang sama sambil menanggapi panggilan darurat dari Pecos.[6]
Budaya populer
Langley muncul di beberapa adegan pada The Flying Fleet, film bisu tahun 1929 tentang pilot angkatan laut.[11]