Taman Indria
Metode pembelajaranModel pendidikan ini dianggap banyak orang mencampurkan konsep Frobel dan Montessori di Eropa, tetapi sebenarnya Ki Hadjar Dewantara menemukan 2 konsep tersebut di dalam seni budaya rakyat yang ada di Indonesia. Maka muncullah model pengajaran Dolanan Anak di Taman Indria. Menggabungkan permainan anak dengan fisik, kecermatan, hitungan, kerjasama dan gotong royong yang tidak dirasakan memaksa justru memerdekakan si anak, tetapi tanpa terasa berlatih keterampilan life-skill. Metode ini digabung dengan metode Sariswara dimana diyakini beliau bahwa wirama/rythme mampu menyelaraskan kehalusan budi pekerti dan ketajaman nalar, sehingga si anak diharapkan memiliki jiwa merdeka yang berarti mandiri, bertanggungjawab, dan secara maksimal mampu menjadikan dirinya bermanfaat bagi lingkungannya, dimanapun ia berada. Inilah yang diyakini Ki Hadjar Dewantara sebagai konsep asli milik bangsa yang patut disejajarkan dengan konsep bangsa lainnya dan tidak kalah ampuh hasilnya, karena metode ini "buah"nya menjadikan si anak memiliki landasan kuat untuk mampu menelaah ilmu-ilmu lain dalam hidup ini termasuk agama. Sekolah pertamaSekolah setingkat taman kanak-kanak ini sampai sekarang masih ada dan bertahan. Di Yogyakarta yang dianggap sebagai pusat kelahirannya disebut lengkap dengan Taman Indria Ibu Pawiyatan Tamansiswa, beralamat di Jalan Tamansiswa No. 25 Yogyakarta. Terletak di lingkungan Perguruan Tamansiswa, menyatu dengan Pendapa Agung Tamansiswa dan Museum Dewantara Kirti Griya (dahulu rumah Ki Hadjar Dewantara). Referensi
|