Nolloth, kadang dieja sebagai Nolot atau Noloth adalah salah satu dari 10 negeri yang termasuk ke dalam wilayah kecamatan Saparua Timur, Maluku Tengah, Maluku, Indonesia. Sebelumnya negeri ini termasuk dalam wilayah Kecamatan Saparua hingga pada tahun 2015 Saparua Timur dimekarkan menjadi kecamatan sendiri berdasarkan Perda Maluku Tengah Nomor 11 Tahun 2015. Berdasarkan catatan BPS, Nolloth tergolong sebagai negeri swasembada.[4] Dengan penduduk sebanyak 2.970 jiwa per tahun 2017, Nolloth adalah negeri dengan penduduk terbanyak di Kecamatan Saparua Timur.
Negeri Nolloth tergolong negeri pesisir[5] dan terletak di jazirah bagian utara Pulau Saparua yang dikenal sebagai Jazirah Hatawano bersama dengan Tuhaha, Kampong Mahu, Ihamahu, Iha, dan Itawaka. Nolloth berjarak lebih kurang 4 km dari Tuhaha, ibu kota Kecamatan Saparua Timur, Maluku Tengah.[6]
Etimologi
Nama Nolloth kemungkinan berasal dari kata nollo yang kira-kira bermakna lihat atau pandang dari jauh. Hal ini berkaitan dengan sejarah kedatangan orang-orang Seram ke Saparua. Ketika mereka sampai mereka menyadari bahwa tempat yang disinggahi itu adalah tempat yang selama ini mereka lihat atau pandang dari kejauhan di Pulau Seram. Dikarenakan cocok, mereka memilih membangun permukiman di perbukitan dan tanah tinggi agar aman dari peperangan dan serangan musuh. Sejak saat itulah tempat bermukim itu diberi nama Aman Nollo Marahutu. Aman berarti negeri atau kampung, nollo berarti lihat atau pandang daro jauh, dan marahutu berarti bukit atau tanah tinggi. Nama Aman Nollo Marahutu bisa diartikan sebagai negeri atau kampung yang sudah kami lihat dari jauh dan dibangun di tempat yang tinggi.
Masyarakat Nollo adalah kelompok Uku Lima dan setelah itu terjadi aliansi antara Uku Lima dan Uku Lua ke dalam satu Negeri Nollo dan pada 1655 mereka berpindah ke Tanjung Hatawano hingga sekarang. Nama Nollo pada akhirnya diubah menjadi Nolloth yang merupakan singkatan dari Nollo Tanjung Hatawano. Negeri Nolloth yang baru itu kemudian diberi gelar adat (teun) Titasomi Louhata Kakerissa yang berarti perintah untuk datang ke tempat yang rata dan siap atau was-was terhadap musuh.[7]
Sejarah
Asal-usul penduduk
Negeri Nolloth adalah salah satu negeri yang terletak di Jazirah Hatawano, sebelah Utara Pulau Saparua. Datuk-datuk yang mendirikan Negeri Nolloth konon berasal dari Seram Barat, di dekat Negeri Ahiolo atau disebut juga Yapiabatai yang berjarak kira-kira 5 kilometer dari negeri Rambatu. Mereka mendiami suatu negeri kecil yang bernama Luma Palatale. Namun, karena sering terjadi peperangan dan merasa tidak aman, maka masyarakat bermusyawarah dan memutuskan untuk pindah dari Luma Palatale ke suatu daerah yang lebih aman.
Penemuan wilayah yang sekarang
Berdasarkan kesepakatan bersama, orang-orang Seram tersebut pergi mencari negeri yang aman untuk ditempati. Mereka menggunakan perahu sebagai moda transportasi dan terbawa arus hingga ke daerah Tinual yang berada di Saparua. Dari situ mereka menyadari bahwa tempat mereka mendarat adalah tanah yang sudah mereka lihat sejak dari Seram. Mereka kemudian memilih tempat yang tinggi untuk mendirikan permukiman. Mereka menamai tempat tersebut sebagai Aman Nollo Marahutu yang bermakna negeri yang dilihat dari jauh dan berada di tempat yang tinggi.
