Operasi Kilat (Bahasa Rusia: операция Искра, terjemahan: operasi kilat) merupakan suatu operasi yang dilakukan oleh Uni Soviet pada masa Perang Dunia II.[1] Kata Iskra berarti kilatan cahaya dalam bahasa Rusia.[2] Nama ini digunakan karena adanya banyak pengeboman dari udara yang dilakukan, dibandingkan dengan operasi sebelumnya, yakni Operasi Serangan Sinyavino yang dilakukan di sekitar Tinggian Sinyavino. Operasi ini merupakan operasi kesekian setelah beberapa operasi penyerangan terhadap tentara Jerman di Danau Ladoga. Operasi dilakukan guna membuka kembali Kota Leningrad dari Pengepungan Leningrad yang dilakukan oleh tentara Jerman. Rencana operasi dibuat oleh Letnan Jenderal Leonid A. Govorov setelah mempelajari taktik perang tentara Jerman, serta penyebab kekalahan mereka pada operasi sebelumnya. Operasi ini berlangsung dari 11 Januari 1943 hingga 21 Januari 1943. Dilakukannya operasi ini menjadi akhir dari Pengepungan Leningrad, yakni pada tanggal 18 Januari 1943, terhitung 543 hari sejak awal terjadinya pengepungan tersebut. Kerugian perang dari pihak Uni Soviet maupun Jerman cukup besar.
Lokasi
Operasi Iskra terjadi di hilir dari Sungai Neva, di sisi barat daya dari Danau Ladoga. Pada awal mula operasi ini dilakukan, tentara Uni Soviet terbagi menjadi dua, yakni di pinggir sebelah barat dan timur dari sungai. Pada pinggir sebelah barat, tentara bertempat di Leningrad dan sekitarnya. Tentara ini kemudian disebut Front Leningrad. Selanjutnya pada sebelah pinggir sungai sebelah timur, yakni Petrokrepost (saat ini Schlüsselburg) ditempati oleh dua kubu berbeda. Pada sebelah barat dari pinggir sungai sebelah timur terdapat tentara Jerman yang masih dalam usahanya menghancurkan Leningrad.[3] Lokasi tentara tersebut membuat tentara Uni Soviet terbagi menjadi dua. Pada sebelah timur dari lokasi tentara Jerman, terdapat tentara Uni Soviet yang disebut Front Volkhov. Sebelah selatan dari kedua lokasi kubu tersebut terdapat tinggian bernama Sinyavino yang pada saat itu merupakan dataran kering. Lokasi di sekitar Sinyavino (termasuk markas kedua kubu) berupa dataran rendah bila dibandingkan dengan tinggian tersebut.[1]
Sasaran dari pengepungan dan operasi adalah Leningrad. Hal ini terjadi karena kota ini merupakan kota kedua terbesar yang dimiliki Uni Soviet, yang mana juga merupakan kota industri, dan salah satu simbol politik negara tersebut, di mana nama kota tersebut diambil dari mantan perdana menteri Uni Soviet, Vladimir Lenin. Lokasi kota ini diapit oleh Sungai Neva dan Danau Ladoga di sebelah timur, serta Teluk Finlandia di sebelah barat. Posisi yang strategis membuat lokasi ini penting bagi kedua belah pihak untuk diduduki.[3][4]
Serangan
Rencana Penyerangan
Setelah Pengepungan Leningrad oleh tentara Jerman, suplai menuju Leningrad terputus. Kota ini tidak sepenuhnya kosong oleh tentara, namun masih dijaga oleh Sektor Leningrad. Untuk mengembalikan kota ini, Letnan Jenderal Leonid A. Govorov membuat suatu rencana penyerangan. Tentara Sektor Leningrad bergerak menuju ke timur menyebrangi Sungai Neva di antara Danau Ladoga dan Nevskaya Dubrovka (sebelah selatan dari Leningrad). Tentara Sektor Volkhov akan bergerak menuju barat di antara danau dan Tinggian Sinyavino. Keduanya akan bertemu di utara Sinyavino dan kemudian membuka akses menuju kota terkepung tersebut. Sektor Leningrad dipimpin oleh Mayor Jenderal Mikhail P. Dukhanov, sementara sektor Volkhov dipimpin oleh Letnan Jenderal Vladimir Z. Romanovsky. Mengingat kegagalan mereka dalam Operasi Penyerangan Sinyavino, Uni Soviet melakukan penguatan dari udara dengan bantuan angkatan udara yang dipimpin oleh Letnan Jenderal Stepan D. Rybalchenko.[1] Rencana ini diterima pada bulan Desember 1942.
