Perang Belanda–Hansa
Perang Belanda–Hansa[1] adalah konflik antara Kontas Holland, bertindak secara independen dari bagian lain Belanda Burgundia, melawan Liga Hansa.[2] Sedikit pertempuran sungguhan yang terjadi, dengan armada Belanda berpatroli di Øresund sedangkan armada Hansa memblokir akses Belanda ke Laut Baltik. Konflik berakhir setelah Eric dari Pomerania dipaksa turun dari takhta Denmark pada tahun 1440, dan raja baru Christoph dari Bavaria mencari resolusi. Perdamaian dibuat pada tahun 1441 melalui Perjanjian Kopenhagen. Latar belakangPerang Belanda–Hansa adalah perang kompetisi dagang dan kendali atas perkapalan di Laut Baltik. Selama beberapa tahun, ketegangan antara pedagang Belanda dan Hansa telah meningkat karena pedagang Hansa berusaha membatasi perdagangan Belanda dengan Livonia. Sebagai tanggapan, Belanda mulai mempekerjakan samun laut untuk melawan perkapalan Jerman.[3] Peristiwa dan resolusiPada tanggal 14 April 1438 perang resmi dinyatakan oleh pemerintah Belanda terhadap enam kota Wendish dari Liga tersebut—Hamburg, Lübeck, Lüneburg, Greifswald, Stettin (kini Szczecin) dan Anklam—dan Kontas Holstein,[2] dan pada tanggal 23 April, Liga Hansa memberitakan kota-kota anggotanya mengenai situasi tersebut dan menyarankan pengiriman melalui Flandria, bukan melalui Holland atau Zeeland. Sedikit pertempuran sungguhan yang terjadi sepanjang perang, meskipun pada bulan Mei 1438, Belanda memobilisasi semua kapal yang sesuai di Holland dan memerintahkan pembuatan 79 kapal baru. Selama sebagian besar tahun 1438–1440, armada Belanda berpatroli di Øresund tetapi tidak berhasil menembus jauh ke Laut Baltik itu sendiri, karena armada Wendish berhasil memblokir perlintasan.[2][3] Namun, Negara Ordo Teutonik menyatakan diri netral, dan kota-kota di Prusia menolak bantuan militer apapun terhadap upaya perang oleh Hansa.[3] Ketika Eric dari Pomerania dipaksa turun dari takhta Denmark pada tahun 1440, pembukaan untuk penyelesaian dengan raja baru Christoph dari Bavaria muncul dengan sendirinya. Meskipun secara nominal bersekutu dengan kota-kota Hansa, dia mendukung rekonsiliasi dan solusi atas konflik, dan bahkan memberikan hak sama kepada pedagang Belanda seperti halnya pedagang Hansa di Denmark.[3] Pada bulan September 1441, penyelesaian damai dibuat melalui Perjanjian Kopenhagen. Penyelesaian ini berarti kedua pihak saling memberikan hak perdagangan bebas, yang memberikan kembali akses tanpa batas untuk Belanda untuk perdagangan di Laut Baltik. Ini diharapkan akan memberikan manfaat jangka panjang untuk Belanda bukan kota-kota Jerman, tetapi penyelesaian damai juga memuat ganti rugi mahal yang harus dibayar oleh Belanda.[2][3] Referensi
|