Aliansi Uku Lima dan Uku Lua
Masyarakat dari Seram yang menghuni Nollo dikenal sebagai kelompok Uku Lima. Ada pula kelompok lain yang diduga berasal dari Seram dan tinggal di suatu tempat bernama Hatarena. Kedua kelompok mengadakan pertemuan dan pada 1552 mereka mencapai kesepakatan untuk bergabung dan mendirikan satu negeri. Kesepakatan itu mulai tercapai pada 1553. Masyarakat Uku Lua bergabung ke dalam pemerintahan dan adat Uku Lima di bawah kepemimpinan Raja Risaluan (menurunkan fam Huliselan). Negeri yang ditinggali pergabungan kedua uku dinamakan sebagai Ahiratu atau Air Ratu.
Masa Perang
Pada tahun 1653 orang-oarang Nolloth memerangi Belanda. Nolloth pada saat iru dipimpin oleh Raja Toulapia (dari fam Huliselan). Selama perang berkecamuk, sebagian asyarakat menyingkir ke pegunungan. Belanda akhirnya menangkap Raja Toulapia. Beliau dieksekusi dengan cara yang kejam. Perlawanan Nolloth masih ada. Namun, semakin lama Belanda semakin kuat dan masyarakat Nolloth berhasil ditundukkan. Penundukan tersebut menyebabkan Belanda memaksa masyarakat Nolloth untuk kembali turun ke pantai. Sesampainya di pantai, masyarakat Nolloth dibaptis secara massal dengan paksaan oleh pihak Belanda pada 8 september 1653. Masyarakat Nolloth yang sudah dikristenkan pada tahun 1655 dipaksa untuk berpindah ke Tanjung Hatawano. Mereka nantinya membantu Belanda dalam perang melawan Kerajaan Iha dan sebagai hadiahnya diberikan sepotong tanah bernama Pelasula. Sejak saat itu, Nolloth tidak pernah berpindah ke tempat lain dan menjadi salah satu dari sepuluh negeri di wilayah Saparua Timur, Maluku Tengah.
Pendirian baileu
Baileu Nolloth bernama Simalua Pelamahu. Baileu bergaya patasiwa ini didirikan pada 1769 oleh Izac Niklas Huliselan yang saat itu menjabat sebagai Raja Negeri Nolloth. Nama Simalua Pelamahu disematkan sendiri oleh Raja Izac yang artinya "rumah bersama".
Kondisi Wilayah
Letak dan batas-batas
Secara geografis Nolloth terletak di Tanjung Hatawano, Pulau Saparua. Negeri ini berbatasan dengan beberapa negeri yakni sebagai berikut.
- Sebelah utara berbatasan dengan Selat Seram.
- Sebelah timur berbatasan dengan Negeri Itawaka.
- Sebelah selatan berbatasan dengan Negeri Iha dan petuanan Ihamahu.
- Sebelah barat berbatasan dengan Teluk Tuhaha dan Selat Seram.
Cuaca dan iklim
Nolloth beriklim tropis dan sangat dipengaruhi oleh angin laut dan angin musim. Angin musim barat yang bertiup dari barat laut berlangsung antara Desember hingga Maret. Dan angin musim timur yang bertiup dari tenggara berlangsung antara Mei hingga Oktober. Angin musim barat membawa suhu sejuk dan muatan air lebih banyak. Pada masa ini, Nolloth mengalami musim hujan. Sebaliknya, angin musim timur membawa suhu yang lebih panas dan muatan air yang lebih sedikit. Pada masa ini, Nolloth mengalami musim kemarau. Kedua musim datang silih berganti dan diselinggi oleh musim transisi. Musim transisi terjadi pada bulan April (peralihan musim barat ke nusim timur) dan bulan November (peralihan musim timur ke musim barat).
Demografi
Nolloth memiliki penduduk sebanyak 2.970 jiwa, terbesar di antara 10 negeri di wilayah Saparua Timur. Seluruh penduduknya beragama Kristen Protestan dengan sebuah gereja yang melayani yang bernama Gereja Protestan Maluku (GPM) Bait Allah. Gereja Bait Allah sendiri adalah salah satu cagar budaya di Maluku Tengah dan salah satu bangunan gereja tua di Saparua yang masih otentik dan tak banyak direnovasi.
