Pangkalan TNI Angkatan Udara Roesmin Nurjadin atau (Lanud Roesmin Nurjadin) adalah Pangkalan Udara Militer tipe "A"[1][2] yang berada dibawah jajaran Komando Operasi Angkatan Udara I. Pangkalan Udara yang berada di Pekanbaru dulunya terkenal dengan nama "Pelabuhan Udara Simpang Tiga" telah dioperasionalkan sejak zaman Penjajahan Belanda. Perizinan penggunaan tanah untuk lapangan udara tersebut diberikan oleh Sultan Siak kepada Pemerintah Belanda yang tertuang dalam Surat Sultan Siak No. 9 tanggal 10 Juli 1930 yang diperbaharui tahun 1937, meliputi Timur - Barat 1.090 M dan Utara - Selatan 3.000 M. Pada saat itu pemerintahan belanda menggunakan lapangan udara Simpang Tiga untuk memperlancar hubungan keluar dan mengangkut hasil bumi yang ada di pulau Sumatera ke negerinya, disamping sebagai pelabuhan militer. Hal ini berlaku sampai Jepang masuk ke Indonesia.
Pada tanggal 27 September 2012, "Pangkalan TNI Angkatan Udara Pekanbaru" berganti nama dari "Pangkalan TNI Angkatan Udara" (Lanud) Pekanbaru menjadi "Lanud Roesmin Nurjadin". Pergantian nama ini diresmikan langsung oleh Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Imam Sufaat. Nama pangkalan udara ini diambil dari Roesmin Nurjadin, KSAU periode 1966 hingga 1969.[3]
Sejarah
Pada masa penjajahan Jepang, Pelabuhan Udara Simpang Tiga digunakan sebagai basis Angkatan Udara dalam upaya memperkuat sekaligus mempertahankan wilayah jajahannya. Bagi Jepang Pelabuhan Udara Simpang Tiga merupakan kunci Selat Malaka, di mana Selat Malaka merupakan jalur perdagangan internasional terbesar saat itu. Setelah Indonesia merdeka, Pelabuhan Udara Simpang Tiga dijadikan sebagai Pangkalan Perhubungan dan Pangkalan Militer di mana pada masa Perang Fisik di sini ditempatkan pesawat udara yang dipimpin oleh Opsir Udara II Sukotjo. Pada waktu Agresi Belanda II, Pangkalan Udara Roesmin Nurjadin yang kala itu bernama Lanud Pekanbaru seakan-akan dikosongkan oleh TNI AU karena situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan untuk bertahan, seluruh anggota TNI AU ditarik ke Bukittinggi, Sumatera Barat. Pada tahun 1952 karena Pangkalan Udara Pekanbaru terjadi kekosongan pimpinan, maka akhirnya ditunjuk Pratu Ibrahim untuk menjabat sebagai Komandan Pangkalan Udara Pekanbaru. Pada masa itu mulai dikirim personel-personel dari Pusat untuk menempati bagian-bagian penting di Pangkalan Udara Pekanbaru, dengan pusat pimpinan di Pangkalan Udara Tabing, Padang.[4]
Pada masa penumpasan PRRI 1958 Pangkalan ini dipakai sebagai Pangkalan Operasi untuk basis penumpasan PRRI. Dari sini dilakukan serangan udara untuk merebut Medan dan Sumatera Barat/Padang. Pada masa Dwikora tahun 1964 Pangkalan ini kembali berfungsi sebagai Pangkalan Operasi, di mana beberapa skadron dipersiapkan sebagai persiapan untuk basis angkatan udara. Pada tahun 1958 s.d. 1959, Komandan Pangkalan Udara Pekanbaru dijabat oleh Lettu Pas. Nikijuluw. Oleh karena di Pekanbaru waktu itu dalam masa transisi antara Pemerintah RI dan PRRI, maka ditugaskan Lettu Psk Nikijuluw untuk menetralisir keadaan Pangkalan Udara (PU), sekaligus diperintahkan untuk menjabat Komandan Lanud Pekanbaru. Pada tahun 1959 s.d. 1961, Komandan Pangkalan Udara Pekanbaru dijabat oleh Kapten Psk Soenardi. Kedatangan dia di Lanud Pekanbaru dalam rangka tugas operasi sesuai situasi dan kondisi waktu itu. Pada tahun 1961 s.d. 1966 Pangkalan Udara Pekanbaru dibawah Pimpinan Komandan Lanud Mayor Psk Marzoeki. Pada waktu itu mulai ada peningkatan Lanud Pekanbaru, baik yang bersifat fisik maupun non fisik, seperti kesejahteraan anggota mulai meningkat, pembangunan kantor Staf Lanud lama (sekarang Mess Paskhasau), pembangunan sarana ibadah dan adanya gagasan untuk membangun asrama. Pada tanggal 14-7-1971, dengan bertambahnya jumlah personel maka mulai dibangun pula asrama-asrama untuk mendukung pelaksanaan tugas seperti Aula, Gor. Pada tanggal 8-12-1980 mulai ada pembangunan Run Way, perlebaran landasan dan lain-lain. Hal ini dimaksudkan sebagai persiapan untuk menyambut datangnya Skadron Udara 12 dengan pesawat-pesawat tempur A-4 Skyhawk buatan Amerika Serikat oleh pabrik McDonnell Douglas.
