Pahonjean, Majenang, Cilacap
KarakteristikDesa Pahonjean adalah sebuah desa yang terletak di kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap, Jateng. Pahonjean Berbatasan langsung dengan Desa Adimulya Wanareja, Desa Mulyadadi, desa salebu, dan desa Cibeunying Desa ini memiliki pembagian wilayah yang nama nya adalah sebagai berikut:
Dari pembagian wilayah tersebut diambil berdasarkan kemajuan Wilayah masing-masing, dari wilayah tersebut semua memiliki keunikan masing-masing yaitu:
Tokoh Penting
Sistem Penulisan Desa PahonjeanDalam desa Pahonjean, terdapat sebuah sistem penulisan yang unik dan khas yang masih dilestarikan hingga saat ini. Sistem penulisan ini digunakan oleh warga Pahonjean khususnya saat berkomunikasi melalui tulisan, seperti pesan di platform chat seperti WhatsApp, Tulisan sehari hari atau Tulisan yang digunakan Non-formal. Berikut adalah contoh dan deskripsi lebih lanjut tentang sistem penulisan tersebut:
orang pahonjean biasa nya suka memperpendek bahasa mereka dikarenakan kata dan penulisan nya yang terlalu panjang, ribet, dan susah untuk di baca, mereka biasa memperpendek nya dengan cara berikut:
menjadi
dan ini agar memudahkan kan standar kebahasaan nya agar lebih hemat dalam penulisan, dan ada juga contoh lain nya sebagai berikut:
menjadi
dari kata berikut memiliki arti sore ini
Selain itu, ada juga penggantian huruf fokal lain dalam sistem penulisan Pahonjean. Berikut adalah penggantian yang digunakan: - Huruf "A": Disebut sebagai "Ei". - Huruf "I": Disebut sebagai "Ae". - Huruf "U": Disebut sebagai "Ngu". - Huruf "E": Disebut sebagai "En". - Huruf "O": Disebut sebagai "Ou". Jadi, jika mereka ingin menulis kalimat "Saya tinggal di Pahonjean", dalam sistem penulisan Pahonjean akan menjadi "Seiyei-taenggeil-dae- peihuongjenein".
dan orang pahonjean tidak selalu lupa dengan tanda garis (-) ini menunjukkan bahwa sebuah kata telah selesai atau telah berakhir contoh nya soure-(sore) , Nngunggngu-(Nungguin) , dan lnguas-(Luas) Namun sekarang sudah tanda tersebut hanya untuk Pengakhiran Contohnya dari kata diatas dan berfungsi juga sebagai pemberhentian kalimat contoh nya seperti titik (.)dalam bahasa indonesia
Deskripsi ini menggambarkan cara unik di mana masyarakat Pahonjean berkomunikasi dengan menggabungkan dan mengubah huruf-huruf fokal dalam bahasa Jawa dan Sunda yang mereka gunakan sehari-hari. Melalui sistem penulisan ini, mereka memadukan kedua budaya tersebut dan menciptakan sistem penulisan yang menggambarkan keunikan identitas Pahonjean. Demografi
Terdapat adanya 3 agama yang diakui di pahonjean dan berikut statistik datanya: Islam = 86,89% Islam Kejawen= 12,19% Kristen = 0,05% dari total populasi dan Harap dicatat bahwa persentase dapat dibulatkan dengan desimal yang lebih sedikit bergantung pada preferensi penghitungan dan presentasi data.