Mata Pencaharian
Mata pencaharian utama di Nolloth adalah bertani dan menangkap ikan. Persentase masyarakat dan keluarga yang menggantungkan hidup pada kedua sektor (pertanian/perkebunan dan perikanan) sangat tinggi bila dibanding dengan sektor-sektor lain. Mata pencaharian orang Nolloth sangat dipengaruhi oleh letak dan keadaan geografi. Nolloth memiliki pesisir yang panjang dengan laut terbuka yang luas. Laut di sekitar labuhan Negeri Nolloth dikenal karena konsentrasi kekayaan hayatinya yang tinggi. Sebagai komunitas nelayan, masyarakat Nolloth memiliki kapal motor penangkap ikan. Dari hasil survei, terdapat sedikitnya sembilan buah kapal motor penangkap ikan milik anggota masyarakat. Hal itu belum ditambah sejumlah kapal motor milik orang luar (swasta) dan bantuan Departemen Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku yang dioperasikan oleh masyarakat negeri.
Nolloth memiliki tanah yang tergolong subur. Cengkeh, pala, kelapa, dan kakao adalah komoditas pertanian atau perkebunan utama dari Nolloth. Selain itu, daerah petuanan negeri ini masih memilki hutan-hutan lebat yang belum banyak digarap oleh manusia. Masyarakat negeri sesekali pergi ke htan untuk melakukan perburuan hewan kecil seperti burung.
Pendidikan
Negeri ini dapat dikatakan maju dari segi kuantitas sekolah atau penyelenggara pendidikan. Di Nolloth ada satu buah TK (taman kanak-kanak) yang dikelola secara swasta oleh Yayasan J.B. Sitanala, dan tiga buah SD masing-masing SD Inpres Nolloth, SD Negeri 1, dan SD Negeri 2 Nolloth. Di Nolloth belum ada SMP dan SMA/SMK. SMP terdekat berada di Negeri Ihamahu yang berjarak kurang dari 200 meter dari Nolloth. Sedangkan SMA dan SMK masing-masing ada di Tuhaha yang berjarak 3 kilometer dan di Saparua yang berjalan 8 kilometer.
Generasi tua di Nolloth umumnya hanya menamatkan sekolah dasar. Sebagian lagi putus sekolah pada tingkat sekolah dasar dan sebagian lainnya tidak bersekolah sama sekali. Jarang yang bersekolah sampai jenjang SMA. Namun, untuk generasi muda saat ini, SMP dan SMA adalah kewajiban. Tak sedikit anak negeri yang melanjutkan studi ke perguruan tinggi di Ambon dan Manado.
Fam
Fam-fam asli
Fam-fam asli di Negeri Nolloth adalah keturunan dari kedua kelompok yang membentuk negeri itu, yakni Uku Lima yang dulu bertempat di Nollo dan Uku Lua yang dulu bertempat di Hatarena.
Berikut adalah fam-fam asli Nolloth.
- Huliselan
- Malessy
- Selanno
- Matatula
- Ninkeula
- Pasalbessy
- Peimahul
- Silahoy
- Sipalsulta
- Ihalauw
- Leleuly
- Luhulima
- Metekohy
- Patty
- Siahay
- Tousalwa
Fam-fam Pendatang
- Hehamahua
- Lawalata
- Leatemia
- Litiloly
- Sopacua
Kelima fam di atas merupakan pendatang yang sudah beranak pinak lama di Negeri Nolloth dan karenanya dianggap sebagai bagian dari masyarakat. Tiga fam yang disebut (Hehamahua sampai dengan Sopacua) disebut-sebut berasal dari Negeri Iha. Fam tersebut mengungsi ke Nolloth dan akhirnya menjadi bagian warga Nolloth.
Hubungan Sosial
Hubungan dengan negeri-negeri tetangga
Negeri Nolloth terlibat perselisihan tentang tanah dan petuanan dengan Ihamahu dan Itawaka. Khususnya Itawaka, kedua negeri pernah bersitegang dan saling menyerang yang kemudian berakhir dengan perjanjian di batu damai. Dicerikatan pula bahwa warga Itawaka sebelum memiliki gedung gereja sendiri masih beribadah di gereja yang ada di Nolloth. Jemaat asal Itawaka beberapa kali dilempari pepaya busuk. Hal tersebut menginspirasi orang Itawaka untuk memiliki gedung gerejanya sendiri.
