Jika Anda ingin memeriksa artikel ini, Anda boleh menggunakan mesin penerjemah. Namun ingat, mohon tidak menyalin hasil terjemahan tersebut ke artikel, karena umumnya merupakan terjemahan berkualitas rendah.
Seni rupa dalam agama Katolik Roma terdiri atas semua karya-karya visual yang dibuat sebagai usaha untuk menggambarkan, menunjang dan melukiskan dalam bentuk yang bisa dicerna oleh indra manusia ajaran-ajaran Gereja Katolik Roma. Hal ini termasuk karya ukir, lukisan, mosaik, karya logam, jahitan dan bahkan karya arsitektur. Kesenian Katolik telah memainkan sebuah peran yang penting di dalam sejarah dan perkembangan Kesenian Dunia Barat semenjak, setidaknya, abad ke-4 Masehi. Tema utama dalam Kesenian Katolik adalah masa kehidupan Yesus Kristus, termasuk juga masa kehidupan murid-murid-Nya, para orang suci (santo/santa), dan peristiwa-peristiwa Perjanjian Lama dari kebudayaan Yahudi.
Kesenian Romanesko, yang lama telah didahului oleh zaman Pra-Romanesko, berkembang di Eropa Barat dari sekitar tahun 1000 Masehi hingga lahirnya gaya Gothik. Bangunan gereja ditandai dengan peningkatan ukuran tinggi dan ukuran keseluruhan bangunan. Atas-atap yang berkubah ditunjang dengan tembok-tembok batu yang tebal, pilar-pilar raksasa dan lengkungan-lengkungan sempurna. Suasana dalamnya yang gelap diterangi dengan lukisan-lukisan dinding mengenai Yesus, Maria dan para orang suci yang sering kali dilukiskan berdasarkan model gaya Byzantium.
Kesenian Gothik lahir di Prancis di pertengahan abad ke-12. Basilika Saint-Denis yang dibangun oleh Biarawan Kepala Suger adalah bangunan besar pertama yang bergaya Gothik. Ordo-ordo biarawan yang baru, terutama para boarawan Cistercian dan Carthusian adalah para pembangun penting yang mengembangkan gaya-gaya yang berbeda yang kemudian mereka sebarkan di seluruh penjuru Eropa.
Kesenian Renaissans
Kesenian Renaissans, yang dipengaruhi secara besar-besaran oleh "kelahiran kembali" (Bahasa PrancisL renaissance) ketertarikan di bidang seni dan budaya antik klasik. Pada mulanya hal ini meneruskan gaya-gaya dari periode sebelumnya tanpa perubahan yang berarti, yaitu hanya menggunakan busana dan latar belakang arsitektur bergaya klasik yang ternyata semuanya sangat cocok untuk tema-tema Perjanjian Baru. Namun hilangnya intensitas kerohanian terlihat jelas di banyak lukisan-lukisan religius dari Era Renaissans Awal - lukisan-lukisan dinding terkenal di dalam Kapel Tornabuoni oleh Domenico Ghirlandaio (1485-90) terlihat lebih tertarik penggambaran detail atas wajah-wajah kehidupan kota yang kaya raya dibandingkan dengan tema-tema utama mereka, Kehidupan Sang Perawan dan Kehidupan Santo Yohanes Pembaptis. Sementara itu lukisan-lukisan dinding di Kapel Magi oleh Benozzo Gozzoli (1459-61) lebih merupakan sebuah perayaan status keluarga Medici dibandingkan dengan tema Kehadiran Sang Magi. Kedua contoh ini (yang masih menggunakan busana kontemporer) berasal dari Florence, pusat era Renaissans Awal, dan tempat dimana penginjil Dominikan karismatik bernama Savonarola melancarkan serangannya pada keduniawian hidup dan seni para penduduk kota tersebut, yang berpuncak pada peristiwa Api Unggun Keangkuhan pada tahun 1497. Sebenarnya para penginjil lainnya telah melakukan hal yang sama selama bertahun-tahun, tetapi dalam skala yang lebih kecil. Banyak seniman era Renaissans Awal, seperti Fra Angelico dan Botticelli adalah orang-orang yang sangat taat agama. Hanya saja beberapa di antaranya, seperti Botticelli, terjebak dalam kelompok yang ditentang oleh Savonarola.
