Artikel ini perlu diwikifikasi agar memenuhi standar kualitas Wikipedia. Anda dapat memberikan bantuan berupa penambahan pranala dalam, atau dengan merapikan tata letak dari artikel ini.
Untuk keterangan lebih lanjut, klik [tampil] di bagian kanan.
Tambahkan pranala wiki. Bila dirasa perlu, buatlah pautan ke artikel wiki lainnya dengan cara menambahkan "[[" dan "]]" pada kata yang bersangkutan (lihat WP:LINK untuk keterangan lebih lanjut). Mohon jangan memasang pranala pada kata yang sudah diketahui secara umum oleh para pembaca, seperti profesi, istilah geografi umum, dan perkakas sehari-hari.
Sunting bagian pembuka. Buat atau kembangkan bagian pembuka dari artikel ini.
Ndalem Mbah Hasyim Asy'ari adalah rumah yang dibuat dengan bentuk limasan. Terdiri dari separuh tembok dan separuh batu bata. Sedangkan atapnya terbuat dari kayu. Sepeninggal K.H. Hasan Muchyi, Ndalem (rumah) juga menjadi tempat tinggal keluarga K.H. Hasyim Asy'ari bersama Nyai Masruroh dan keempat aanaknya.
Hingga kemudian, pada tahun 1930-an, rumah bersejarah ini pernah dijadikan tempat pertemuan para tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia. Para tokoh tersebut antara lain berasal dari NU yang diwakili Hadratussyaikh K.H. Hasyim Asy’ari, K.H. Wahab Hasbullah, dan K.H. Hasan Gipo Sedang dari PKI diwakili Musso dan Dipa Nusantara Aidit. Sementara dari PNI diwakili Ir. Soekarno.
Tak hanya itu, rupanya kehadiran pendiri NU di Ponpes Kapurejo dalam kurun waktu singkat (2 tahun) langsung mengembangkan beberapa sektor, terutama di bidang pendidikan. Karena sebelumnya, KH. Hasan Muchyi (pendiri dan pengasuh pertama) hanya mengajar ngaji untuk masyarakat sekitar.
Sementara, pada masa Kyai Hasyim, mulai merumuskan sistem pendidikan dan pembangunan madrasah yang masih berjalan hingga saat ini. Bahkan, santri dan santriwati yang menuntut ilmu agama di Pondok Pesantren Kapurejo ini mencapai kurang lebih 300 orang.
Konon, oleh Kyai Hasyim, rumah ini disamping dijadikan sebagai pengembangan pendidikan agama, juga sebagai tempat mengatur strategi untuk melawan penjajah.