Injil Matius pasal 5 sampai pasal 7 merupakan catatan mengenai suatu khotbah panjang yang diberikan YesusKristus di atas suatu bukit di Galilea,[3] sehingga bagian ini dikenal dengan sebutan "Khotbah di bukit". Dianggap sebagai contoh dari apa yang diberitakan YesusKristus di setiap tempat yang dikunjungi-Nya.
Struktur
Pembagian isi pasal (disertai referensi silang dengan bagian Alkitab lain):
5:11 Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepada kamu, dan menujukan segala fitnah kepadamu..
5:12 Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di surga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu.
Ayat 13
[Yesus berkata:] "Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang."[4]
Sebagaimana garam diperlukan untuk melezatkan dan mencegah makanan dari pembusukan, demikian pula orang percaya dan gereja harus merupakan teladan yang saleh di dalam dunia dan harus melawan kebobrokan moral dan kecurangan yang nyata dalam masyarakat.
1) Gereja yang menjadi suam, yang memadamkan kuasa Roh Kudus dan tidak lagi melawan suasana yang kini meliputi dunia akan "dimuntahkan" oleh Allah (lihat Wahyu 3:15–16).
2) Sebagai akibatnya mereka akan "dibuang dan diinjak orang"; yaitu, orang percaya yang suam, bersama keluarga mereka, akan dihancurkan oleh cara hidup dan nilai-nilai masyarakat yang tidak beriman (Ulangan 28:13,43,48; Hak 2:20–22).[5]
Ayat 14
[Yesus berkata:] "Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi."[6]
Ayat 17
[Yesus berkata:] "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya ."[7]
Ayat 18
[Yesus berkata:] "Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi."[8]
αμην γαρ λεγω υμιν εως αν παρελθη ο ουρανος και η γη ιωτα εν η μια κεραια ου μη παρελθη απο του νομου εως αν παντα γενηται
Ayat 18 catatan
Huruf Ibrani Yod maupun persamaannya, huruf Yunani iota, merupakan huruf berukuran terkecil di antara huruf-huruf dalam bahasa-bahasa tersebut. Kata "titik" diterjemahkan dari kata bahasa Yunani: κεραία, keraia, yang arti harfiahnya "tanduk kecil", dengan makna seperti tanda kutip tunggal (apostrof), atau coretan kecil yang membedakan satu huruf dengan yang lain (misalnya tanda titik di atas huruf "i" kecil). Di sini YesusKristus menekankan betapa pentingnya untuk memperhatikan bagian terkecil sekalipun dari Taurat.[9]
Sebelum semuanya terjadi
Ada pendapat yang menggunakan ayat ini untuk menyatakan bahwa Taurat itu berlaku selamanya, bahkan satu iota (satu titik) pun tidak ditiadakan. Namun, pendapat ini mengabaikan frasa yang juga terdapat pada ayat itu, yaitu frasa "sebelum semuanya terjadi". Padahal frasa inilah kunci dalam memahami ayat tersebut. Yang menjadi fokus sebenarnya adalah berhubungan dengan hal-hal yang akan segera digenapi YesusKristus dalam pelayanan-Nya di dunia ini; untuk itulah Ia berkata "satu iota-pun tidak akan dibatalkan sebelum semuanya terjadi". Maksud dari "semuanya terjadi" ini adalah berkaitan dengan hal-hal yang akan segera digenapi oleh Tuhan Yesus Kristus, yaitu kematian-Nya dan kebangkitanNya yang dengan sendirinya akan menggenapi Hukum Taurat. Frasa "semuanya terjadi" dalam bahasa Yunani adalah: "γενηται - genêtai", yang berasal dari kata "γινομαι - ginomai". Kata ini sering dipakai dalam Injil Matius untuk sesuatu yang terjadi sebagai penggenapan nubuat (bandingkan dengan Matius 1:22; 21:4; 24:6; 26:54, 56).[10]
Ayat 29
[Yesus berkata:] "Maka jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa, daripada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka."[11]
Ayat 44
[Yesus berkata:] "Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu." (TB)[12]
^Willi Marxsen. Introduction to the New Testament. Pengantar Perjanjian Baru: pendekatan kristis terhadap masalah-masalahnya. Jakarta:Gunung Mulia. 2008. ISBN 9789794159219.
^John Drane. Introducing the New Testament. Memahami Perjanjian Baru: Pengantar historis-teologis. Jakarta:Gunung Mulia. 2005. ISBN 979-415-905-0.