Konsili Trento
Lukisan Italia setelah tahun 1520, dengan pengecualian karya-karya seni dari Venice, berkembang ke dalam aliran Mannerisme, sebuah gaya yang sangat sulit, yang berusaha untuk memberikan suatu pengaruh yang mendalam, yang menimbulkan kekhawatiran dari para pejabat gereja karena karya-karya tersebut kurang memiliki daya tarik bagi masyarakat kebanyakan. Tekanan Gereja untuk membatasi gambaran-gambaran religius memengaruhi karya seni mulai dari tahun 1530-an dan berujung pada munculnya dekret di bagian terakhir Konsili Trento pada tahun 1563, termasuk di dalamnya berbagai kalimat pendek dan agak tidak jelas yang membahas masalah gambar-gambar religius, yang akan memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan kesenian Katolik. Konsili-konsili Katolik sebelumnya hampir tidak pernah merasakan kebutuhan untuk menyatakan secara terbuka posisi gereja mengenai hal-hal ini; yang berbeda dengan gereja-gereja Ortodoks Timur yang telah sering kali mengatur jenis-jenis gambar religius tertentu.
Kesenian Barok
Kesenian Barok, yang berkembang selama berpuluh-puluh tahun setelah Konsili Trento (walaupun apa pengaruh konsili ini terhadap gaya seni ini masihlah diperdebatkan), secara pasti memenuhi sebagian besar persyaratan yang dikeluarkan oleh konsili tersebut, terutama di dalam tahap-tahap awal yang lebih sederhana seperti karya-karya Carracci dan Caravaggio, walau keduanya tetap saja harus berhadapan dengan penentangan kaum rohaniwan atas gaya realismenya dalam penggambaran tokoh-tokoh suci. Tokoh-tokoh ini ditampilkan dengan cara yang langsung dan dramatis dengan sedikit kiasan yang sukar dimengerti. Kelompok tokoh-tokoh yang berpotensi untuk dilukis diperluas secara besar-besaran sejalan para seniman Barok sangat tertarik untuk menemukan episode-episode kitab suci dan peristiwa-peristiwa dramatis kehidupan para orang suci yang baru.
Ketika aliran ini terus hidup di kesederhanaan abad ke-17 dan gaya realisme cenderung untuk berkurang (kecenderungan ini lebih perlahan terjadi di Spanyol dan Prancis), unsur dramanya tetap menonjol dengan hadirnya penggambaran saat-saat yang sangat menegangkan, pergerakan yang dramatis, pewarnaan dan pencahayaan chiaroscuro, serta, bila perlu, juga menampilkan para malaikat (kerubim) yang sedang gelisah dan awan yang menggulung-gulung, semuanya ditujukan untuk membuat para jemaat terpukau dengannya. Arsitektur dan seni pahat juga bertujuan untuk mencapai pengaruh yang sama bagi yang melihatnya; Bernini (1598-1680) merupakan contoh utama dari seniman bergara Barok. Kesenian Barok menyebar ke dunia Eropa Katolik dan ke misi-misi seberang lautan di Benua Asia dan Amerika, dimasyarakatkan oleh kaum Yesuit dan Fransiskan.
Abad ke-18
Pada abad ke-18, aliran Barok yang sekuler berkembang menjadi gaya Rokoko yang lebih ringan namun tetap lebih flamboyan, sebuah gaya yang juga sulit untuk menyesuaikan diri pada tema-tema religius, meski Gianbatista Tiepolo mampu melakukannya. Di paruh terkahir abad ini terdapat semacam reaksi, terutama di bidang arsitektur, yang menentang aliran Barok, dan kembali pada bentuk-bentuk yang lebih klasik dasar dan Palladian.
Pada saat ini laju produksi karya-karya seni produksi terlihat menurun. Setelah banyak terjadi pembangunan dan pembangunan ulang gereja pada masa Barok, negara-negara Katolik terlihat jelas kelebihan dengan jumlah gereja dan biara, seperti yang terjadi di Naples, yang jumlahnya bukan main banyaknya. Pihak Gereja saat ini berperan hanya sebagai pelindung karya seni dan bukan lagi sebagai bangsawan dan aristokrat, dan permintaan masyarakat kelas menengah akan karya seni, terutama yang bertemakan sekuler, bertambah dengan cepat.