Muhammad bin al-Hanafiyah
Abul Qasim Muhammad bin al-Hanafiyah (bahasa Arab: أبو القاسم محمد بن الحنفية), atau nama aslinya Muhammad bin Ali bin Abi Thalib, adalah salah seorang anak dari Ali bin Abi Thalib.[1] Ibunya adalah Khaulah binti Ja'far dari Bani Hanifah, yang dinikahi Ali setelah wafatnya Fatimah az-Zahra putri Nabi Muhammad.[1] Ia lahir sekitar tahun 642 di Madinah, yaitu pada masa pemerintahan Umar bin Khattab.[2] Muhammad bin al-Hanafiyah juga dikenal dengan nama Muhammad al-Akbar.[3] BiografiKepemimpinannya dalam Bani HasyimSetelah terbunuhnya Husain bin Ali dalam Peristiwa Karbala, Muhammad bin al-Hanafiyah muncul sebagai tokoh utama kelompok keluarga Ali dalam memperjuangkan Klaim Kepemimpinan atas Umat Islam. Ibnu al-Hanafiyah didukung oleh Al-Mukhtar ats-Tsaqafi dan para pengikutnya, yang terutama berada di Kufah, Irak, dalam menghadapi kelompok-kelompok Khawarij (di Yaman), Bani Umayyah (di Syam dan Mesir), serta Abdullah bin Zubair (di Hijaz dan Irak). Ketika Bani Umayyah akhirnya dapat mengatasi perlawanan kelompok-kelompok lainnya, termasuk Al-Mukhtar ats-Tsaqafi yang terbunuh pada tahun 687 kelompok Kaisaniyah secara teknis melemah. Akhirnya Ibnu al-Hanafiyah mengakui kekhalifahan Abdul Malik bin Marwan dari Bani Umayyah pada tahun 692, dan selanjutnya ia menjauhi politik hingga wafatnya di Madinah sekitar tahun 700. Muhammad bin al-Hanafiyah setelah wafat juga dianggap sebagai Imam Mahdi oleh kelompok Kaisaniyyah,[4][5] salah suatu aliran Syiah awal yang kemudian menghilang pada akhir abad ke-8 M seiring bangkitnya kekuasaan Bani Abbasiyah.[5] Muhammad bin Ali al-Abbasi telah mengklaim mengambil alih hak kepemimpinan kelompok ini melalui pemberian hak itu dari putra sulung Ibnu al-Hanafiyah padanya di Hamimah dan mengembangkannya menjadi gerakan revolusi yang menjatuhkan Marwan al-Himar. KeluargaMuhammad bin al-Hanafiyah mempunyai dua anak, yaitu Abu Hasyim dan al-Hasan.[6] Abu Hasyim diangkat sebagai penerus kepemimpinan ayahnya oleh kelompok Syi'ah Kaisaniyah, sedangkan Al-Hasan bersikap sebagaimana aliran Murji'ah yang tidak berpihak pada kelompok manapun.[7] Lihat pulaReferensi
|