Keadaan Tentara Jerman
Selama Pengepungan Leningrad, tentara Jerman terus melakukan pertahanan dengan menyiapkan kapal feri antipeluru dan jaringan pertahanan di sekitar Petrokrepost. Di sepanjang sektor, terdapat rantai tentara penjaga. Selain itu, di antara kedua sektor milik Uni Soviet, dibangun benteng yang dijaga oleh lima divisi. Adanya Tinggian Sinyavino menguntungkan kubu ini dalam observasi. Selain untuk observasi, sayap Sinyavino juga digunakan untuk penjagaan dari tentara musuh. Hal ini dilakukan setelah belajar dari Operasi Penyerangan Sinyavino sebelumnya.[1]
Serangan Iskra
Mnurut rencana, serangan seharusnya dilakukan pada tanggal 27 Desember 1942, namun karena es di Sungai Neva cukup tipis, maka penyerangan ditunda hingga es memiliki ketebalan yang cukup, yakni pada tanggal 12 Januari 1943.[5] Serangan dimulai dengan simulasi yang juga digunakan untuk mengecoh tentara Jerman. Selanjutnya, di tanggal 11/12 Januari 1943 malam, tentara Uni Soviet menurunkan bom ke markas besar dan stasiun komunikasi udara musuhnya. Pada tanggal 12 Januari, selama sekitar 1.5 jam dilakukan tembakan meriam dari kedua sektor tentara Uni Soviet pada pukul 09.30 waktu setempat.[6] Selanjutnya, Sektor Leningard mulai melakukan invasi ke arah timur dengan pasukan artileri dan tank, masuk ke Petrokrepost melewati Sungai Neva yang beku. Pukul 18.00 insinyur dari sektor ini telah melakukan pembangunan jembatan untuk jalannya pasukan menuju Petrokrepost. Sektor Volkhov sendiri tidak begitu berhasil menyerang pertahanan musuh, namun dapat menaklukkan sisi depan bagian timur dari markas Jerman. Karena cuaca yang tidak mendukung, pada 13 Januari angkatan udara Uni Soviet tidak dapat beroperasi. Selain cuaca, adanya penahanan dari tentara Jerman yang berada di Tinggian Sinyavino menyebabkan tim sayap Sinyavino, tidak bergerak. Hal ini menyebabkan kekalahan besar pada hari tersebut. Tentara Jerman yang menyadari akan adanya penyerangan mengerahkan batalion dan pasukan tank untuk melawan kedua sektor. Kejadian ini sempat memunculkan keributan di antara petinggi militer. Tim Sinyavino dianggap pasif oleh tentara lainnya, sementara kepala tim tersebut, yakni Jenderal Simonyak menyatakan bahwa penyerangan hanya dapat dilakukan apabila Letnan Jenderal Govorov sudah memberikan komando. Walaupun bergerak cukup lambat, tanggal 14 Januari angkatan udara Uni Soviet kembali mengudara dan membantu penyerangan hingga ke timur Petrokrepost. Untuk mempercepat invasi, dikerahkan tentara dengan ski yang menyerang pusat komunikasi markas. Pada tanggal 17 Januari, jarak antara sektor Leningrad dan sektor Volkhov hanya berjarak 3 mil.[7] Pada hari-hari selanjutnya, serangan dilakukan oleh kedua sektor hingga hampir menduduki seluruh Petrokrepost. Tanggal 18 Januari pukul 09.30, tentara Uni Soviet berhasil menerobos blokade musuh dengan bertemunya kedua sektor. Hal ini kemudian menjadi momentum penting dalam pendudukan markas Jerman. Penghancuran Petrokrepost terus berlangsung hingga tanggal 21 Januari dan pada hari yang sama, tentara Uni Soviet mulai mengakuisisi benteng pertahanan.[1] Pada operasi ini pihak Jerman mengalami kerugian atas 13.000 tentara meninggal dan 1.250 tentara lainnya sebagai tahanan.
Kondisi Kota Setelah Operasi
Sejak sebelum terjadinya operasi hingga selama operasi berlangsung, Leningrad lumpuh dan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Musim dingin pada saat terjadinya operasi juga membuat kota ini lebih kesusahan dalam mencari makan. Warga kota sendiri merasakan peningkatan penjagaan tentara Jerman dan desas-desus mengenai usaha pengembalian kota tersebut.[6] Pada tanggal 18 Januari 1943 pukul 23.00 malam hari, seorang penyiar menyatakan bahwa dengan berkumpulnya sektor Leningrad dan Volkhov blokade Jerman telah dihancurkan. Sejak berita tersebut diumumkan, sensor pada radio dilepas dan Radio Leningrad mengudara hingga pukul 3 dini hari. Pada 19 Januari pukul 00.57 pengiriman berita ke Moskow mengenai pelepasan blokade Jerman berhasil dilakukan. Walaupun begitu, setelah berita dikirimkan, perlawanan pihak musuh masih gencar dilakukan.