Dengan adanya penambahan struktur organisasi TNI AU, pada tanggal 7-9-1983 Operasi Boyong pertama anggota Skadron Udara 12 dilaksanakan dari “Home Base” lama Lanud Iswahyudi ke ”Home Base” Lanud Pekanbaru. Kemudian baru Alut Sistanya 4 (empat) buah pesawat tempur jenis A-4 Skyhawk. Dengan demikian type Pangkalan Udara TNI AU Pekanbaru berubah dari Lanud type B menjadi Lanud type A-2. mengingat tugas-tugas yang semakin berat maka jumlah kekuatan pesawat tempur A-4 Sky Hawk ditambah menjadi 16 (enam belas) unit berikut personelnya. Pada masa kepemimpinan Kolonel PNB Holkie BK, dengan semakin berkembangnya Skandron Udara 12 akhirnya kantor staf Skadron Udara 12 dipindah dari kantor lama (sekarang kantor Provost dan Intelud) ke kantor baru. Pada tangal 14-7-1988 tugas dan tanggung jawab Komandan Pangkalan Udara Lanud Pekanbaru diserahterimakan kepada Kolenel PNB Tamtama Adi Nrp. 502552. Pada waktu itu mulai dibangun lapangan tembak dari udara ke darat “AWR SIABU” di daerah TK II Kampar, kemudian dibangun juga lapangan golf Simpang Tiga. Untuk lebih meningkatkan kualitas para penerbang tempur, di Lanud Roesmin Nurjadin telah dibangun gedung ACMR (Air Combat Manouvering Range) bekerja sama dengan Singapore Armed Force (SAF), disamping itu juga dilaksanakan penyempurnaan lapangan tembak “Air to Ground” AWR Siabu dengan membangun beberapa fasilitas pelengkap.
Pada tanggal 1 Mei 1993 pucuk pimpinan Lanud Pekanbaru dipegang oleh Kolonel PNB Wartoyo Nrp. 503277. Pada saat itulah Skadron Udara 12 diperintahkan oleh pimpinan untuk segera melaksanakan boyong ke Lanud Hasanudin. Adapun opersi boyong dilaksanakan mulai tanggal 25 Agustus 1995 sebanyak 11 (sebelas) pesawat. Kemudian disusul dengan peralatan lainnya, seperti “GSE Power dan Power”. Selanjutnya dalam rangka peralihan status dari pangkalan udara type A-2 menjadi Pangkalan Udara type A-1, di Lanud Pekanbaru sedang dipersiapkan sarana dan prasarananya seperti, pembangunan Gedung Skadron Teknik 045, GPL, Loxplant, Alms, Gedung Simulator, Shelter, kantor Staf Skadron dan kantor alkat (Alat Keamanan Terbang). Sedangkan Alut Sista Udara yang akan ditempatkan di Lanud Pekanbaru (Skadron 12) adalah pesawat tempur Hawk 100/200 buatan British Aerospace (BAE). Dengan demikian Pangkalan TNI AU Pekanbaru nantinya akan menjadi ujung tombak pertahanan udara di wilayah barat Republik Indonesia. Pada tanggal 29 September 1999 Kolonel Pnb Eris Herryanto menerima tugas sebagai Komandan Lanud Pekanbaru. Pucuk pimpinan Lanud Pekanbaru kemudian dipegang oleh Kolonel Pnb Pandji Utama, S.Ip (11-8-2001 s/d 22-4-2003). Dalam perencanaan pengembangan dan renovasi fasilitas guna melengkapi prasyarat sarana terwujudnya Pangkalan Induk type A1 antara lain melengkapi fasilitas gedung-gedung Skadron Paskhas 462, renovasi