8°08′44″S 115°05′05″E / 8.145463°S 115.084626°E / -8.145463; 115.084626
Panji adalah desa yang terletak di wilayah Bali utara tepatnya berada di kecamatan Sukasada, kabupaten Buleleng, provinsi Bali, Indonesia. Desa ini terletak 315 meter dari permukaan laut.[3][4]
Sebagian besar masyarakatnya bekerja di sektor pertanian dan perkebunan. Total jumlah penduduk pada tahun 2009 adalah 8.537 Jiwa. Luas desa 1061 ha. terletak pada ketinggian 20m- 650m di atas permukaan laut.
Sejarah
Masa Pemerintahan Dalem Segening Klungkung
Sejarah cikal bakal Desa Panji berawal dari masa pemerintahan Dalem Segening di Kerajaan Klungkung. Pada masa itu, raja Dalem Segening melakukan hubungan gelap dengan seorang selirnya yang benama Ni Luh Pasek yang konon berasal dari wilayah Bali Utara (sekarang Buleleng). Dari hasil hubungannya tersebut lahirlah seorang anak (sentana) yang diberi nama I Gusti Gede Pasekan (Ki Barak).
Sebagaimana legenda yang masih dipercaya, bahwa pada saat kelahirannya (I Gusti Gede Pasekan) menunjukan ciri-ciri yang sangat menonjol. Pada saat Ki Barak tidur, sang raja melihat cahaya yang memancar dari ubun-ubun (pabaan) Ki Barak. Melihat pertanda tersebut, sang raja memanggil penasehat istana serta menanyakan tentang arti pertanda. Menurut pengamatan spiritual, penasehat istana mengatakan bahwa kelak ia (Ki Barak) akan menjadi orang yang berpengaruh dan berkuasa di jagat ini. Rupa-rupanya hal ini menimbulkan keresahan dalam hati sang raja tentang keutuhan kerajaan di kemudian hari.
Atas saran dari penasehat istana, raja Dalem Segening memutuskan untuk mengirim Ki Barak ke Bali Utara. Disamping untuk menghindari perpecahan dalam kerajaan, keputusan ini juga sebagai sebuah tindakan politis dalam perluasan kekuasaan nantinya. Sehingga pada saat Ki Barak genap berumur 15 tahun, raja Dalem Segening kemudian memerintahkan Ki Barak untuk pergi ke Bali Utara. Hingga pada akhirnya, ia sampai dan menetap di Desa Panji. Pada saat itu, Desa Panji sudah berdiri sebuah kerajaan kecil yang diperintah oleh raja bengis yang bernama Ki Pungakan Gendis.
Sebuah sayembara besar untuk menolong sebuah kapal laut besar milik seorang pengusaha dari Cina yang karam di Segara Penimbangan yang berbunyi; "Barang siapa yang dapat mengembalikan/mendorong kapal tersebut ke tengah laut, maka semua isi kapal tersebut akan dihadiahkan kepadanya." Masyarakat berbondong-bondong mengikuti sayembara tersebut namun tidak ada yang berhasil termasuk Ki Pungakan Gendis. Ki Barak pun ikut dalam sayembara tersebut, dengan kemampuan gaib sebilah keris yang dibawanya, ia mengacungkan tangannya kearah kapal dan perlahan-lahan kapal bergerak ke tengah. Seketika itu, masyarakat yang menyaksikan bersorak mengelukan-elukan Ki Barak dan pedagang cina itu pun memberikan semua isi kapalnya yang berupa emas, berlian, kain, beras dan lain sebagainya sehingga membuat Ki barak menjadi kaya-raya.
Melihat prestasi gemilang serta dukungan rakyat yang semakin besar terhadap Ki Barak, maka Ki Pungakan Gendis kian murka hingga memutuskan untuk melakukan peperangan dengan Ki Barak. Pada akhirnya Ki Pungakan Gendis tewas dan peperangan dimenangkan oleh Ki Barak. Dengan gugurnya raja Pungakan Gendis, mulai era pemerintahan baru di bawah kekuasaan I Gusti Gede Pasekan yang kemudian dikenal sebagai I Gusti Ngurah Panji Sakti yang setelah dinobatkan menjadi raja bergelar Anglurah Ki Barak Panji Sakti.
