Paus Yohanes I (???-526) Paus yang diangkat ketika sudah berusia tua ini, sanggup mengakhiri Skisma Akasia (484–519). Hasilnya, hubungan kepausan dengan Yustinus I, kaisar Bizantium, menjadi pulih. Membaiknya relasi ini membuat gereja-gereja Timur dan Barat dapat bersatu kembali. Paus Yohanes I juga meratifikasi perhitungan Aleksandria untuk tanggal Paskah yang akhirnya diterima di seluruh Gereja Barat.
Sayangnya, penyatuan kembali itu malah mengakhiri hubungan persahabatan antara kepausan dengan Theodorik Agung, penguasa Ostrogot di Roma. Theodorik menyangsikan pemulihan hubungan tersebut. Permusuhan Theodorik, yang seorang Kristen Arian, dan Yustinus I makin berkobar ketika Yustinus I menindak bidah Sekte Arian di wilayah kekaisaran Bizantium. Theodorik, pada tahun 525, memerintahkan Paus Yohanes I untuk merundingkan penarikan Dekrit Yustinus.[1]
Usaha tersebut tidak berhasil dan ketika Paus Yohanes kembali ke Ravenna, wilayah kekuasaan Theodorik, Theodorik segera menahan Yohanes atas tuduhan berkonspirasi dengan Kaisar Yustinus I. Ia dipenjarakan di Ravenna hingga meninggal karena sakit.
Tubuhnya dibawa ke Roma dan dikuburkan di Basilika Santo Petrus. Yohanes I dilukiskan dalam seni dalam keadaan sedang melihat melalui jeruji penjara, atau dilukiskan sedang dalam penjara bersama-sama seorang Diakon dan seorang Subdiakon. Ia dihormati di Ravenna dan di Toscana.[2]
Referensi
^"Saint John I | pope". Encyclopedia Britannica (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-12-09.