Mesin Rusnas adalah mesin buatan BPPT yang dibiayai oleh pemerintah, kata RUSNAS sendiri adalah kependekan dari Riset Unggulan Strategis Nasional dan saat ini dikenal sebagai mesin dari mobil GEA. Mesin ini berbahan bakar bensin, bersilinder 2 buah dan berkapasitas 640 cc. Pembuatan mesin ini memakan waktu kurang-lebih tujuh tahun (2002–2009). Pada 2009 mesin ini sudah mendapat sertifikasi laik jalan dari Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Serpong, Tangerang. Menurut Nyoman Jujur (Ketua Riset Unggulan Strategis Nasional), total biaya riset untuk pembuatan mesin ini US$ 300–400 ribu (Rp 3–4 miliar). Sebagai catatan di negara maju, untuk menciptakan satu prototipe mesin, dana risetnya mencapai US$ 10 juta.
Sejarah
Awalnya, mesin Rusnas diciptakan untuk digunakan di pedesaan, terutama untuk mesin-mesin pertanian. Mesin yang dibuat menggunakan konsep chip and fixture dengan mesin konvensional ini juga diperuntukkan bagi microcar, perahu, dan mobil berbahan bakar gas. Kelanjutannya mesin ini dicangkokkan ke city carGEA.
Disiapkan sejak 2002, hanya dalam setahun mesin Rusnas sudah bisa menyala. Tantangan terbesar dalam pembuatan mesin ini ada pada proses pengecoran logam untuk mesin. Proses itu membutuhkan presisi tinggi agar silinder head dan blok mesin sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan. Ini susah dipenuhi karena bahan baku blok mesin itu logam aluminium yang mudah menyerap gas, mudah keropos, dan tingkat penyusutannya tinggi. Ini tak boleh terjadi karena di dalam side head ada water jacket, ada air yang mengalir, dan di atasnya ada oli. Kalau ada yang keropos, keduanya bisa bercampur.
Mesin ini terbuat dari aluminium, aluminium dipilih karena ringan dan power spesifiknya lebih tinggi. Setelah berkali-kali gagal, akhirnya para peneliti menemukan metode pengecoran aluminium yang pas. Kuncinya ternyata ada pada casting layout. ”Logam kan mengalir, terus cair, lalu memadat. Di saat memadat itu, kami mengatur agar kondisi pemadatan tidak menghasilkan keropos,” kata Nyoman Jujur.
Produksi
Produksi prototype dilakukan di Tangerang dengan partner PT Adhi Metal Gussindo. Setelah lolos uji ketahanan, mesin GEA masuk produksi percobaan. Tes ini dilakukan di PT Nefa Global Industries dan PT Lamda Alloy Takaru[1] di Tegal, Jawa Tengah, sebagai informasi PT Nefa sudah berpengalaman membuat mesin diesel. Targetnya adalah menghasilkan mesin skala produksi dengan kualitas yang tidak jauh berbeda dengan purwarupanya. Tahun 2008 telah dihasilkan lima mesin. Salah satunya dikirim ke Inka dan digunakan dalam purwarupa mobil GEA.[2] Direncanakan mesin ini akan dijual dengan harga Rp8.000.000.-/unit.[3]
Data teknis
Mesin Rusnas:
Kapasitas = 500 cc (versi awal) sampai 640 cc (versi akhir)
Silinder = 2 buah berkonfigurasi sejajar
Bahan bakar = Bensin atau gas
Bahan baku mesin = Aluminium
Daya = 11,5 kW (15,4 hp) pada 3.800 rpm
Torsi = 31 Nm pada 2.800 rpm
Sistem pasokan bahan bakar = Karburator dan injeksi (EFI)
Aplikasi = Mobil, perahu, mesin industri, mesin pertanian, pembangkit listrik (genset)