Sejarah Austria mencakup peristiwa-peristiwa yang terjadi di Austria dan negara-negara pendahulunya dari awal Zaman Batu hingga saat ini. Nama Ostarrîchi (Austria) sudah digunakan sejak tahun 996 M ketika wilayah tersebut merupakan sebuah wilayah Markgrafschaft di Kadipaten Bayern. Wilayah ini kemudian menjadi sebuah kadipaten yang independen pada tahun 1156 di Kekaisaran Romawi Suci.
Pada masa Republik Pertama, gerakan austrofasisme mencoba mempertahankan kemerdekaan Austria dari Jerman. Engelbert Dollfuss mengakui bahwa orang Austria adalah orang Jerman, tetapi ia ingin tetap merdeka dari Jerman yang mayoritas beragama Protestan. Pada tahun 1938, Adolf Hitler (yang lahir di Austria) memulai peristiwa Anschluss, sehingga Austria secara resmi menjadi bagian dari Jerman Nazi. Tindakan ini didukung oleh sebagian besar warga Austria. Namun, setelah berakhirnya Perang Dunia II, Austria kembali dimerdekakan sebagai sebuah republik pada tahun 1955. Austria lalu bergabung dengan Uni Eropa pada tahun 1995.
Historiografi
Dapat dikatakan bahwa bangsa Austria adalah bangsa tanpa sejarah, dan sejarah Austria adalah sejarah tanpa bangsa. Hanya sejak tahun 1945 orang Austria benar-benar mencoba membentuk identitas nasional yang terpisah dari bangsa Jerman, dan berhasil (...).
Dalam membahas "sejarah Austria", akan muncul sejumlah pertanyaan yang sangat mendasar. Dalam terminologi modern, "Austria" mengacu kepada sebuah negara berdaulat dengan sistem pemerintahan republik parlementer di Eropa Tengah yang terdiri dari sembilan negara bagian, yaitu Wina, Austria Hilir (Niederösterreich), Austria Hulu (Oberösterreich), Steiermark, Tirol, Kärnten, Salzburg, Vorarlberg, dan Burgenland.[2] Namun, "Austria" sebagai konsep sejarah sudah ada jauh sebelum gagasan negara kebangsaan pertama kali dicetuskan, dan dalam sejarah yang panjang itu hampir semuanya tidak memiliki karakter "nasional".[1] Sebelum tahun 1918, "Austria" dikenal sebagai sebuah kekaisaran yang dikuasai oleh Wangsa Habsburg dan dihuni oleh berbagai macam suku bangsa, dan di negara tersebut orang-orang yang menuturkan bahasa Jerman hanyalah salah satu dari beberapa suku bangsa "Austria" lainnya.[1] Bahkan setelah Kekaisaran Austria-Hungaria dibubarkan, Republik Jerman-Austria didirikan untuk menyatukan semua penutur bahasa Jerman dengan tujuan akhir berupa penyatuan dengan Jerman, tetapi hal ini dilarang oleh para pemenang Perang Dunia I, sehingga sejarawan Karl Vocelka merasa bahwa negara yang didirikan pada tahun 1918 hanyalah sebuah "konstruksi yang kebetulan ada" (zufällige Konstruktion).[3] Selain itu, banyak penduduk Republik Austria Pertama yang menganggap diri mereka sebagai "orang Jerman" dan masih menginginkan penyatuan dengan Jerman.[1][4] Identitas "Austria" baru dibentuk setelah kekalahan Jerman Nazi dalam Perang Dunia II dan pendirian Republik Austria Kedua, hingga akhirnya muncul anggapan bahwa Austria bukanlah "Austria" pada masa setelah Anschluss dari tahun 1938 hingga 1945.[5] Proses pembentukan identitas "bangsa Austria" sendiri tidak semudah membalik telapak tangan; hasil survei pada tahun 1956 menunjukkan bahwa hanya 49% responden Austria yang menganggap Austria sebagai suatu bangsa tersendiri, dan persentase ini sempat turun menjadi 47% pada tahun 1964, sebelum akhirnya naik menjadi 2/3 pada tahun 1970 (setelah skandal Taras Borodajkewycz dan penetapan Hari Nasional Austria) dan lalu mencapai angka 74-80% pada akhir era 1980-an.[6] Di sisi lain, identitas sebagai penerus Austria Habsburg dan kosmopolitanisme kota Wina tahun 1900 diterima oleh kebanyakan orang-orang Austria modern.[7] Maka dari itu, pertanyaan mengenai periode mana yang dapat dianggap sebagai bagian dari "sejarah Austria" bukanlah pertanyaan yang mudah untuk dijawab, khususnya yang terkait dengan periode kekuasaan Nazi di Austria.[7]
