SMAK St. Louis 1 Surabaya adalah sebuah sekolah swasta Katolik di Surabaya dengan gedung sekolah yang menjadi salah satu cagar budaya. Gedung sekolahnya terletak di Jalan Polisi Istimewa No. 7 (dahulu menjadi bagian dari Jalan Dr. Soetomo) dan berada pada satu kelompok bangunan bersama dengan Gereja Katedral Hati Kudus Yesus dan Soverdi di jalan yang sama.
Gedung yang dipakai adalah gedung yang sama ketika sekolah tersebut masih merupakan Lagere School (SD) St. Louis pada masa penjajahan Belanda dan dikenal dengan nama Broederan St. Louis yang dibangun pada tahun 1923.
Sejarah
Periode BroedersSchool Krembangan (1862 – 1922)
Pada tanggal 12 Juli 1810, Romo Hendricus Waanders dan Romo Philipus Wedding datang dari Belanda. Romo Wedding bertugas di Batavia dan Romo Waanders menetap di Surabaya. Romo Waanders mendirikan rumah sekaligus digunakan untuk gereja di jalan Gatotan. Pada tanggal 10 Maret 1811 sudah mulai ada orang yang dibaptis untuk pertama kalinya. Sejak Romo Waanders meninggal, penggembalaan di Surabaya diserahkan kepada Ordo Jesuit. Mgr Fracken, Vikaris Apostolik di Batavia berhasil memperoleh imam-imam Jesuit untuk misinya. Pada tanggal 09 Juli 1859 Pater Vanden Elzen, SJ dan Pater Palinckx, SJ tiba dan ditempatkan di Surabaya. Pater Vanden Elzen melihat bahwa misi di Surabaya tidak akan berhasil kalau tidak ada lembaga pendidikan yang bersedia mendidik anak-anak.
Pater Vanden Elzen berusaha memanggil Bruder CSA dari Oudenbosh, Belanda untuk berkarya di Surabaya mendidik anak laki-laki. Vader Vincentius pimpinan bruder CSA Oudenbosh mengutus 4 orang bruder ke Surabaya pada tahun 1862 :
Bruder Engelbertus
Bruder Stanislaus
Bruder Antonius
Bruder Felix
Pada tanggal 07 Juli 1862, sekolah katolik dibuka dan dimulai dengan 20 murid. Mereka memulai sekolah dasar Bijzondere Europeesche Lagere Jongens Schools (ELS) dengan menggunakan ruang kelas di sebelah Bruderan. Sekolah semakin hari semakin berkembang, banyak orang tua murid yang menaruh kepercayaan kepada para bruder. Broederschool di Krembangan (daerah Jl. Kepanjen) mengalami perkembangan yang pesat sekali di bawah pimpinan Overste Br. Engelbertus.
Periode Broederschool Coen Boulevard (1923 – 1950)
Konggregasi Bruder (Br) Santo Aloysius (CSA) di Surabaya menghendaki untuk mendirikan sekolah yang mengacu pada pendidikan sekolah Belanda pada tahun 1923. Kala itu, Kota Surabaya mengalami perkembangan yang pesat sehingga kongregasi memutuskan untuk memindahkan sekolah keluar kota Surabaya yaitu di daerah Wonokromo. Batas kota waktu itu di Kaliasin. Akhirnya, Bruder CSA memindahkan sekolah mereka di Jalan Dokter Sutomo (Coen Boulevard 7) yang sekarang menjadi Jalan Polisi Istimewa dan Suster Ursulin memindahkan sekolah mereka ke Jalan Darmo (Darmo Boulevard). Perumahan Belanda di Darmo ini dilengkapi dengan saran pendidikan yaitu St. Louis untuk pendidikan anak laki-laki dan St. Maria untuk pendidikan anak-anak perempuan. Selain sarana pendidikan, perumahan ini juga dekat dengan gereja Katedral (Coen Kerk) dan rumah sakit Darmo.
