Makanan sekolah adalah makanan, umumnya makan siang, yang disediakan oleh pemerintah bagi siswa di sekolah. Tren, kandungan nutrisi, dan keekonomian telah membentuk program makanan sekolah di berbagai tempat pada waktu tertentu. Pemasaran dan dorongan untuk membuat makanan yang lebih sehat merupakan dua faktor utama yang mempengaruhi kebijakan makanan sekolah di berbagai negara.
Eropa
Inggris
Pada tahun 1944, makanan sekolah berupa makan malam menjadi kewajiban pemerintah daerah dengan kebutuhan nutrisi yang dianjurkan. Makanan sekolah gratis tersedia bagi keluarga yang memiliki pendapatan yang sangat rendah.[1] Hasilnya, "makan malam sekolah" (school dinner) menjadi sebuah istilah yang merujuk pada menu makan malam tradisional di Inggris sejak tahun 1950an. "Puding sekolah" adalah sebuah nama makanan yang secara historis disajikan di sekolah. Kue tar gypsy dan kue tar Manchester adalah contohnya.[2]
Pada tahun 1980an pemerintahan konservatifMargaret Thatcher mengakhiri program makanan gratis bagi ribuan anak-anak dan memberikan mandat bagi pemerintah setempat untuk menyediakan makanan sekolah melalui tender. Hal ini bertujuan untuk mengurangi pembiayaan negara, tetapi menyebabkan turunnya standar makanan untuk anak-anak. Pada tahun 1999, sebuah survey oleh Konsulat Penelitian Kesehatan Inggris menemukan bahwa, meski kualitas makanan dianggap lebih rendah, tetapi anak-anak pada tahun 1950an memiliki diet yang lebih baik dibandingkan anak-anak pada tahun 1990an yang dikarenakan nutrisi yang lebih baik dengan kadar lemak dan gula yang lebih rendah.[3]
Program makanan sekolah gratis bagi siswa sekolah dasar dan sekolah tingkat menengah telah menjadi program nasional sejak 9 Oktober 1948.[4] Namun di beberapa tempat di Finlandia, program ini telah dimulai pada awal abad ke 20, yaitu sejak tahun 1902 di Kuopio yang pada awalnya hanya menjangkau siswa miskin, lalu menjangkau seluruh siswa pada tahun 1945.[5] Di Finlandia, makan siang di perguruan tinggi disubsidi.[6] Makanan yang disajikan harus sehat dengan gizi seimbang.
Umumnya makan siang disajikan secara prasmanan (buffet) di mana siswa melayani dirinya sendiri dan mengambil sebanyak yang mereka mau. Menu pada umumnya berupa kentang/nasi/pasta, dagingsapi/ikan, sup, dan sayuran. Roti pilihan umumnya berupa roti putih yang dibuat dari rye. Susu, susu mentega, dan air adalah minumnya. Makanan khusus yang dibutuhkan dengan alasan pilihan atau batasan agama, budaya, etnik, dan kesehatan (misal alergi) dilayani tanpa tambahan biaya.
Prancis
Di Prancis, makan siang merupakan makan terpenting di setiap hari. Siswa bisa mendapatkan makan siang di sekolah atau pulang untuk makan siang. Makan siang biasanya selama satu hingga dua jam. Siswa prancis diajarkan untuk makan dengan tenang/tidak terburu-buru dan menikmatinya.[7] Siswa harus membayar makan siangnya, dengan biaya yang bervariasi tergantung pada daerah dan pendapatan keluarga. Siswa hanya membayar setengahnya, sedangkan setengah harga makanan ditanggung pihak sekolah.[8]
Pada tahun 1970an, pemerintahan Prancis mulai mengambil langkah untuk meningkatkan kualitas makan siang sekolah. Panduan kerja pemerintah untuk makan siang sekolah dimulai sejak tahun 1971. Ketika itu, sebuah panduan kerja rekomendasi pangan menyatakan bahwa setiap makanan harus mengandung setidaknya sayuran atau buahsegar, protein dalam bentuk susu atau produk susu, serta sayuran yang dimasak pada dua hari seminggu dan karbohidrat pada hari yang lainnya dalam minggu tersebut.[8] Panduan kerja rekomendasi pangan, ditanda tangani oleh kementerian pendidikan nasional menyatakan bahwa makan siang sekolah harus sehat dan seimbang. Panduan tersebut menyatakan bahwa harus mengandung lemak dalam jumlah yang sedikit serta mengandung mineral dan vitamin yang cukup. Menu ditunjukan kepada orang tua, dan dapat bervariasi setiap harinya. Menu utama harus mengandung daging, ikan, atau telur.[7]
Kafetaria menyediakan hingga lima macam makanan utama, bahkan untuk tingkat pendidikan usia dini.[9] Siswa sekolah dasar memakan makanan yang sama dengan menu orang dewasa.[10] Makan siang sekolah di Prancis pada umumnya terdiri dari appetizer, salad, makanan utama, keju, dan pencuci mulut.[9] Roti dan air menemani setiap makanan. Sekolah di Prancis tidak memiliki mesin jual otomatis.[11]
Asia
Asia Timur
Korea Selatan
Makan siang sekolah di Korea Selatan mencakup makanan tradisional seperti nasi dan kimchi.[12] Makanan lain menakup daun wijen yang diisi nasi dan dibalut dengan saus madu; sup kentang labu; panekuk yang dibuat dari kocokan telur dan daun bawang dan bisa ditambah merica dan gurita; dan salad mentimun dan wortel.[12]
Jepang
Makanan sekolah merupakan sebuah tradisi yang dimulai pada awal abad ke 20. Setelah Perang Dunia II, yang menyebabkan Jepang hampir menuju wabah kelaparan, penyediaan makanan sekolah diperkenalkan di kawasan urbah. Makan siang sekolah diperluas hingga ke seluruh sekolah dasar di ahun 1952, dan dengan penetapan Undang-undang Makan Siang Sekolah, makan siang menyentuh ke sekolah tingkat lanjut pada tahun 1954.