Permasalahan lain terkait dengan geografi, yaitu seberapa luas cakupan istilah "Austria" pada masa Wangsa Habsburg. Walaupun istilah "Austria" sudah digunakan pada masa itu untuk mengacu kepada salah satu bagian dari wilayah Monarki Habsburg, "Austria" itu sendiri terdiri dari entitas-entitas yang terpisah.[8] Bahkan sebelum tahun 1803, Salzburg bukanlah bagian dari Austria, tetapi merupakan sebuah negara tersendiri yang dipimpin oleh seorang Uskup Agung, dan wilayah ini baru diberikan kepada Wangsa Habsburg seusai Kongres Wina pada tahun 1815.[8] Selain itu, Monarki Habsburg juga menguasai wilayah-wilayah yang kini berada di luar batas negara Austria modern. Pada tahun 1905, Kekaisaran Austria-Hungaria memiliki luas sebesar 239.977 mil persegi (621.538 km2), termasuk di antaranya adalah wilayah Bohemia, Galisia, Moravia, Schlesien, Bukovina, Krain, Dalmasia, Istria, Gorizia dan Gradisca, pesisir Trieste, dan Tanah Mahkota Santo Stefanus (Hungaria).[9] Sejarawan Steven Beller mengambil contoh penemuan jenazah Ötzi di gletserÖtztal di Pegunungan Alpen pada tanggal 19 September 1991 untuk menggambarkan permasalahan yang ditimbulkan oleh isu geografi.[7] Awalnya penemuan ini sempat digembar-gemborkan oleh media Austria sebagai penemuan "orang Austria" tertua,[10] tetapi kemudian angan-angan ini pupus setelah diketahui bahwa Ötzi ternyata ditemukan di bagian gletser Hauslabjoch yang terletak di sisi "Alto Adige" di Italia, yaitu sebuah wilayah yang dikenal dengan sebutan "Tirol Selatan" di Austria dan mayoritas penduduknya adalah penutur bahasa Jerman.[7] Di Tirol, masih terdapat pandangan bahwa Tirol Utara, Tirol Selatan, dan Tirol Timur merupakan suatu kesatuan, sementara orang-orang Tirol Selatan paling tidak menganggap diri mereka sebagai "orang Tirol" meskipun mereka sudah mendapatkan otonomi dari pemerintah Italia.[11] Beller mengamati bahwa ini adalah contoh bagaimana negara Austria masih memiliki keanekaragaman dan identitas regional yang kuat, karena jika sudut pandang yang dipakai adalah sudut pandang Tirol, maka Ötzi adalah "orang Tirol" dan bukan Austria maupun Italia.[11] Sementara itu, Vocelka berpendapat bahwa apabila "sejarah Austria" dipandang sebagai sejarah wilayah yang kini menjadi bagian dari Republik Austria, maka wilayah Tirol Selatan tidak akan lagi masuk perhitungan, sementara Burgenland dalam sejarahnya sebenarnya merupakan bagian dari Kerajaan Hungaria.[3] Menurut Vocelka, cara pandang ini bersifat "ahistoris",[3] dan juga akan sangat sulit untuk membatasi pembahasan di wilayah tersebut mengingat Wangsa Habsburg sering kali terlibat dalam konflik internasional.[12] Seperti yang dikatakan oleh sejarawan Jean Bérenger, "untuk periode 1526-1918, tidak masuk akal apabila [Monarki Habsburg] tidak dilihat dari konteks multinasional (hubungan dengan negara-negara lain), internasional (politik luar negeri Habsburg), atau Jermanik (hubungan dengan Reich)."[13] Namun, jika istilah "sejarah Austria" disamakan dengan "sejarah Monarki Habsburg", maka wilayah Kekaisaran Romawi Suci dan wilayah-wilayah non-Jerman di Kekaisaran Habsburg juga akan masuk ke dalam cakupan.[14] Maka dari itu, solusi yang digunakan oleh Vocelka adalah dengan mengutamakan penjabaran sejarah wilayah Republik Austria saat ini, tetapi pada saat yang sama juga mempertimbangkan konteks sejarah Monarki Habsburg.[3]
Prasejarah
Paleolitikum