Nolloth pula termasuk salah satu negeri yang berseteru dalam kasus kerusuhan SARA yang mengguncang Maluku Tengah dan Saparua pada 1998/1999. Nolloth bersama beberapa negeri Kristen turut menyerang Iha, satu-satunya negeri yang beragama Islam di Hatawano. Iha adalah negeri kecil yang tidak punya petuanan. Dalam kerusuhan 1998/1999, masyarakat Iha meninggalkan kampung mereka dan mengungsi ke beberapa daerah di luar Saparua dan belum kembali hingga kini.
Hubungan pela
Nolloth memiliki hubungan pela dengan Haruku. Hubungan tersebut didasari atas perkawinan antara putri dari Haruku dengan seorang raja yang bernama Markus Risaluan dari Nolloth. Raja Nolloth sangat mencintai sang putri dan berencana melamar dan menikahinya. Namun malang tak dapat ditolak. Sesampainya di Haruku, Markus tidak mendapati calon pengantinnya melainkan telah terbujur kaku. Walaupun begitu, atas cintanya yang tulus, Markus tetap menikahi putri Haruku yang konon bernama Au Aparets Narani yang sudah meninggal. Sejak saat itu kedua negeri berikrar bahwa mereka adalah saudara satu pela.
Karena kemurahan hati raja dan masyarakat Negeri Haruku yang memberikan orang Sameth pertolongan dari perompak Mandar, orang Sameth berikrar, Haruku ka lau, Sameth ka lau. Haruku ka dara, Sameth ka dara yang kurang lebih berarti Haruku ke luat, Sameth ke laut. Haruku ke darat, Sameth ke darat. Atas dasar inilah secara tak langsung Nolloth dan Sameth juga terikat hubungan pela karena Sameth adalah negeri yang mengangkat persaudaraan dengan Haruku. Nolloth, Haruku, dan Sameth acap dikenal dengan nama Nohas atau Nohasa. Mereka pernah menjuarai lomba dayung perahu dalam Festival Teluk Ambon seperti pada perhelatan Manggurebe Arumbae 2017 ketika Nohas dan tim dari Haria dinobatkan menjadi juara satu bersama perhelatan tersebut.[8]
Nolloth juga mengikat pela jenis tampa siri dengan Negeri Kulur. Hal ini didasari oleh bantuan kayu dari Kulur yang digunakan dalam pembangunan sekolah dan gereja di Nolloth. Hubungan pela kedua negeri terbilang tidak begitu kuat.
Kelembagaan
Sistem Pemerintahan
Masyarakat Nolloth adalah masyarakat negeri (desa adat) di Maluku Tengah. Sebagai sebuah negeri, Nolloth memiliki pemerintahan sipil dan pemerintahan adat yang terkoneksi. Kepala pemerintahan sipil dan pemerintahan adat berada di tangan kepala negeri yang acap disebut sebagai raja. Apabila raja belum terpilih, tampuk kepemimpinan dijabat oleh pejabat negeri. Pada tahun 2017 Nolloth dipimpin oleh Bapak Raja M. Huliselan.[9] Jabatan raja di Nolloth dipangku oleh fam (matarumah parentah) Huliselan.
Raja
Nolloth diperintah oleh raja yang berasal dari matarumah parentah (fam) Pasalbessy. Dalam pelaksanaannya, beberapa fam lain pernah menjadi raja di Nolloth. Raja Nolloth yang sekarang adalah Bapak M. Huliselan.
Saniri
Di Nolloth saniri terdiri dari dua bagian yakni saniri besar dan saniri negeri. Saniri besar adalah lembaga musyawarah adat di tingkat negeri. Tugas utamanya adalah sewaktu-waktu
mengadakan pertemuan atau persidangan adat lengkap jika dianggap perlu dengan
para anggotanya (tokoh adat dan tokoh masyarakat). Ada pula saniri negeri, sebuah badan musyawarah adat tingkat negeri yang terdiri atas utusan tiap soa yang ada di Nolloth.
Soa
Di negeri Nolloth ada tujuh soa asli dan satu soa bebas (pendatang).
Referensi