Radio Republik Indonesia Jakarta (RRI Jakarta) adalah stasiun radio milik LPP Radio Republik Indonesia di DKI Jakarta. Stasiun ini mengoperasikan tiga stasiun radio FM, seluruhnya menjadi stasiun induk dari jaringan radio RRI sejenis. Mulai mengudara pada tanggal 16 Juni 1925 sebagai Bataviaasche Radio Veereniging,[1] RRI Jakarta berlokasi di Jalan Medan Merdeka Barat 4-5, Gambir, Gambir, Jakarta Pusat, bersamaan dengan kantor pusat LPP RRI.
Sejarah RRI Jakarta tidak bisa dilepaskan dari sejarah Radio Republik Indonesia secara keseluruhan. Sejarah mencatat bahwa perkembangan radio di Jakarta dimulai pada masa Penjajahan Belanda, dimana pada tahun 1925 didirikan stasiun radio pertama yang bernama Bataviaasche Radio Vereniging (BRV) yang disiarkan dalam Bahasa Belanda dan menyasar penduduk Belanda dan komunitas Internasional di Hindia Belanda.[2]
Pada tahun 1928, dibentuklah stasiun radio milik pemerintah yang diberi nama Nederlandsch-Indische Radio Omroep Maatschappij (NIROM) di Amsterdam, yang direncanakan menjadi stasiun radio yang memancarkan siarannya ke seluruh wilayah Pulau Jawa, dan tiga tahun kemudian ke seluruh penjuru Hindia Belanda.[3] Namun, karena sesuatu hal yang berbau teknis, NIROM baru mulai beroperasi pada tanggal 1 April 1934 di Batavia (kini Jakarta) sekaligus mengesahkan Undang-Undang Radio (Radiowet) yang bertujuan untuk mengontrol dan membatasi siaran-siaran radio yang ada di Hindia Belanda.[4]
Di sisi lain, pasca lahirnya radio pertama milik pribumi Solosche Radio Vereniging (SRV; kini RRI Surakarta) pada tahun 1933, stasiun penyiaran radio serupa di Batavia turut didirikan yang diberi nama Vereniging voor Oosterse Radio-Omroep (VORO) pada tahun 1934, dimana Abdulrachman Saleh adalah tokoh dibalik pendirian VORO, yang pada tahun 1936 menjadi pemimpin di stasiun radio tersebut.[5] Kala itu, VORO bersiaran pada gelombang 88 meter dengan daya pancar 40 watt, yang berangsur-angsur ditingkatkan secara bertahap menjadi 75 watt, hingga pada akhirnya 200 watt.[6] Sebelumnya VORO menempati sebuah gedung di Jalan Kramat Nomor 81, tetapi karena biaya sewa yang terlalu mahal mereka pindah ke Jalan Menteng Raya 20 dan merupakan lokasi dari gedung tersebut hingga Jepang memasuki wilayah Batavia pada tahun 1942.[6]
Jatuhnya Hindia Belanda ke tangan Kekaisaran Jepang membuat NIROM dan semua radio swasta yang dibentuk pada zaman Penjajahan Belanda dibubarkan termasuk VORO, dan sebagai gantinya, Jepang membentuk Hoso Kanri Kyoku (放送管理局, Pusat Jawatan Radio) di Jakarta. Pembentukan radio ini dipandang penting oleh Jepang sebagai alat propaganda perangnya dan melarang memperdengarkan bahasa dan lagu berbahasa asing. Pada saat itu, Hoso Kanri Kyoku merelay siaran Radio Tokyo (kini NHK) setiap pukul 22.00 yang diperuntukkan bagi bala tentara Jepang di Indonesia dan masyarakat Jepang pada umumnya.[7] Selain itu, radio tersebut juga sudah mengenal siaran Warta Berita yang dipancarluaskan secara nasional di 7 cabang Hoso Kyoku lainnya.
Jatuhnya bom atom ke Hiroshima dan Nagasaki serta Menyerahnya Jepang pada tahun 1945 membuat para pejuang kemerdekaan Indonesia bersukacita. Berkat berita yang berhasil didapat secara sembunyi-sembunyi dari BBC pada 14 Agustus 1945, para pemuda dan pejuang kemerdekaan berkeinginan merebut siaran radio milik Jepang untuk menyebarkan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Di Jakarta, Joesoef Ronodipoero membacakan teks proklamasi tersebut pada tanggal 17 Agustus pkl 19.00 meskipun harus disiksa oleh Tentara Jepang.[8] Akibat aksi ini, pemerintah pendudukan Jepang menutup siaran-siaran radio Hoso Kyoku sejak 19 Agustus 1945. Siasat pun dilakukan tokoh-tokoh kemerdekaan untuk tetap menyiarkan berita penting ini, seperti lewat adanya siaran gelap yang berhasil digunakan Presiden Soekarno untuk berpidato pada 25 Agustus 1945.[7]
Stasiun
Logo programa siaran RRI Jakarta.
RRI Jakarta saat ini menjalankan tiga stasiun radio yang bersiaran secara analog. Stasiun-stasiun radio tersebut antara lain:
Selain bersiaran melalui frekuensi analog, ketiga Programa lokal juga bersiaran secara digital terestrial dalam format Digital Audio Broadcast (DAB) melalui frekuensi 229.072 MHz (12D) & Multiplekser (MUX) TVRI Joglo (Jakarta) melalui frekuensi 650 MHz (43 UHF - DVB-T2), dimana frekuensi tersebut juga mencakup RRI Programa 5, Classic Channel (musik klasik), Keroncong Channel (keroncong), dan Jazz Channel (musik jaz).[9]
Masing-masing stasiun RRI Jakarta setidaknya memiliki satu acara yang disiarkan secara nasional di stasiun-stasiun RRI sejenis. Beberapa di antaranya ialah:
GondangDia (Goyang Dangdut Indonesia Amerika) (bersama dengan Voice of America)
Di samping itu, RRI Programa 1 Jakarta, seperti halnya stasiun sejenis di daerah-daerah lain, juga merelai sejumlah acara berita dari RRI Programa 3. RRI Programa 4 Jakarta juga melakukan siaran kerjasama dengan Pusat Penerangan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dalam "Siaran TNI" yang disiarkan pada setiap hari Sabtu pukul 19.00 WIB.[12]