Manusia-manusia pertama diperkirakan sudah ada di wilayah Austria modern sekitar 250.000 tahun yang lalu pada zaman Paleolitikum, dan mereka adalah masyarakat pemburu-pengumpul yang mampu menyalakan api dan membuat alat-alat batu.[15] Mereka tersebar di wilayah Austria Hilir saat ini,[16] dan di situ telah ditemukan berbagai macam artefak dari zaman Paleolitikum akhir, seperti mata pisau yang khas serta arca Venus dari Galgenberg yang ditemukan di dekat Stratzing dan berusia sekitar 30.000 tahun.[15] Tidak jauh dari Stratzing ditemukan pula arca Venus dari Willendorf yang diperkirakan berasal dari tahun 30.000 SM.[17] Kedua arca ini kini disimpan di Museum Sejarah Alam Wina.[18] Pada masa yang hangat, gua-gua hingga ketinggian 2.000 m di kawasan Pegunungan Alpen juga dijadikan tempat tinggal oleh manusia.[16] Di situs-situs tersebut, ditemukan alat-alat batu sederhana dan juga tulang belulang beruang, mamut, dan badak berbulu-wol.[15] Secara keseluruhan, beberapa tempat penemuan artefak-artefak zaman Paleolitikum akhir terpenting di Austria adalah Gudenushöhle ("Gua Gudenus", Höhle berarti "gua") di dekat Hartenstein im Kremstal, Teufelslucken di dekat Roggendorf, Drachenhöhle di dekat Mixnitz, Repolusthöhle dan Badlhöhle di dekat Peggau, Lieglhöhle di dekat Tauplitz, dan Salzofenhöhle di dekat Bad Aussee.[15]
Mesolitikum
Seusai periode Glasial Maksimum Terakhir, Austria pada masa Mesolitikum dihuni oleh kebudayaan pemburu, pengumpul, dan penangkap ikan.[16] Kebudayaan ini menggunakan alat-alat mikrolit.[16] Namun, tidak banyak informasi yang diketahui mengenai Austria pada masa Mesolitikum.[19] Pada tahun 1984, Leitner menyebutkan bahwa terdapat 18 situs Mesolitikum yang telah ditemukan di Austria, walaupun tidak semuanya sudah dipublikasikan.[20] Sementara itu, W. Antl-Weiser pada tahun 1993 menyebutkan 10 situs Mesolitikum di seluruh Austria, dan dari antara situs-situs tersebut hanya 5 yang terletak di Austria timur laut.[19] Meskipun begitu, berdasarkan hasil pengumpulan data di permukaan telah diketahui bahwa pada masa Mesolitikum akhir terdapat industri rijang.[19]
Neolitikum
Permukiman-permukiman pertanian mulai didirikan di kawasan yang subur di Austria timur pada milenium ke-6 SM, sehingga dimulailah zaman Neolitikum di tempat ini.[16] Berkat keberhasilan domestikasi hewan dan tumbuhan,[21] masyarakat di kawasan tersebut dapat menanam gandum dan mengembangbiakkan domba, kambing, dan sapi.[16] Mereka cenderung mendiami wilayah-wilayah yang paling subur dengan lahan yang mudah digarap serta iklim yang hangat dan kering.[19] Mereka juga menghindari kawasan dataran banjir di dekat sungai-sungai besar seperti Sungai Donau.[19] Kebudayaan ini dikenal akan tembikar-tembikar buatan mereka yang memiliki ornamen berbentuk linear yang khas,[21] sehingga kebudayaan mereka tergolong ke dalam kebudayaan Tembikar Linear (LBK) yang berkembang sekitar tahun 5500-4500 SM.[22] Kebudayaan LBK kemudian digantikan oleh kebudayaan Lengyel yang berasal dari masa sekitar tahun 5000-3400 SM.[23]
Salah satu permukiman LBK yang telah ditemukan di Austria adalah situs Wolfholz di Brunn am Gebirge, yang diketahui memiliki sekitar 75 rumah panjang dengan ukuran standar 20x7 m, sementara permukiman itu sendiri memiliki panjang 850 m dari utara ke selatan dan 500 m dari barat ke timur.[24] Permukiman LBK lainnya adalah situs Asparn/Schletz di Austria Hilir yang dikelilingi oleh parit-parit.[25] Dari hasil penyelidikan yang dilakukan dari tahun 1983 hingga 2005, ditemukan kerangka 67 individu di parit bagian luar tanpa adanya tanda-tanda penguburan dan sering kali berada di dekat jalan masuk ke permukiman.[25] Di kerangka-kerangka tersebut juga terdapat bekas-bekas kekerasan serta tanda-tanda yang menunjukkan bahwa kerangka tersebut tidak dikubur dan sempat digerogoti oleh binatang.[25] Maka dari itu, kemungkinan kerangka-kerangka ini merupakan kerangka para penghuni permukiman Asparn/Schletz yang telah menjadi korban suatu konflik bersenjata, dan mungkin konflik tersebut jugalah yang mengakibatkan kehancuran permukiman tersebut.[26] Di sini juga terdapat suatu penemuan menarik: sangat sedikit kerangka perempuan muda yang ditemukan di situs ini.[27] Pada saat yang sama, rasio seks di antara kerangka individu yang lebih tua relatif seimbang (10 laki-laki banding 9 perempuan), sehingga kelangkaan kerangka perempuan muda mungkin menyiratkan bahwa mereka diculik oleh musuh.[28]