bangunan (GOR dan kantor Komandan Lanud), membangun perumahan type 36 dan 45 (dikomplek Bangau). Type 45 dan 54 (dikomplek Rajawali) untuk personel Paskhas. Perencanaan tersebut baru terlaksana ketika Lanud Pekanbaru dipimpin oleh Kolonel Pnb Rodi Suprasodjo, SIP (22-4-2003 s/d 16-3-2004). Pada tanggal 16-3-2004 Lanud Pekanbaru dipimpin oleh Kolonel Pnb R. Hari Muljono selanjutnya pada tanggal 13-4-2005 Komandan Lanud pekanbaru diserahterimakan kepada Kolonel Pnb Bonar H. Hutagaol dalam kepemimpinannya selama 2 tahun telah mendirikan tempat ibadah Gereja dan renovasi masjid Amrullah. Kolonel Pnb Gandhara Olivenca menjabat sebagai Danlanud Pekanbaru berakhir pada tanggal 19-1-2008 selanjutnya diserahterimakan kepada Kolonel Pnb Dody Trisunu. Pada tanggal 16 Oktober 2009 Lanud Pekanbaru dipimpin oleh Kolonel Pnb Nanang Santoso, pada masa kepemimpinannya Lanud Pekanbaru mencanangkan visinya sebagai Lanud Andalan. Dengan mengusung visi sebagai Lanud Andalan, Lanud Pekanbaru terus berupaya meningkatkan kinerjanya dalam segala bidang, baik operasi, personel maupun logistik termasuk meningkatkan sarana prasarana lainnya seperti pembangunan areal “Sport Centre” dengan merehab dan membangun berbagai fasilitas olahraga seperti pembangunan kolam renang Tirta Andalan, Gor Andalan, tugu Home of Fighter, pembebasan lahan sepanjang jalan masuk Lanud Pekanbaru, kolam pancing Adi Sutjipto, perbaikan masjid Amrullah, pemagaran kawasan komplek perumahan dan perkantoran, dll. Saat ini Lanud Roesmin Nurjadin merupakan ujung tombak kekuatan Angkatan Udara khususnya di wilayah barat Indonesia, dengan alutsista pesawat tempur Hawk 100/200 Lanud Roesmin Nurjadin terus melaksanakan tugas-tugas negara dalam mengawal dan menjaga kedaulatan wilayah udara Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pangkalan TNI Angkatan Udara Roesmin Nurjadin, PRAYATNA KERTA GEGANA (Pangkalan TNI AU Roesmin Nurjadin sebagai ujung tombak TNI Angkatan Udara senantiasa waspada dalam mengamankan, mengawal, dan menegakkan kedaulatan negara di udara/digantara nasional.
Satuan
Komandan Lanud Roesmin Nurjadin
Validasi Organisasi dan Menjadi Type A[5]
Referensi
|
---|
Sumatera | Bandara internasional | |
---|
Bandara domestik | |
---|
|
---|
Jawa | Bandara internasional | |
---|
Bandara domestik | |
---|
|
---|
Nusa Tenggara | Bandara internasional | |
---|
Bandara domestik | |
---|
|
---|
Kalimantan | Bandara internasional | |
---|
Bandara domestik | |
---|
|
---|
Sulawesi | Bandara internasional | |
---|
Bandara domestik | |
---|
|
---|
Maluku dan Papua | Bandara internasional | |
---|
Bandara domestik | |
---|
|
---|
- Bandar udara domestik melayani penerbangan domestik, pribadi, dan carteran.
- Nama bandar udara yang diberi tanda * bisa mengeluarkan Visa on Arrival (VoA)
|