Artikel atau sebagian dari artikel ini mungkin diterjemahkan dari Rd Mochtar di en.wikipedia.org. Isinya masih belum akurat, karena bagian yang diterjemahkan masih perlu diperhalus dan disempurnakan. Jika Anda menguasai bahasa aslinya, harap pertimbangkan untuk menelusuri referensinya dan menyempurnakan terjemahan ini. Anda juga dapat ikut bergotong royong pada ProyekWiki Perbaikan Terjemahan.
(Pesan ini dapat dihapus jika terjemahan dirasa sudah cukup tepat. Lihat pula: panduan penerjemahan artikel)
Raden Mochtar (31 Mei 1918 - 19 Oktober 1997) adalah pemeran Indonesia. Ia telah mengawali karier di film layar lebar sejak dekade tahun 1930 hingga tahun 1990an. Film pertamanya pada tahun 1935 yang berjudul Pareh, Het Lied Van Der Rijst dengan sutradara Mannus Franken dari Belanda. Filmnya didukung oleh Doenaesih, Soekarsih, dan T. Effendy.
Pemain yang diinginkan Balink ditemukan secara tidak sengaja saat ia, Joshua dan Otniel sedang menemani Balink minum kopi di depot. Balink teriak senang sampai Otniel dan Joshua terkejut. Peria itu ia temukan. Tetapi peria itu melintas dewngan sepeda motor, dan mereka mengejarnya dengan mobil. Melihat pemuda itu dikejar oleh orang pakai mobil dan didalamnya ada Belanda totok, maka pemuda itu melarikan diri karena takut akan Homo Seksual (saat itu sedang ramainya homoseksual). Setelah ditemukan, Balink masih kurang puas juga, Mochtar nama pemain itu harus diberi gelar ningrat. Mochtar memang berdarah bangsawan, tetapi orang tuanya meninggalakan.
Masalah darah biru itu karena urusan politis. Dan Balink ingin Mochtar harus memakai gelar ningratnya lagi. Balink sendiri menyelusuri gelar itu dan Mochtar memang berhak menyandang gelar Raden lagi. Dan Balink ingin Mochtar jadi Rd.Mochtar. Jadilah pemuda ini terkenal.
Pada 1935 Mochtar berperan dalam peran utama Mahmud dalam film Albert BalinkPareh. Balink keluar dengan kopi dengan Joshua dan Otniel Wong dan melihat Mochtar, yang dianggapnya tinggi, kuat, dan tampan, mengemudi oleh. Balink dan Wongs mengejar Mochtar dalam mobil mereka dan menangkapnya. Untuk film Mochtar diberitahu untuk menggunakan judul Raden, yang ia dan keluarganya sudah ditinggalkan.[3] Menurut antropolog Indonesia Albertus Budi Susanto, penekanan pada judul Mochtar ini dimaksudkan sebagai cara untuk menarik penonton kelas yang lebih tinggi.[4] Film yang biaya 75.000 gulden untuk memproduksi, adalah kegagalan komersial.[5] Namun, itu secara finansial bermanfaat bagi Mochtar, yang membayar punggawa bulanan 250 gulden.[6]
Balink ingat Mochtar untuk film berikutnya, Terang Boelan, pada tahun 1937 Meskipun peran menyerukan Mochtar menyanyi ia tidak mampu melakukannya. Dengan demikian, komposer Ismail Marzuki dipanggil untuk memberikan suara menyanyi Mochtar ini. Film ini sukses secara komersial, mengumpulkan lebih dari 200.000 Dolar Singapura selama rilis internasional.[7] Hal ini menyebabkan Mochtar menjadi bintang bankable dan sering bermain bersama Roekiah. Film ini juga memainkan peran dalam pembentukan sistem bintang di bioskop di negara itu.[8] Segera setelah rilis Terang Boelan Mochtar menikah dengan aktris Soekarsih, siapa dia bertemu di lokasi syuting Pareh.[9]
Setelah sukses dengan Terang Boelan dan emigrasi Balink ke Amerika Serikat, sebagian besar cast - termasuk Mochtar - telah ditandatangani dengan Tan's Film. Film pertama Mochtar dengan perusahaan, Fatima (1938), ini sukses secara komersial, produktif 200.000 gulden pada anggaran 7.000 gulden.[10] Setelah membuat beberapa film lebih lanjut, berdasarkan 1940 Mochtar telah meninggalkan Tan atas sengketa upah. Dia membuat lebih tiga film dengan Yo Kim Tjan Populair Film ini sebelum pindah ke film aksi.[11]
Karier kemudian
Selama pendudukan Jepang (1942-1945) dan berikutnya revolusi empat tahun, Mochtar bertindak dalam beberapa kelompok teater, termasuk Terang Boelan, Bintang Soerabaja, dan Pantai Warna. Sebagai industri film Indonesia mendapatkan uap selama tahun 1950, Mochtar terus bertindak. Selain film Indonesia, ia juga memiliki peran dalam Rodriguo de Villa, oleh perusahaan Filipina Pictures LVN.[1]
Pada akhir 1950-an industri film lokal surut dan Mochtar menjadi seorang pengusaha, kemudian petani. Pada pertengahan 1960-an ia pergi haji ke Mekkah, dan pada tahun 1970 ia mulai bertindak lagi. Selama periode ini ia menerima penghargaan dari kedua Javan Barat dan pemerintah Jakarta yang untuk aktingnya.[1] Ia terus aktif dalam film sampai 1991.[12]Pada 19 Oktober 1997, Rd Mochtar dikabarkan telah meninggal dunia di usia 79 tahun di ibu kota Jerman, Berlin tanpa sebarang berita apapun.