Gedung Broederschool yang terletak di Coen Boulevard 7 ini dibangun dengan arsitek Hulswit, Fermont & Ed. Cuypers dari Weltevreden Batavia. Gedung ini mulai digunakan pada tahun 1923 sebagai Lagere School (SD) St. Louis, kemudian berubah menjadi Meer Uitgebreid Lager Onderwijs atau MULO (SMP). Pada tahun 1942, Jepang datang menjajah Indonesia, sehingga banyak orang Belanda dibunuh atau dipenjara oleh tentara Jepang. Pada tahun 1943, Broederschool digunakan untuk markas Polisi Istimewa yang dipimpin oleh Muhammad Yasin. Setiap hari pasukan Polisi Istimewa ini mengadakan latihan baris-berbaris di halaman sekolah. Gedung St. Louis ini menjadi saksi bisu para pelaku sejarah kemerdekaan Indonesia di Surabaya dan menjadi cikal bakal brigade mobil (satuan kepolisian Brimob). Di bagian depan St. Louis, juga terjadi peristiwa pengibaran bendera merah putih yang pertama kalinya di Surabaya pada hari Minggu, 19 Agustus 1945.
Pada tahun 1950, St. Louis berubah lagi menjadi Hogere Burger School atau HBS (SMA).
Periode SMA Katolik St. Louis 1 Dr. Soetomo (1951 – 1974)
Setelah beberapa tahun gedung St. Louis dipinjam untuk markas dan asrama Polisi Istimewa, pemerintah Indonesia mengembalikan gedung sekolah ke Bruder CSA sehingga dapat digunakan kembali sebagai sekolah. Sesudah orang Belanda pergi kembali ke negeri Belanda, maka dibukalah SMA berbahasa Indonesia. Pada tanggal 1 Agustus1951 dimulai dan dibuka satu kelas SMA di salah satu ruang kelas dekat dengan asrama Bruder (sekarang Soeverdi). Setiap tahun kelas terus bertambah sampai seluruh gedung terpakai semua untuk pendidikan SMA. Inilah awal dari SMA Katolik St. Louis yang merupakan transformasi dari Broederschool. Sejak tahun 1951 inilah usia SMA Katolik St. Louis dimulai.
Pada saat itu, belum dapat ditentukan kepala sekolah. Kendalanya adalah karena tidak banyak Bruder CSA yang menguasai Bahasa Indonesia. Melalui berbagai pertimbangan, maka terpilihlah Romo Engelbertus sebagai kepala sekolah sampai tahun 1953. Pada awal berdirinya SMAK St. Louis tingkat kelulusan hanya mampu mencapai 45% dari jumlah siswa yang ada. Namun hasil ini menempati peringkat tertinggi di Surabaya. Guru-guru yang mengajar pada saat itu bersifat "samenraapsel" (seadanya, siapa saja yang mau jadi guru), karena minimnya tenaga pengajar yang tersedia. Baru tahun 1953, Pak Lie menyelesaikan B I dan diangkat menjadi guru kimia resmi di SMAK St. Louis, dalam masa kepemimpinan Br. Rosarius (1953 1958). Kemudian diperkuat pula oleh Br. Marternus (guru dan dosen kursus B I/ 11 lImu Pasti). Keadaan ini kian membaik pada tahun 1954, saat J. Winarto mantan guru HBS dari SMAK St. Maria ikut pula bergabung.
Pada tahun 1958 Br. Rosarius harus cuti sehingga kepemimpinan diserahkan pada Lie Siong Thay hingga tahun 1961. Selanjutnya dijabat oleh Br. Aquino sampai tahun 1965, lalu digantikan Br. Valerianus (Family name Hendricus Cornelisse 'Hennie') sampai tahun 1972.
Periode SMA Katolik St. Louis 1 – Lazaris (1975 – 2000)
Seputar tahun 1974 terhembus berita mengejutkan bahwa SMA Katolik St. Louis akan diambil alih oleh Pertamina menyusul berita dibelinya Bruderan CSA, karena kongregasi bruder tidak mempunyai tenaga lagi untuk mengelola sekolah ini. Dalam rapat pimpinan Kongregasi Misi (C.M.), Romo Michael Utama Purnomo yang juga alumnus St. Louis mengusulkan supaya sekolah itu diambil alih oleh romo-romo C.M.. Lobi yang dilakukan oleh Romo C.M. membuahkan hasil yang menggembirakan, para pimpinan bruder CSA Indonesia menyetujui untuk menyerahkan SMA Katolik St. Louis kepada C.M. sebagai hibah. Rm. Utama akhirnya terpilih sebagai kepala sekolah SMA Katolik St. Louis dan STM St. Louis periode 1975-1979.
