Muhammad bin Alawi al-Maliki
Muhammad Al-Maliki bin ‘Alawi bin ‘Abbas bin ‘Abdul-‘Aziz Al-Maliki (1944 – 29 Oktober 2004) adalah ulama Sufi dan Ulama besar Ahlussunnah waljama'ah yang berasal dari Makkah, Arab Saudi. Banyak sekali orang-orang berdatangan dari mancanegara untuk menimba ilmu bersama beliau dan menjadi murid beliau hingga beliau menghembuskan nafas terakhir pada tahun 2004. Hingga kini jasa keilmuan beliau tetap terkenang bahkan murid-muridnya kerap kali meneruskan kiprah perjuangan beliau ditempat asal mereka tinggal. Kehidupan awalNasab BeliauKeluarga Muhammad adalah salah satu keluarga terhormat di Makkah dan dari keluarga ini terlahir ulama besar yang mengajar di Masjidilharam. Keluarga ini merupakan keturunan Sayyid yang nasabnya bersambung kepada nabi Islam, Muhammad.[1][2] PendidikanAtas bimbingan ayahnya, ia mempelajari ilmu agama mulai dari akidah, tafsir, hadis, sirah, fikih, ushulfikih, mustalah hadis, nahwu, dan lain-lain. Ulama Makkah dan Madinah menganugerahkan ijazah atas kecakapannya dalam mengajar. Sejumlah ulama yang menganugerahkan ijazah padanya serta sanad keilmuannya antara lain ayahnya sendiri, Sayyid Alawi bin Abbas Al-Maliki, Habib Ahmad bin Masyhur Al-Haddad, Mufti Syarif Hasanain Al-Makhluf, Sayyid Muhammad Al-Arabi bin Husein Al-Tabbani,[3] Sayyid Muhammad Al-Hafidh bin Abdul Latif At-Tijani, Sayyid Amin bin Ibrahim Al-Kutbi, Mufti Syarif Mustafa Raza Khan bin Ahmad Raza Khan Al-Qadiri, dan masih banyak lagi.[4] KarierMeski banyak dikritik, Muhammad banyak mendapat pujian. Muhammad menjadi pemimpin Sufisme Hijazi yang didanai negara, dengan beberapa ribu pendukung.[5] Karya TulisDi samping tugas beliau sebagai da'i, pengajar, pembimbing, dosen, penceramah dan segala bentuk kegiatan yang bermanfaat bagi agama, beliau pula seorang pujangga besar dan penulis unggul. Tidak kurang dari 100 buku yang telah dikarangnya, semuanya beredar di seluruh dunia. Tidak sedikit dari kitab-kitab beliau yang beredar telah diterjemahkan kedalam bahasa Inggris, Prancis, Urdu, Indonesia, dll. Sayyid Muhammad merupakan seorang penulis prolifik dan telah menghasilkan hampir seratus buah kitab. Beliau telah menulis dalam pelbagai topik agama, undang-undang, sosial, serta sejarah, dan kebanyakan bukunya dianggap sebagai rujukan utama dan perintis kepada topik yang dibicarakan dan dicadangkan sebagai buku teks di institusi-institusi Islam di seluruh dunia. Berikut sedikit karya beliau dalam berbagai bidang: Aqidah
Tafsir
Hadith
Sirah
Ilmu Usul
Fiqh
Karya yang Terkenal: Mafahim Yujibu an-TusahhaMafahim Yujibu an-Tusahhah (Konsep-konsep yang perlu diluruskan) adalah salah satu kitab karya Sayyid Muhammad) bersinar layaknya suatu kemilau mutiara. Inilah seorang manusia yang menantang rekan-rekan senegaranya, kaum Salafi-Wahhabi, dan membuktikan kesalahan doktrin-doktrin mereka dengan menggunakan sumber-sumber dalil mereka. Untuk keberanian intelektualnya ini, Sayyid Muhammad dikucilkan dan dituduh sebagai "seorang yang sesat". Beliau pun dicekal dari kedudukannya sebagai pengajar di Haram (yaitu di Masjidil Haram, Makkah). Kitab-kitab beliau dilarang, bahkan kedudukannya sebagai professor di Ummul Qura pun dicabut. Beliau ditangkap dan passportnya ditahan, namun dalam menghadapi semua hal tersebut, Sayyid Muhammad sama sekali tidak menunjukkan kepahitan dan keluh kesah. Beliau tak pernah menggunakan akal dan intelektualitasnya dalam amarah, melainkan menyalurkannya untuk memperkuat orang lain dengan ilmu (pengetahuan) dan tasawwuf.[6] Karya lainnya
Catatan diatas adalah kitab As-Sayyid Muhammad yang telah dihasilkan dan diterbitkan. Terdapat banyak lagi kitab yang tidak disebutkan dan juga yang belum dicetak. Secara keseluruhannya, sumbangan As-Sayyid Muhammad amat agung. Banyak hasil kerja As-Sayyid Muhammad telah diterjemahkan ke pelbagai bahasa. KewafatanAl-Maliki meninggal pada tanggal 15 Ramadan 1425 H (29 Oktober 2004) dan dimakamkan di makam Jannatul Ma'la, Makkah.[7] Setelah kematiannya, perwakilan dari Kerajaan Saudi menyampaikan pesan dukacita kepada keluarga Al-Maliki.[8] Putra Mahkota Abdullah bin Saud Al Saud (yang kemudian menjadi raja) mengatakan bahwa al-Maliki "berjasa bagi agama dan negara"[9] dan jurnalis Barat mencatat bahwa "pemulihan nama baiknya hampir selesai."[10] Referensi
|