Suster Misi Abdi Roh KudusSuster Misi Abdi Roh Kudus adalah salah satu tarekat atau kongregasi religius atau ordo keagamaan Katolik yang mempunyai nama resmi: "Servae Spiritus Sanctus", yang berarti: "Misi Abdi Roh Kudus". Kongregasi ini didirikan oleh Santo Arnoldus Janssen, pada tanggal 8 Desember 1889,[1] bersama dengan dua orang rekan biarawati yakni Beata Maria Helena Stollenwerk dan Beata Josefa Hendrina Stenmanns, di Steyl, suatu tempat di negara Belanda yang berada di wilayah perbatasan dengan negara Jerman. Anggota yang tergabung di dalam kongregasi ini menghayati hidup misioner sebagai biarawati atau lebih dikenal dengan sebutan suster. Santo Arnoldus Janssen, sebelumnya juga mendirikan kongregasi "Serikat Sabda Allah", dalam bahasa Latin: "Societas Verbi Divini" atau lebih dikenal dengan "Soverdi" ("S.V.D."), yakni suatu tarekat misionaris biarawan, yang terdiri dari imam (atau calon imam, yaitu frater) dan bruder. Berikutnya, dia juga mendirikan kongregasi "Suster Misi Abdi Roh Kudus Penyembahan Abadi" ("S.Sp.S.A.P."), yakni suatu kongregasi biarawati kontemplatif, yang menghayati hidup dengan menyembah dan berdoa tiada henti, "Adorasi Abadi". "Hiduplah Allah Tri-Tunggal Mahakudus dalam hati umat manusia" menjadi motto yang menyemangati hidup spiritualitas mereka, untuk menjalankan misinya yang meliputi seluruh dunia. Saat ini, jumlah mereka tidak kurang dari 3300 suster yang terdiri dari sekitar 40 kebangsaan dan menyebar di seluruh dunia, di tiga puluh negara. Para Suster Misi Abdi Roh Kudus lebih dikenal dengan "S.Sp.S.", singkatan dari bahasa Latin: "Servae Spiritus Sanctus". Di negara-negara yang berbahasa Inggris, dikenal dengan sebutan "Sisters Servants of the Holy Spirit". Di Indonesia, para Suster Misi Abdi Roh Kudus masuk pertama kali di Flores pada tahun 1917. Sekarang sudah berkarya juga di Timor, Jawa, Kalimantan, Bali, Lombok, dan bahkan Sumatra. Karya yang ditangani sangat beraneka-ragam, pendidikan, kesehatan, pastoral, dan sebagainya, sesuai dengan tuntutan kebutuhan dan bimbingan Roh Kudus.
Riwayat PendiriArnoldus Janssen lahir di Goch, Jerman, pada tanggal 5 November 1837. Ia berasal dari keluarga yang sederhana namun saleh. Mereka mempunyai devosi yang kuat terhadap Bunda Maria di Kevelaer. Sejak kecil Arnoldus ingin menjadi imam dan juga menjadi guru. Ia adalah seorang pendiam dan tertutup, seperti kebanyakan orang-orang di desanya. Ia mengungkapkan religiositasnya dalam doa dan puisi daripada dengan kata-kata lisan. Ketika ia masih bersekolah, ia sudah mengarang doa sore untuk keluarganya. Di sini sudah dapat terlihat spiritualitasnya pada masa-masa mendatang. Sebelum menjadi seorang imam, ia memperoleh ijasah mengajar mata pelajaran kesenangannya, matematika dan IPA. Pada tanggal 15 Agustus 1861, ia ditahbiskan di Muenster. Bacaan-bacaan pada Misa perdananya menggambarkan motto hidupnya: “Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga” (2 Kor. 9:6); dan “Jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah” (Yoh. 12:24). Segera setelah tahbisannya, Arnoldus diminta untuk mengajar di Sekolah Lanjutan di Bocholt dan selama 12 tahun ia mengajar hampir semua mata pelajaran. Disamping mengajar, ia terus mengembangkan pengetahuan teologi dengan mempelajari karya-karya Thomas Aquino dan Matthias Scheeben, teolog Koln; teolog terakhir ini mempunyai pengaruh kuat terhadap perkembangan hidup rohaninya. Misteri Allah Tritunggal dan pewahyuan-Nya dalam sejarah keselamatan merupakan pusat kehidupan doanya. Pada tahun 1866 Arnoldus bergabung dengan Kerasulan Doa yang mempromosikan devosi kepada Hati Kudus; ia berusaha mencari anggota-anggota baru dengan tak kenal lelah, terutama selama masa liburan. Bekerja untuk Kerasulan Doa telah