Tes Potensi Akademik atau TPA merupakan tes psikologi yang dapat mengungkap apa yang telah dicapai seseorang secara intelektual. Karena mengungkap kualitas intelektual, maka tinggi/rendah-nya nilai TPA sering dihubungkan dengan tinggi/rendah-nya tingkat kecerdasan. TPA sesungguhnya merupakan versi Indonesia dari tes GRE atau Graduate Record Examination. Model, materi, dan bidang yang diuji dalam TPA sebagian besar merujuk kepada GRE.
Guna TPA
TPA merupakan tes psikologi yang digunakan untuk mengukur kegesitan mental seseorang ketika berurusan dengan objek kata (verbal), angka (numeris) dan gambar (figural). Secara psikologi dipercaya bahwa terdapat batas minimal tingkat kegesitan mental yang harus dimiliki seseorang sehingga ia berpeluang-besar berhasil menangani masalah yang bersifat intelektual. Karena itulah, TPA kerap dipergunakan dalam penyeleksian mahasiswa baru dan penyeleksian karyawan atau pegawai baru, bahkan untuk penyeleksian pimpinan suatu institusi negeri/swasta. TPA digunakan dalam SMNPTN untuk S1 sejak tahun 2009 dan digunakan dalam SNMPTN tertulis untuk S1 sejak tahun 2012. Selain digunakan dalam penyaringan mahasiswa, TPA juga digunakan dalam penyeleksian Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS). Di kalangan peserta tes CPNS, TPA kerap disebut psikotest.
Penyelenggara TPA
Penyelenggara tes TPA adalah:
1) Program Pascasarjana Universitas tertentu secara independen
2) Unit Pelayanan Penyelenggaraan Tes Potensi Akademik (UPP-TPA) Bappenas bekerjasama dengan Program Pascasarjana Universitas tertentu (sebagai penanda kerjasama penyelenggaraan tes TPA ini, maka TPA-nya sering disebut sebagai TPA OTO Bappenas)
3) Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) dalam koordinasi Pusat Layanan Test Indonesia (TPA-nya dikenal sebagai TKDA, yakni singkatan dari Test Kemampuan Dasar Akademik).
Biaya TPA
Biaya TPA OTO Bappenas berkisar antara Rp. 250.000 hingga Rp.1.200.000 tergantung lokasi.[1]
Biaya TKDA HIMPSI: Rp 330.000 (tahun 2021).
Soal TPA
Tes verbal berfungsi untuk mengukur kegesitan mental seseorang di bidang kata dan bahasa. Tes ini meliputi tes sinonim (persamaan kata), tes antonim (lawan kata), tes padanan hubungan kata, tes pengelompokan kata, tes logika umum, tes analisis pernyataan dan kesimpulan (silogisme), serta tes logika cerita. Terkadang tes verbal juga dikombinasikan dengan figural yang mewakili hubungan antar kata tersebut.
Tes angka berfungsi mengukur kegesitan mental seseorang di bidang angka, dalam rangka berpikir terstruktur dan logis matematis. Tes ini meliputi tes aritmetik (hitungan), tes seri angka, tes seri huruf, tes logika angka dan tes angka dalam cerita. Dalam tes aritmatika ini, terkadang muncul soal-soal seperti luas lingkaran, luas bidang dll.
Tes figural berfungsi mengukur kegesitan mental seseorang berurusan dengan gambar, simbol dan diagram. Tes ini meliputi tes logika diagram. Selain tes logika diagram, tes figural meliputi tes bayangan benda di cermin horisontal maupun cermin vertikal, tes hubungan gambar, serta tes deret gambar dimana peserta tes diminta untuk menentukan deret gambar selanjutnya.
Soal TPA OTO Bappenas terdiri atas 250 soal dengan waktu pengerjaan 3 jam. Soal dibagi dalam 3 subtes, yaitu tes kemampuan verbal, tes numerik, dan tes penalaran.[1]
Soal TPA HIMPSI terdiri atas 130 soal dengan waktu pengerjaan 90 menit. Soal terbagi atas 3 subtes, yaitu tes kemampuan verbal, tes kemampuan numerik dan tes kemampuan figural.
Skor TPA
Rentang nilai TPA adalah dari 200 hingga 800. Nilai TPA rerata nasional adalah 500 dan nilai TPA rerata penerima beasiswa Proyek DUE (1997, 1998 dan 1999) adalah 550. Rentang nilai TPA minimum untuk lolos saringan seleksi S2 adalah 450-500 dan untuk lolos saringan seleksi S3 adalah 550-600.[1] Bagi dosen baru, untuk memperoleh NIDN (Nomor Induk Dosen Nasional), TPA terendah adalah 530. Setiap kampus atau instansi biasanya memiliki kebijakan sendiri dalam menetapkan skor minimum. Baik untuk keperluan pendidikan (S1, S2, S3) ataupun untuk keperluan karir (kenaikan jabatan).
Referensi
Pranala luar