terdapat ada 3 etnis suku di desa ini yang terbilang Pokok berikut presentasi nya: Jawa = 70,13% Sunda = 28,05% Betawi = 0,93% Lainnya= 0,876% Hal itu bedasarkan jumlah populasi dari pahonjean, Harap dicatat bahwa persentase tersebut dihitung berdasarkan data yang diberikan dan dapat berubah jika data populasi diperbarui atau jika terdapat kategori lain yang harus dipertimbangkan dalam perhitungan. Asal Nama atau kataKata Pahonjean berasal dari bahasa Sunda, kata dasarnya adalah Honje (Bahasa Jawa: Onje atau kecombrang), yang biasanya merupakan campuran rujak uleg atau rujak bebek. Cerita asal usul Pahonjean karena adanya hutan honje. Orang yang menulis babad di Tanah Ponjean adalah orang Sunda, mereka menyebutnya Pa-Honje-an, yang secara kasar berarti tanah yang bentuknya seperti pohon honje itu. Akibat asimilasi budaya, kemudian terjadi pergeseran budaya, Pahonjean yang dulunya banyak orang Sunda, kini menjadi banyak orang Jawa. Orang Jawa kesulitan mengucapkan “Pahonjean” dan menyingkatnya menjadi Ponjean. Tarian
Deskripsi: Tari Ebeg Pahonjean adalah tarian tradisional yang menggambarkan semangat dan keberanian seorang suku Sunda yang mendiami tanah Pahonjean sebelum kedatangan orang Jawa. Tarian ini menampilkan gerakan energik dan dramatis yang melibatkan penari-penari yang mengenakan kostum kuda-kudaan dan alat musik tradisional seperti kendang, gong, dan angklung. Properti yang digunakan dalam tari ini meliputi kain kuda-kudaan, pedang, perisai, serta atribut lain yang melambangkan keberanian dan kekuatan.
Deskripsi: Tari Sintren adalah tarian tradisional yang berasal dari daerah Cirebon namun juga dilestarikan di pahonjean. Tarian ini menggambarkan seorang penyanyi utama atau "sintren" yang berhasil memukau dan menghibur penonton dengan suara dan gerakan mereka. Tari Sintren melibatkan gerakan tarian yang lemah gemulai dan ekspresif, dengan penekanan khusus pada gerakan tangan dan ekspresi wajah. Properti yang digunakan dalam tarian ini adalah kostum tradisional yang indah, seperti kain batik, selendang, dan hiasan kepala yang mencerminkan budaya dan tradisi Pahonjean.
Deskripsi: Tari Kawasiling Bangbungsiling adalah tarian yang menggambarkan kedatangan orang-orang Jawa ke Pahonjean saat masih merupakan tanah yang dikuasai oleh suku Sunda. Tarian ini menggabungkan gerakan dan elemen budaya dari kedua suku tersebut. Penari dalam tarian ini mengenakan pakaian tradisional yang menggabungkan motif dan nuansa Sunda dan Jawa. Properti yang digunakan dalam tari ini bisa termasuk payung, kipas, selendang, dan atribut lain yang mencerminkan pertemuan antara kedua budaya. Upacara adat ritual
Deskripsi: Ritual Hujan Syawal dilakukan setiap bulan Syawal di Pahonjean. Pada hujan pertama bulan Syawal, warga mengenakan kebaya putih dan berkumpul di luar rumah atau di tempat tertentu. Jika hujan turun, mereka melakukan hujan-hujanan sebagai bentuk kesyukuran dan doa untuk berkah dan rejeki di bulan yang baru. Jika tidak turun hujan, warga bersama-sama membagikan makanan atau sumbangan sebagai tanda solidaritas dan kebaikan atas berkah yang diberikan dalam bulan Syawal.
Deskripsi: Ritual Sinden Pahonjean adalah ritual yang dilakukan oleh warga Pahonjean pada tengah malam, tepat pukul 00.00. Warga berkumpul di tempat nyanyian yang telah ditentukan sambil membawa sesaji dan makanan. Mereka menyanyikan lagu-lagu tradisional Sindhen (jenis nyanyian Jawa) untuk menghormati leluhur dan sebagai ungkapan rasa syukur. Sinden adalah seorang penyanyi utama yang memimpin nyanyian dengan suara merdu dan penuh penghayatan. Ritual ini juga menjadi ajang sosialisasi dan kebersamaan warga, di mana mereka berbagi makanan dan menguatkan hubungan sosial dalam komunitas.
|