Nilai publik (bahasa Inggris: public value) menggambarkan nilai yang diberikan organisasi atau aktivitas kepada masyarakat.[1] Nilai publik muncul dengan konsep antitesis atas paradigma manajemen publik baru dengan melihat publik sebagai konsumen atau pelanggan dengan beberapa asumsi teori rasional serta analisis biaya-manfaat.[2] Istilah ini awalnya diciptakan oleh profesor Harvard Mark H. Moore yang melihatnya setara dengan nilai pemegang saham dalam manajemen publik.[1] Kemudian menurut Maynhardt (2009) terciptanya nilai publik juga merupakan kontribusi dari sektor swasta, masyarakat madani, dan lembaga swadaya masyarakat yang didasarkan pada prinsip kebaikan bersama, sehingga konsep nilai publik tidak dibatasi pada sektor publik saja.[2]
Dalam studi Jorgensen & Bozeman (2007); Nabatchi (2012); Jorgensen & Rutgers (2015) mengidentifikasi nilai publik tidak hanya mempromosikan pekerjaan pemimpin publik, tetapi juga sebagai agenda penting bagi politisi, warga negara, organisasi, dan masyarakat.[3]
Nilai publik memiliki dampak positif yang signifikan terhadap citra positif lembaga/institusi dimata masyarakat. Kepercayaan publik dan citra publik terhadap organisasi administrasi publik dapat dibangun dengan menelusuri keberadaan nilai-nilai publik dalam setiap kebijakan publik yang telah, sedang dan akan dikeluarkan oleh pemerintah [4]. Penting untuk menciptakan nilai publik untuk mendukung efektivitas politik (Smith: 2004). Menurut O'Flynn (2007), nilai publik digambarkan sebagai konstruksi multidimensi, refleksi preferensi yang diekspresikan secara kolektif, dimediasi secara politis dan dikonsumsi oleh warga negara, diciptakan tidak hanya oleh "hasil" tetapi juga oleh proses yang menghasilkan kepercayaan. atau Keadilan Memfokuskan diskusi pada nilai-nilai publik memungkinkan diskusi tentang nilai, institusi, sistem, proses, dan nilai individu. Selain itu, dimungkinkan untuk menggabungkan pandangan dari berbagai perspektif seperti kebijakan publik, analisis politik, manajemen, ekonomi, ilmu politik, dan manajemen[5].
Konsep nilai publik
Konsep nilai publik memberikan cara berpikir yang berguna tentang tujuan dan efektivitas kebijakan publik. Ini memberikan tolok ukur untuk mengevaluasi kegiatan yang diproduksi atau didukung oleh pemerintah (termasuk layanan yang didanai oleh pemerintah tetapi disediakan oleh entitas lain seperti perusahaan swasta, nirlaba dan peraturan pemerintah), Moore (1995).[3]
Moore (1995) mendefinisikan nilai publik untuk menjelaskan empat ide konkrit lainnya untuk mendukung manajemen sektor publik dan untuk mendefinisikan dan mengukur nilai publik dalam beberapa dekade terakhir:
- Manajer harus mencapai tujuan yang ditentukan seefisien dan seefektif mungkin;
- Standar profesional dapat menjadi tolok ukur kinerja sektor publik;
- Nilai publik dapat ditentukan melalui teknik analisis seperti evaluasi program dan analisis biaya-manfaat.
- Nilai publik dapat diukur dengan kepuasan dan pengguna layanan.[3]
Kegagalan nilai publik
Nilai-nilai publik telah menjadi inti dari administrasi publik selama bertahun-tahun, dan nilai-nilai utama seperti kesetaraan, ketidakberpihakan, keadilan, kejujuran, integritas, keberlanjutan, kerahasiaan, tanggung jawab, keterbukaan, dan daya tanggap. Bahkan, Bozeman (2002) memperingatkan masalah ini, mencatat bahwa telah terjadi "kegagalan nilai publik" dalam manajemen kebijakan publik. Kesalahan nilai publik terjadi ketika:[5]
- Rusaknya mekanisme artikulasi dan asosiasi nilai;
- Ada "monopoli" yang tidak sempurna;
- Terjadi akumulasi manfaat;
- Kurangnya penghasil nilai publik;
- Ancaman jangka pendek terhadap nilai-nilai publik;
- Penggantian Properti Terancam konservasi sumber daya publik;
- Transaksi pasar mengancam kehidupan dasar manusia.[5]
Kajian nilai publik
Menurut Smith (2004), nilai-nilai publik mengkaji tiga tema utama, yaitu;[5]
- Gagasan tentang kebaikan bersama dan penekanannya pada penelitian dan interaksi sebagai dasar bagi para pemimpin dan administrator politik;
- Dampak program perubahan pada sektor publik dan sektor lain yang mempengaruhi sektor tersebut secara keseluruhan, mengabaikan isu kelembagaan dan kebijakan publik;
- Masalah menantang nilai-nilai publik saat ini dapat membantu para aktivis, politisi, dan pemimpin memperhatikan nilai-nilai publik. Fokus diskusi tentang nilai-nilai publik memungkinkan pemeriksaan nilai-nilai, institusi, sistem, proses, dan nilai-nilai sendiri. Selain itu, juga dimungkinkan untuk menggabungkan pandangan dari perspektif yang berbeda, seperti kebijakan publik, analisis politik, manajemen, ekonomi, dan ilmu pengetahuan lainnya.[5]
Referensi
- ^ a b Moore, Mark H. (1995). Creating Public Value: Strategic Management in Government (dalam bahasa Inggris). Harvard University Press. ISBN 978-0-674-17558-7.
- ^ a b Hamida, Aulia Shifa (2022). "KEBIJAKAN TES KEPERAWANAN PADA TENTARA NASIONAL INDONESIA DARI PERSPEKTIF NILAI PUBLIK DAN KONTROL ATAS DISKRESI BIROKRASI". Jurnal Ilmu Administrasi: Media Pengembangan Ilmu dan Praktek Administrasi. 19 (1).
- ^ a b c Wulandari, Rika; Rochima, Emma; Rianto, Yan; Endyana, Cipta (2020-12-11). "PEMETAAN TOPIK NILAI PUBLIK DALAM PENELITIAN". BACA: JURNAL DOKUMENTASI DAN INFORMASI (dalam bahasa Inggris). 41 (2): 203–213. doi:10.14203/j.baca.v41i2.683. ISSN 2301-8593.
- ^ PPSDM, Admin. "MENJADIKAN NILAI PUBLIK SEBAGAI TUJUAN DAN INDIKATOR KINERJA KEBIJAKAN PUBLIK". ppsdmbukittinggi.kemendagri.go.id (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-02-25.
- ^ a b c d e Nursalam, Nursalam (2021-06-21). "Nilai-Nilai Publik dalam Kebijakan Pelestarian Cendana (Santalum Album L) di Kabupaten Timor Tengah Selatan". JIAPI: Jurnal Ilmu Administrasi Dan Pemerintahan Indonesia (dalam bahasa Inggris). 2 (1): 1–14. doi:10.33830/jiapi.v2i1.59. ISSN 2746-5918.