Penyakit sereh adalah salah satu penyakit tumbuhan yang menyerang tebu. Penyakit ini sudah sejak abad ke-19 dikenal dan pada tahun 1880-an menyebabkan wabah yang luas di Pulau Jawa sehingga dikhawatirkan mematikan bisnis pergulaan di sana.[1] Selain di Jawa, penyakit ini juga menyerang di beberapa pusat industri gula lain.
Penyebab penyakit ini belum diketahui sampai sekarang tetapi diduga adalah (beberapa) virus[2] Gejala yang tampak adalah mosaik bertutul-tutul pada daun, disertai dengan batang yang tumbuh pendek sehingga tebu tampak mirip serai (sereh). Gejala lainnya adalah daun melipat memanjang, mengerdil, dan menyempit.
Untuk mengatasinya, pemerintah Hindia Belanda membentuk tiga pusat penelitian gula di Jawa (salah satunya sekarang menjadi P3GI) dan melaksanakan program perbaikan yang intensif di bawah kendali Dr. F. Soltwedel dan menjadi salah satu contoh klasik pemuliaan tanaman yang melibatkan persilangan antarspesies, yaitu antara tebu (Saccharum officinarum) dan gelagah (S. spontaneum).[1] Pada tahun 1901 telah dihasilkan beberapa klon unggulan harapan. Pada tahun 1921 berhasil dirilis POJ 2878 yang memiliki ketahanan terhadap penyakit sereh dan segera tersebar luas di seluruh perkebunan tebu dunia. Sampai sekarang hampir semua perkebunan tebu menanam kultivar tebu dengan moyang salah satu dari beberapa seri POJ yang dihasilkan dari penelitian tersebut.
Referensi