Kala Dinasti Tang dan Dinasti Song di negeri Tiongkok, para penyair terkenal seperti Li Bai menulis karya-karya penting. Mereka menulis puisi shī (Bahasa Tionghoa Klasik: 詩), yang memiliki baris dengan jumlah aksara yang sama, serta puisi ci (詞) dengan variasi baris bercampur. Sastra Jepang pada abad ke-17-19 mengembangkan inovasi yang sebanding seperti haiku, sebuah bentuk puisi Jepang yang berkembang dari gaya hokku kuno (bahasa Jepang: 発句). Haiku terdiri dari tiga baris: baris pertama dan ketiga masing-masing memiliki lima morae (secara fonologis kasar setara dengan suku kata), sedangkan yang kedua memiliki tujuh. Empu Haiku asli termasuk tokoh Zaman Edo seperti penyair Matsuo Bashō (松尾芭蕉), yang dipengaruhi oleh Bashō sendiri antara lain Kobayashi Issa dan Masaoka Shiki.