Dibawah bendera kerajaan Anglurah Ki Barak Panji kepentingan rakyat diprioritaskan, serta didukung pola tata pemerintahan yang baik sehingga ia benar-benar mendapat tempat di hati rakyatnya, berwibawa, arif dan bijaksana. Selama pemerintahannya, ia pun secara terus menerus mengembangkan daerah kekuasaanya hingga pada akhirnya seluruh wilayah bali Utara ( Buleleng ) dikuasainya. Belum merasa puas dengan kekusaannya di Bali Utara, Ki Barak terobsesi untuk melakukan perluasan kekuasaan sampai ke Pulau jawa. Beberapa wilayah di pulau jawa yang berhasil di taklukan adalah wilayah Blangbangan yang di pimpin oleh raja yang bernama Ki Pasung Gerigis.[5]
Geografi
Batas wilayah
Demografi
Penduduk desa Panji berjumlah 8.904 jiwa terdiri dari 4.351 laki-laki dan 4.553 perempuan dengan rasio sex 95.[1]
Jumlah Penduduk
Data Desember 2009: Laki-laki: 4.279 Jiwa, Perempuan: 4.258 Jiwa, Jumlah keseluruhan: 8.537 Jiwa, Kepala Keluarga (KK): 2.262 Keluarga.
Mata Pencaharian Penduduk
Sebagai besar penduduk Desa Panji bekerja sebagai petani.[6] Selebihanya bekerja di bidang perkebunan, peternakan, dan kerajinan. Ada juga yang bekerja sebagai pegawai pemerintahan, pedagang atau pegawai swasta.
Pemerintahan
Pembagian administrasi
- Banjar Dinas Mekar Sari
- Banjar Dinas Mandul
- Banjar Dinas Dangin Pura
- Banjar Dinas Dauh Pura
- Banjar Dinas Kelod Kauh
- Banjar Dinas Bangah
- Banjar Dinas Babakan
- Banjar Dinas Kembang Sari
Organisasi Subak
- Subak Dauh Bunut
- Subak Babakan Dauh Sema
- Subak Tegal Panji
- Subak Bangah
- Subak Lapang Bedangin
- Subak lapang Bedauh
- Subak Mandul
- Subak Kedu
Potensi Desa
- Sektor Pertanian : Kurang potensial untuk di kembangkan karena factor pengairan yang kurang mendukung disamping biaya produksi yang terlalu tinggi.
- Sektor Perkebuanan: Yang masih potensial adalah perkebunan cengkih dan tembakau.
- Sektor peternakan : Sebagian besar jenis peternakan potensial untuk dikembangkan di Desa Panji,tetapi kendalanya adalah factor pemasaran.
- Sektor Kerajinan : Sektor kerajinan juga cukup potensial untuk dikembangkan di Desa Panji, namun kendala pemasaran yang sangat tergantung pada pesanan dan keadaan pariwisata.
- Sektor Pariwisata : Saat ini sudah mulai banyak warga negara asing yang tinggal dan menetap di desa panji, hal ini karena suasana di desa ini masih asri dan penduduk lokal yang sangat ramah.
Pendidikan
- Jumlah TK: 1 Unit, yaitu; TK Tunas Mekar.
- Jumlah SD: 6 Unit, yaitu:
- SD N 1 Panji
- SD N 2 Panji
- SD N 3 Panji
- SD N 4 Panji
- SD N 5 Panji
- SD N 6 Panji
Pariwisata
Monumen Bhuwana Kerta
Di desa Panji terdapat sebuah monumen perjuangan rakyat Bali pada zaman kolonialisme Belanda yang dikenal dengan "Monumen Bhuwana Kerta" Monumen perjuangan ini dibangun setelah perjuangan rakyat Bali dalam mempertahankan daerahnya dari kolonialisme Belanda yang ingin memecah belah rakyat Bali pasca proklamasi Kemerdekaan Indonesia dikumandangkan. Dalam kesempatan itu, rakyat Bali, khususnya Bali Utara membuat ikrar yang berbunyi: “Bila Republik Indonesia menang, ditempat ini akan dibangun sebuah Pura Republik”. Ikrar nasionalisme ini diucapkan oleh para pejuang kemerdekaan pada 17 Januari 1948.
Monumen Bhuwana Kerta pun dibangun dengan peletakan batu pertama pembangunannya dilaksanakan pada 31 maret 1966. Luas areal Monumen Bhuwana Kerta sekitar 1,350 hektar. Monumen Bhuwana Kerta bertinggi 17 meter, merupakan visualisasi simbolik angka keramat kemerdekaan bangsa Indonesia. Puncak monumen berwujud padmasana dan api, merupakan simbol Tuhan yang memberi anugerah kemerdekaan bagi bangsa Indonesia. Di bawah wujud padmasana dan api terdapat wujud delapan helai daun teratai simbol asthadala, manifestasi Tuhan dalam keyakinan Hindu. Selain itu, bentuk ini merupakan simbol dari bulan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Referensi
Pranala luar