Peradaban Tipe II (Peradaban Stellar) adalah peradaban yang bisa menguasai energi suatu bintang (dalam kasus kita adalah 1026watt).[1] Peradaban ini kemungkinan sudah memiliki kemampuan untuk melakukan perjalanan interstellar (Warpdrive).[2] Diperkirakan peradaban manusia akan memasuki skala ini sekitar millenium selanjutnya.[3] Jika manusia mulai melakukan perjalanan antarbintang pada abad ke-22, maka diskala ini, umat manusia sudah mengeksporasi dan membuat koloni di seluruh bintang yang berjarak sekitar 1000 tahun cahaya dari bumi, atau 2% dari total ukuran Galaksi Bimasakti.
Untuk menguasai energi dari sebuah bintang kita harus membuat suatu struktur raksasa yang bernama Bola Dyson.[4] Bola Dyson dapat berupa sebuah kumpulan roket-roket kecil yang dilengkapi oleh panel surya. Roket-roket ini lalu mengelilingi matahari. Lalu energi yang diserap disini akan dikirim melalui media tertentu ke Bumi dan Mars (yang kala itu kemungkinan telah di terraformasi). diperkirakan satu bola dyson bisa menghasilkan energi sebesar 386 yottajoule per detik.
Kemampuan peradaban tipe II
Selain membuat Bola Dyson, kemampuan lain dari peradaban ini peradaban ini adalah:[5]
Transportasi
Karena sudah bisa membuat bola dyson, peradaban di tipe ini dapat membuat pesawat luar angkasa bertenaga solar, yang kemungkinan memiliki kecepatan mencekati (atau bahkan lebih cepat dari) kecepatan cahaya.
Teknologi
Seiring tingkat peradaban yang berkembang, para ilmuwan memprediksi bahwa umat manusia dapat membuat megastruktur seukuran planet, menterraformasi planet, atau barangkali membangun cakram Alderson.
Koloni Angkasa
Dalam proses tercapainya Tipe II, para ilmuwan berspekulasi bahwa umat manusia akan membangun peradaban di planet lain. Berikut ini adalah beberapa planet dan satelit yang menjadi kandidat untuk dibangun peradaban[6]
Terlepas dari suhu permukaan dan paparan radiasi yang tinggi, para ilmuwan berspekulasi bahwa umat manusia masih mampu untuk membangun koloni di kawah-kawah yang terletak di daerah kutub. Karena Merkurius hampir tidak memiliki kemiringan sumbu, beberapa kawah yang terletak di daerah kutub tidak pernah terpapar sinar matahari, menjadikannya tempat yang dapat dijadikan sebuah koloni. Selain koloni, dalam bidang kolonisasi angkasa, Merkurius juga memiliki satu keuntungan lain, yaitu tanahnya yang kaya akan mineral, yang dapat ditambang, untuk bahan pembuatan wahana antariksa.
Koloni di Venus dapat bertahan di lapisan atmosfer teratas di Venus, karena suhunya yang ideal, yaitu sekitar 75 derajat celcius. Gravitasi di Venus hanya 10% lebih rendah dari Bumi, sehingga koloni disana dapat terhindar dari dekalsifikasi tulang dan kehilangan massa otot. Selain itu, awan di Venus menghalangi radiasi dari matahari. Ditambah, jaraknya yang dekat dengan bumi, membuat transportasi ke planet tersebut relatif murah (perjalanan lima bulan, bila menggunakan roket masa kini).
Bahkan, para ilmuwan juga berpendapat bahwa umat manusia juga mampu menterraformasi Venus, seperti layaknya Mars.
Para ilmuwan berpendapat bahwa bulan dapat digunakan sebagai "tempat pemberhentian" dalam proses kolonisasi Mars. Kondisi tanahnya yang kaya akan mineral langka, ditambah dengan kecepatan lepasnya yang rendah membuat Bulan cocok sebagai tempat pembuatan sekaligus peluncuran roket dan wahana antariksa.
Mars memiliki gravitasi yang tidak jauh berbeda dengan Bumi. Kondisi iklim di Mars juga dapat ditemukan di Bumi, lebih tepatnya di kutub utara dan selatan. Para ilmuwan bersspekulasi bahwa umat manusia mampu menterraformasi Mars, dengan melelehkan es di kedua kutub Mars untuk membentuk lautan, dan membentuk atmosfer buatan.
Bahkan, sekarang, ada beberapa pihak yang sudah mempersiapkan misi berawak ke Mars, yaitu NASA, pada 2030, dan SpaceX pada 2024.
Ilmuwan berspekulasi, bahwa Ceres dapat digunakan sebagai tempat pemberhentian, dalam proses kolonisasi sistem planet gas dan es di tata surya. Ceres, bersama dengan asteroid-asteroid lainnya di sabuk asteroid, memiliki cadangan es dan mineral langka dalam jumlah banyak.