PT Pelayanan Listrik Nasional Batam atau biasa disingkat menjadi PLN Batam, adalah anak usaha dari PLN yang terutama menyediakan layanan ketenagalistrikan di Batam. Untuk mendukung kegiatan bisnisnya, hingga akhir tahun 2021, perusahaan ini mengoperasikan sejumlah pembangkit listrik dengan total kapasitas terpasang sebesar 623 MW.[2]
Sejarah
Penyediaan tenaga listrik di Batam dimulai pada tahun 1971 saat Pertamina mulai mengoperasikan sebuah PLTD berkapasitas 2x188 kW untuk memasok listrik ke fasilitas miliknya di Batam. Pada tahun 1976, pemerintah Indonesia membentuk Otorita Batam dengan J.B. Sumarlin sebagai ketua pertama. Sejak saat itu, pengelolaan dan pengembangan Batam pun dialihkan dari Pertamina ke Otorita Batam, termasuk pengelolaan dan pengembangan ketenagalistrikan. Saat itu, total kapasitas pembangkit listrik yang dikelola oleh Otorita Batam hanya 17,5 MW.
Pada tahun 1978, B.J. Habibie ditunjuk menjadi Ketua Otorita Batam dan mulai membangun PLTD di Sekupang dan Batuampar. Hingga tahun 1992, total kapasitas pembangkit listrik yang dikelola oleh Otorita Batam pun mencapai 45,5 MW. Seiring dengan makin meningkatnya kebutuhan listrik di Batam, pada bulan Januari 1993, pengelolaan dan pengembangan ketenagalistrikan di Batam akhirnya dialihkan dari Otorita Batam ke PLN. PLN kemudian membentuk PLN Wilayah Khusus Batam untuk mengelola dan mengembangkan ketenagalistrikan di Batam.
Pada bulan Oktober 2000, PLN Wilayah Khusus Batam resmi dipisah menjadi sebuah perusahaan tersendiri dengan nama "PT Pelayanan Listrik Nasional Batam". Pada bulan November 2012, perusahaan ini mulai mengoperasikan PLTMG Panaran berkapasitas 3×8,1 MW.[3] Pada tahun 2015, perusahaan ini mulai memasok listrik ke Bintan sebanyak 20 MW per hari melalui saluran transmisi listrik 150 kV sepanjang 17,9 kilometer.[2] Pada tahun 2015 juga, PLN menugaskan perusahaan ini untuk membangun dan mengoperasikan Mobile Power Plant (MPP) di delapan lokasi, yakni Medan, Nias, Duri, Bangka, Belitung, Lampung, Pontianak, dan Lombok dengan total kapasitas terpasang sebesar 500 MW.[4]
Pada bulan Agustus 2023, perusahaan ini menunjuk Rekadaya Elektrika untuk membangun PLTMG Sekupang berkapasitas 50 MW.[5]
Referensi