Peternakan susu adalah salah satu jenis usaha di bidang peternakan yang mengusahakan produksi susu, biasanya dari sapi susu, tetapi juga bisa bersumber dari hewan lain seperti kambing, domba, unta, dan kerbau yang bisa langsung diolah di tempat, dikirimkan ke pabrik pengolahan susu, atau dijual secara langsung ke masyarakat.
Kebanyakan peternakan susu sapi menjual sapi jantan yang baru lahir, biasanya untuk dipelihara yang kemudian dipotong sebagai daging sapi muda (veal) atau sebagai sumber benih sapi susu. Kebanyakan peternakan susu juga menumbuhkan atau mencari bahan pakan mereka sendiri, terutama rumput dan daun dan batang jagung. Bahan pakan ini bisa diberikan secara langsung ke sapi atau disimpan dan difermentasikan sebagai silase untuk diberikan kemudian.
Peternakan susu telah menjadi bagian dari pertanian sejak ribuan tahun yang lalu, awalnya muncul sebagai usaha pemeliharaan skala kecil dan tersebar di berbagai tempat. Dalam perkembangannya selama ratusan tahun, peternakan yang dikhususkan untuk memproduksi susu mulai bermunculan. Peternakan susu skala besar ketika itu hanya dikembangkan ketika ada permintaan susu dalam jumlah besar atau jika susu bisa diolah menjadi produk yang lebih tahan lama, seperti keju, mentega, krim, dan sebagainya.
Peternakan susu tersentralisasi berkembang di sekitar desa dan pinggir kota di mana tumbuh bahan pakan sapi dan ruang untuk menggembalakan sapi. Petani bisa memelihara sapi dalam skala kecil untuk diperah susunya sebagai konsumsi keluarga sendiri, penghasil pupuk kandang, dan sumber tenaga penggerak.
Kebanyakan peternak melakukan pemerahan susu di dalam ruangan dua kali sehari,[1] di dalam kandang. Pemberian pakan dapat dilakukan ketika pemerahan. Penggembalaan sapi saat ini sulit ditemukan, kecuali di daerah pedesaan di mana masih terdapat padang rumput atau wilayah alam terbuka luas. .
Sejarah metode pengawetan susu
Temperatur yang dingin telah menjadi metode utama dalam menjaga kesegaran susu. Ketika kincir angin dan pompa air ditemukan, salah satu penggunaan yang utama selain untuk menyediakan air bagi hewan ternak, juga digunakan untuk mendinginkan susu, sehingga usia simpannya menjadi lebih lama untuk dipasarkan, karena air tanah memiliki temperatur yang dingin secara alami. Metode ini digunakan sebelum kedatangan listrik dan refrigerasi.
Refrigerasi
Ketika refrigerasi pertama kali hadir pada abad ke 19, peralatan tersebut digunakan untuk mendinginkan kaleng susu yang telah diisi melalui pemerahan dengan tangan. Kaleng ditempatkan di atas air yang terus mengalir dalam siklus termodinamika untuk membuang panas hingga kaleng ditransportasikan ke fasilitas pengumpulan. Metode otomasi digunakan, susu didinginkan dengan pendingin susu curah berupa bank es (ice bank).
Bank es digunakan sebagai penangkap panas. Bank es merupakan sebuah kolamair pendingin dengan tembok berinsulasi. Di dalamnya terdapat air yang didinginkan terus menerus dengan koil pendingin yang dialirkan dengan kompresor. Air dari bank es inilah yang digunakan untuk mendinginkan susu dalam jumlah besar. Cara mendinginkan susu bisa bervariasi, tetapi pada umumnya menggunakan penukar panas. Disebut bank es karena es dapat terbentuk di permukaan air dan sekitar koil pendingin ketika beban pendinginan tidak tinggi.
Penukar panas (heat exchanger) yang digunakan di pendinginan susu biasanya berupa plat baja tahan karat tipis yang memisahkan antara aliran susu dan air dingin. Susu dan air dingin bergerak secara searah (paralel flow) atau berlawanan (counter flow) tergantung tipe dan laju pendinginan yang diinginkan. Ketika susu dan air dingin mengalir dengan dipisahkan oleh sekat baja tahan karat, panas berpindah dari susu ke air dingin sehingga susu mengalami penurunan temperatur. Temperatur yang dingin mampu memperlambat pertumbuhan bakteri yang mungkin terdapat di dalam susu sehingga susu bisa disimpan dalam waktu yang lebih lama. Lihat teknik keamanan pangan.
Susu umumnya diolah dengan tujuan meningkatkan usia simpan, beberapa diolah untuk meningkatkan rasa. Produk susu yang paling umum adalah susu homogenisasi, susu pasteurisasi, keju, krim, mentega, dan yoghurt. Di Indonesia, susu banyak dijual dalam bentuk susu kental manis, susu bubuk, dan susu skim. Sedangkan di daerah sekitar sentra produksi susu seperti Pangalengan, tersedia susu pasteurisasi dalam bentuk cair dan dingin, yaitu susu yang hanya melewati proses minimal (pasteurisasi) sehingga rasanya mendekati susu segar.
Terdapat variasi yang cukup besar dalam produksi susu di berbagai negara. Beberapa negara yang memproduksi dalam skala besar juga mengkonsumsinya dalam jumlah besar. Namun ada juga negara, seperti Selandia baru, mengekspor sejumlah besar produk susu yang mereka produksi. Konsumsi dalam negeri biasanya dalam bentuk cair, sedangkan perdagangan internasional umumnya dalam bentuk terproses seperti susu kental, susu skim, dan susu bubuk.
Secara umum, produsen susu terbesar adalah Uni Eropa yang terdiri dari 27 negara anggota, dengan hasil mencapai 153000000 metrik ton pada tahun 2009,[2][3] dengan 95% berupa susu sapi. Negara produsen terbesar dalam Uni Eropa adalah Jerman dan Prancis. India merupakan negara terbesar penghasil susu dengan 55% merupakan susu kerbau. Sedangkan eksportir terbesar adalah Selandia baru,[4] dan importir terbesar adalah Tiongkok.[5]
Total produksi susu dunia tahun 2009
Statistik FAO[2]
(mencakup susu sapi/kerbau/kambing/domba/unta)