Sejak tahun 1975 kepala sekolah dijabat Romo Michael Utama Purnama, C.M.. Dalam masa kepemimpinan Romo Utama ini SMAK St. Louis. Pada tahun 1976 dimulailah membuka pendaftaran siswa perempuan pertama kalinya karena St. Louis awalnya memang dikhususkan untuk pendidikan anak laki-laki. Karena peminatnya yang banyak, SMA Yos Sudarso yang menyewa gedung St. Louis untuk sekolah di siang hari ikut melebur menjadi SMA Katolik St. Louis kelas siang.
Akibat pengunduran diri Romo Michael Utama Purnama, M.Ed., C.M., pada tahun 1980-1981 terjadi suatu masa transisi sehingga untuk sementara pimpinan sekolah diserahkan kepada Rm. V. Biefler C.M. dibantu oleh Suster Marieta O.S.U. dan Hariwardjono, J.B. Soemardi ditunjuk sebagai pelaksana harian. Pada tahun yang sama, SMA Katolik St. Louis berubah namanya menjadi SMA Katolik St. Louis 1 sehubungan berdirinya SMA Katolik St. Louis 2 sebagai perluasan dari sekolah yang berada di Jl. Polisi Istimewa No. 7 itu.
Mulai tahun 1981 jabatan kepala sekolah diserahkan kepada Bu Hariwardjono. Pada tahun 1985 SMAK St. Louis 1 mendapat status "disamakan". Semula status sekolah yang ada hanya sekolah bersubsidi atau tak bersubsidi. Pada bulan Juli 1989 Drs. F.J. Siswanto ditunjuk menjadi Kepala Sekolah hingga Juni 1991. Selanjutnya, kepala sekolah dijabat oleh Drs. B. Djokodwihatmono hingga Juni 2000.
Periode SMA Katolik St. Louis Pagi (2001 – Sekarang)
Mulai Juli 2000 kepala sekolah dijabat oleh J.B. Soemardi hingga Juni 2002. Mulai Juli 2002 kepala sekolah dijabat oleh Romo Alexius Dwi Widiatna, M.Ed., C.M. sampai bulan Juni 2012.
Setelah bertahun-tahun SMA Katolik St. Louis 1 Surabaya membagi kegiatan belajar dalam 2 bagian, pagi 07:00-12:30 untuk SMA kelas 1 dan 3. Sekolah siang 13:00-18:30 untuk siswa SMA kelas 2, akhirnya pada tahun 2004 dimulailah pembangunan gedung baru untuk menampung siswa-siswa yang bersekolah di siang hari. Tepat mulai tahun ajaran 2005 semua siswa SMA Katolik St. Louis 1 untuk pertama kalinya dapat bersekolah di pagi hari bersamaan. Kemudian mulai bulan Juli 2012 sampai 2016 kepala sekolah dijabat oleh Romo Canisius Sigit Tridrianto, M.Hum., C.M. Kemudian mulai 2016 sampai 2020 kepala sekolah dijabat oleh Dra. Indah Noor Aini, M.Pd. Tahun 2020 hingga sekarang kepala sekolah dijabat oleh Dra. Sri Wahjoeni Hadi S.
Semakin berkembangnya sekolah, banyak sekali prestasi yang diraih oleh para siswa di bidang akademis dan non-akademis di level nasional maupun internasional. Berbagai perbaikan fasilitas sekolah dilakukan supaya kegiatan belajar mengajar bisa berjalan dengan nyaman dan efektif. Sarana berdoa yaitu kapel St. Mary Medal dan perpustakaan St. Thomas Aquino pun dibangun untuk melengkapi perkembangan iman dan ilmu pengetahuan para siswa. Taman-taman yang ditata asri dengan tujuan penghijauan lingkungan diharapkan dapat menginspirasi siswa agar setelah lulus dari SMA Katolik St. Louis 1 mereka terbiasa memperhatikan lingkungan di mana mereka hidup.