Penjenamaan digital
Penjenamaan merek digital atau pencitraan merek digital (bahasa inggris: digital branding) merupakan teknik manajemen merek yang menggunakan perpaduan antara pencitraan merek internet dan pemasaran digital untuk mengembangkan sebuah merek melalui berbagai rana digital, termasuk di dalamnya hubungan berbasis internet, aplikasi [1][2]berbasis gawai ataupun konten media lainnya.[3] Konsep dasarPencitraan merek digital bertujuan untuk menciptakan hubungan antara konsumen dan produk ataupun jasa yang ditawarkan, [4][5] sehingga merek tersebut dapat dikenali di dunia digital.[6] Secara singkat, tujuan akhir dari pencitraan merek digital tidak melulu untuk meningkatkan penjualan, namun untuk meningkatkan kesadaran, gambaran serta gaya dari merek tersebut. Pencitraan merek digital pada akhirnya akan menciptakan loyalitas konsumen dalam jangka panjang. Pembentukan merek yang mapan membutuhkan setidaknya empat poin utama [3]
Dampak digital dalam pencitraan merekSebelum munculnya era internet, informasi tentang berbagai perusahaan maupun calon konsumen terasa sedikit terbatasi karena kurangnya akses informasi, pemisahan geografis serta kurangnya interaksi. [7] Kemunculan internet dan situs jejaring pada akhirnya mengubah pencitraan merek:[8] internet telah mengubah interaksi antara merek dan konsumen; lalu situs jejaring memfasilitasi penjualan dan pemasaran daring, serta membantu mengumpulkan data konsumen dengan lebih komprehensif. [9] Saluran pencitraan merek digitalMenurut CEO dari Mabbly, Hank Ostholthoff, pencitraan merek digital difasilitasi oleh beberapa saluran. Sebagai seorang pengiklan, salah satu tujuan utamanya ialah menemukan saluran yang menghasilkan hubungan komunikasi dua arah yang maksimal serta tingkat pengembalian investasi yang terbaik bagi brand[3] Ada beberapa saluran pemasaran online yang tersedia, yaitu: [10]
Pencitraan digital personalSetelah media sosial telah terbentuk dan berevolusi selama beberapa dekade terakhir, pencitraan merek digital telah menjadi hal yang personal. Banyak individu yang menggunakan media sosial untuk mencitrakan dan memasarkan dirinya dalam membangun kehidupan personal maupun profesional.[16] Akibatnya, batasan antara sisi personal dan profesional seringkali dirasa mulai menghilang. Individu yang aktif di media sosial harusnya sadar bahwa segala hal yang ada di media sosial adalah untuk konsumsi publik dan bisa saja diakses oleh kolega, klien dan mitra profesional lainnya. Banyak perguruan tinggi dan perusahaan yang telah membuat aturan tertentu dalam menggunakan media sosial. Profil media sosial yang dikurasi secara baik tentunya akan menarik bagi calon atasan, sedangkan tidak tampil secara baik di media sosial tentunya mengurangi kesempatan untuk dipertimbangkan sebagai pegawai. [17] Referensi
|