Operasi PX adalah nama sandi untuk rencana Jepang untuk melancarkan serangan teror biologis di pantai barat Amerika Serikat dalam Perang Dunia II. Operasi terencana itu dibatalkan karena penolakan yang kuat dari Kepala Staf Umum Yoshijirō Umezu dan Jepang menyerah setelah adanya bom atom dan deklarasi perang Soviet.
Ikhtisar
Operasi PX, dikenal juga sebagai "Sakura pada Malam hari" diusulkan pada bulan Desember 1944 oleh Kepala Staf Angkatan Laut Jepang, Laksamana Madya Jisaburō Ozawa. Nama untuk operasi itu berasal dari nama kode yang digunakan di Jepang PX untuk kutu yang terinfeksi Pestis bacillus. Dalam perencanaan operasi, Angkatan Laut bekerja sama dengan Letnan Jenderal Shiro Ishii dari Unit 731, yang memiliki pengalaman yang luas dalam persenjataan bakteri patogen dan kerentanan manusia untuk perang biologis dan kimia.[1]
Rencana serangan melibatkan pesawat Seiran yang diluncurkan dari kapal selam pengangkut pesawat di Pantai Barat Amerika Serikat, khususnya kota San Diego, Los Angeles, dan San Francisco. Pesawat-pesawat itu akan menyebarkan senjata penyakit pes, kolera, tifus, demam berdarah, dan patogen lainnya dalam suatu serangan teror biologis terhadap Amerika Serikat. Bahkan awak kapal selam akan terinfeksi juga dan mengarah ke pantai dalam sebuah misi bunuh diri.[2][3][4][5]
Perencanaan Operasi PX dimatangkan pada tanggal 26 Maret 1945, tetapi kemudian dipetieskan tidak lama setelah ada penolakan yang kuat dari Kepala Staf Umum Yoshijirō Umezu. Umezu kemudian menjelaskan keputusannya sebagai berikut, "Jika perang bakteriologis dilakukan, dari dimensi perang antara Jepang dan Amerika akan tumbuh pertempuran tak berujung antara umat manusia melawan bakteri. Jepang akan mendapatkan cemoohan dari dunia."[6]
Penggunaan senjata biologis terencana akhir muncul hanya setelah Jepang menyerah karena Shiro Ishii berencana untuk melancarkan serangan kuman bunuh diri terhadap pasukan pendudukan A.S. di Jepang. Serangan yang direncanakan ini tidak pernah terjadi karena penolakan dari Yoshijirō Umezu dan Torashirō Kawabe, yang tidak ingin Ishii meninggal dalam serangan bunuh diri, dan meminta ia untuk "menunggu kesempatan berikutnya dengan tenang." [7]
Setelah perang, Operasi PX pertama kali dibahas dalam sebuah wawancara dengan mantan kapten Eno Yoshio, yang sangat terlibat dengan perencanaan serangan, oleh koran Sankei pada tanggal 14 Agustus 1977. Menurut Yoshio, "Ini adalah pertama kalinya saya mengatakan semua tentang Operasi PX karena operasi ini terkait dengan aturan perang dan hukum internasional. Rencana itu tidak termasuk dalam operasi aktual, tapi saya merasa bahwa hanya fakta mengenai perencanaannya yang menyebabkan kesalahpahaman internasional. Saya bahkan belum pernah membocorkan apa pun pada staf dari arsip sejarah perang di Badan Pertahanan Jepang, dan saya tidak merasa nyaman membicarakan hal ini bahkan sampai sekarang. Tapi pada saat itu, Jepang kalah dengan kondisi sangat buruk dan segala cara untuk menang menjadi tidak masalah."[8]
Referensi