mengubahnya, membantunya untuk memperluas cakrawala di luar tugas mengajarnya. Kebutuhan-kebutuhan Gereja yang besar dan perpecahan di antara orang-orang Kristen menjadi pikirannya. Pada bulan Maret 1873 ia mengundurkan diri dari tugas mengajarnya di sekolah lanjutan dan mengabdikan dirinya secara penuh kepada Kerasulan Doa. Sementara banyak orang mengatakan bahwa tindakannya itu merupakan sebuah langkah yang kurang bijaksana, kenyataannya ini merupakah sebuah langkah yang penting yang menuntun Arnoldus pada tugas hidupnya yang sesungguhnya. Perhatiannya semakin terfokus pada misi universal Gereja. Pada tahun 1874 ia menerbitkan sebuah majalah bulanan, “Utusan Kecil Hati Kudus”, untuk memberitakan kebutuhan-kebutuhan karya misi kepada umat Katolik yang lebih luas.Ia semakin menyadari kebutuhan sebuah rumah misi Jerman yang dapat mengirim imam-imam misionaris ke luar negeri. Akhirnya,Administrator Apostolik Hong Kong Msgr. Raimondi mendorongnya untuk mendirikan sendiri sebuah lembaga semacam itu. Setelah merasakan keragu-raguan yang amat sangat, akhirnya Arnoldus memutuskan mengambil tugas itu pada usia 38 tahun. Modalnya satu-satunya adalah kepercayaannya kepada Allah yang tak tergoncangkan, pegabdiannya yang tak bersyarat kepada Hati Kudus dan keyakinan bahwa Allah memanggilnya untuk melakukan karya ini. Sebuah pendirian tidak mungkin dilakukan di Jerman karena Kulturkampf, maka ia menyeberang ke Belanda di mana ia diterima dengan ramah. Pada tanggal 8 September 1875 ia mendirikan “Serikat Sabda Allah” di Steyl, dekat kota Venlo, sebuah serikat yang didedikasikan untuk penyebaran iman. Mottonya adalah: "Hiduplah Hati Kudus Yesus hidup dalam hati semua orang!” dan juga: “Hiduplah Allah Tritunggal Mahakudus hidup dalam hati kita dan dalam hati semua orang!” Meskipun pada awalnya mengalami banyak kesulitan, karya ini berkembang amat cepat. Pendirian sebuah rumah misi yang besar dimulai, ia membuka sebuah sekolah apostolik untuk mendidik calon-calon misionaris dalam semangatnya, dan ia mendirikan percetakannya sendiri untuk melayani perkembangan kerasulan penerbitannya. Awal sederhana berkembang menjadi sebuah lembaga religius yang meliputi para imam dan bruder awam. Pada tahun 1879, para misionaris pertama sudah dikirim ke China. Ini merupakan awal keberangkatan para misionaris setiap tahun ke negara-negara di semua benua. Setelah itu Arnoldus Janssen juga berpikir untuk membangkitkan semangat kaum perempuan bagi misi dunia. Pada tahun 1889, bersama dengan Helena Stollenwerk dan Hendrina Stenmanns, ia mendirikian " Kongregasi Misi Abdi Roh Kudus". Kemudian pada tahun 1896 ia mendirikan "Abdi Roh Kudus Adorasi Abadi", atau disingkat "Suster-suster Penyembahan Abadi". Arnoldus Janssen sungguh-sungguh memikirkan pertumbuhan spiritual dari kongregasi-kongregasi yang didirikannya. Ia meneruskan semangat misioner yang membara di dalam hatinya kepada kongregasi-kongregasi yang masih muda ini. Ia ingin membantu para anggotanya untuk melihat jauh melampaui cakrawala mereka sendiri, melupakan diri mereka dan membaktikan hidup mereka bagi karya Allah. Pertumbuhan yang konstan dapat juga terlihat dalam hidup spiritualnya sendiri. Misteri-misteri iman: hidup Allah Tritunggal, Penjelmaan Sabda Allah, Kehadiran Allah dalam Ekaristi dan karya Roh Kudus menjadi sumber air kehidupannya. Ketika Arnoldus Janssen meninggal pada tahun 1909, kongregasi-kongregasinya mempunyai anggota sekitar 600 bruder kaul kekal, 430 imam dan 800 suster-suster termasuk para postulan dan novis. Pada tanggal 5 Oktober 2003 ia 'digelarkan santo' oleh Paus Yohanes Paulus II. Sekarang ini ada sekitar 10.000 “Misionaris Steyl” yang aktif di seluruh benua.
S.Sp.S. di Indonesia
Ada lima provinsi, yang terdiri dari:
Referensi
Pranala luar
|