Paus Yohanes XIX
Paus Yohanes XIX († Oktober 1032) adalah Uskup Roma dan Paus Gereja Katolik yang menjabat dari tahun 1024 hingga kematiannya pada tahun 1032. Ia lahir dengan nama Romanus, berasal dari keluarga Tusculum yang berpengaruh di Italia. Keluarganya dikenal karena kekuatan politiknya, termasuk peran dalam memilih dan memengaruhi beberapa paus selama periode abad pertengahan. Yohanes XIX, sebelum menjadi Paus, adalah seorang awam yang kemudian diangkat langsung menjadi uskup Roma, sebuah keputusan yang menuai kontroversi. Latar Belakang dan KeluargaRomanus lahir dari keluarga Tusculum yang kaya dan berkuasa di wilayah Latium, dekat Roma. Keluarganya memegang kendali besar atas Gereja di Italia selama abad ke-11. Ia adalah saudara dari Paus Benediktus VIII dan paman dari Paus Benediktus IX. Penunjukan Romanus sebagai paus melanjutkan tradisi keluarga Tusculum dalam memanfaatkan pengaruh politik untuk mengendalikan takhta suci. Romanus dikenal sebagai seorang yang terdidik dan fasih dalam bidang hukum dan pemerintahan. Sebelum menjadi paus, ia tidak memiliki pengalaman rohani atau jabatan gerejawi. Namun, ia diangkat sebagai paus oleh kekuatan politik keluarganya setelah kematian saudaranya, Benediktus VIII. Kepausan Yohanes XIXKetika Romanus menjadi paus, ia memilih nama Yohanes XIX. Kepausannya ditandai oleh hubungan yang rumit antara gereja dan politik, khususnya dalam pengaturan kekuasaan Kekaisaran Romawi Suci dan kerajaan-kerajaan Eropa. Kontroversi PengangkatanSebagai seorang awam yang tidak pernah menerima tahbisan sebelumnya, Yohanes XIX menerima semua tahbisan suci secara berurutan dalam waktu singkat sebelum diangkat sebagai paus. Hal ini dianggap tidak lazim bahkan pada zamannya, menimbulkan kritik dari beberapa kalangan gereja yang memandangnya sebagai paus yang diangkat demi kepentingan politik keluarga Tusculum. Hubungan dengan Kekaisaran Romawi SuciSalah satu peristiwa penting selama kepausannya adalah penobatan Raja Konrad II sebagai Kaisar Romawi Suci pada tahun 1027. Penobatan ini menandai hubungan erat antara takhta suci di Roma dan kekaisaran di Jerman, meskipun hubungan itu sering kali dibayangi oleh ketegangan atas otoritas gerejawi dan sekuler. Konsili dan ReformasiYohanes XIX berperan dalam beberapa konsili gereja, termasuk Konsili Pavia, di mana ia mendukung reformasi liturgi dan administrasi gereja. Namun, ia juga dikritik karena diduga menjual jabatan gerejawi (simonia), sebuah praktik yang umum pada masa itu, tetapi tetap menjadi skandal besar bagi umat Kristen. Hubungan dengan Ortodoks TimurSalah satu episode yang paling dikenal dari kepausannya adalah keterlibatan dalam dialog dengan Gereja Ortodoks Timur. Yohanes XIX berusaha untuk memperbaiki hubungan dengan Patriark Konstantinopel, tetapi usahanya tidak menghasilkan kesatuan yang diharapkan. Ada tuduhan bahwa ia bersedia menerima penggunaan gelar "Patriark Ekumenis" oleh Patriark Konstantinopel dengan imbalan bayaran, meskipun ini belum dapat dipastikan sepenuhnya. Kematian dan WarisanYohanes XIX meninggal pada bulan Oktober 1032. Kepemimpinannya meninggalkan warisan yang kontroversial. Beberapa memuji upayanya dalam menjembatani hubungan gereja Barat dan Timur, sementara yang lain mengecamnya sebagai seorang paus yang lebih peduli pada keuntungan politik daripada reformasi rohani. Ia digantikan oleh keponakannya, Benediktus IX, yang dikenal sebagai salah satu paus termuda dalam sejarah Gereja Katolik. Kepausan Yohanes XIX mencerminkan periode transisi dalam sejarah gereja, di mana pengaruh keluarga-keluarga aristokrat mendominasi takhta suci sebelum reformasi gerejawi besar pada abad berikutnya. Catatan TambahanPaus Yohanes XIX sering disebut sebagai simbol dari era Pornokrasi, di mana kekuasaan duniawi mendominasi gereja. Namun, penilaiannya juga bergantung pada perspektif sejarah, mengingat konteks politik dan sosial zamannya.
|