Makan siang sekolah umumnya mencakup roti atau roti gulung, susu bubuk yang diseduh (yang lalu diganti dengan susu botol dan kemasan, pencuci mulit, dan hidangan yang berganti setiap harinya.[13] Makanan lainnya mencakup protein yang tidak mahal seperti kacang-kacangan kukus, ikan goreng, dan daging paus (sampai tahun 1970an). Penyediaan nasi diperkenalkan pada tahun 1976 sejak adanya surplus beras yang didistribusikan pemerintah pada tahun 1980an. Steak, masakan rebusan, dan kari Jepang juga sering dihidangkan.
Pada tahun 2004, 99% siswa sekolah dasar di Jepang dan 82% siswa sekolah tingkat lanjut memiliki program kyūshoku (makan siang sekolah).[14] Makanan dihasilkan oleh petani setempat, hampir tidak pernah dibekukan, memiliki batasan diet, dan jenisnya sama untuk setiap siswa.[15] Anak-anak di berbagai distrik tidak bisa membawa makanan mereka sendiri ke sekolah hingga mereka menyentuh SMA, dan sekolah tidak memiliki mesin jual otomatis.[15] Anak-anak diajarkan untuk memakan apa yang mereka sajikan sendiri.
Namun kotak makan bento didesain oleh ahli gizi untuk menyediakan makanan seimbang dan enak untuk anak-anak, terutama bagi yang senang tidak menyukai makanan jenis tertentu dan senang memakan makanan yang tidak sehat. Meski pemerintah Jepang menetapkan panduan nutrisi dasar, peraturan yang ditetapkan cenderung minimal. Tidak semua makanan sekolah memenuhi panduan kalori yang sesuai. Pemerintah pusat memiliki kebijakan untuk bertindak jika menemukan sekolah yang menyajikan makanan yang tidak sehat, tetapi tidak tahu bagaimana melakukan penilaian.[15]
Karena hal ini pula yang menyebabkan standar makanan sekolah cenderung setara dengan restauran. Bahkan telah ada buku masak yang menyajikan pilihan makanan sekolah terbaik, diterbitkan oleh Adachi Ward.[13] Berbagai makanan disajikan seperti naengmyeon, tom yam, ma pu tofu, hingga makanan barat seperti spaghetti. Namun, berlawanan dengan persepsi masyarakat, makanan Jepang tidak secara otomatis dapat dinyatakan sehat. Misal seperti ayam goreng tepung, ramen asin dalam mangkuk dengan daging babi, dan tempura. Namun seperti semua jenis masakan, makanan Jepang dapat dibuat sehat.[13]
Di sekolah dasar maupun sekolah lanjut, siswa yang ditugasi akan mengenakan kain dan topi putih dan melayani teman sekelas mereka, yang lalu makan siang bersama di ruang kelas maupun di kafetaria.[13] Untuk menjadikan makan siang terjangkau, pemerintah setempat membayar biaya tenaga kerja, tetapi orang tua siswa membayar bahan baku makanan setiap bulannya. Umumnya berkisar antara 250 hingga 300 Yen dengan biaya yang lebih rendah, bahkan gratis, bagi keluarga miskin.[13]
Asia Tenggara
Malaysia
Di sebagian besar sekolah di Malaysia, siswa makan di kantin di mana mereka membeli makanan dan minuman dari penjual. Pilihan makanan yang tersedia umumnya adalah masakan Malaysia, masakan China, dan masakan India dengan varian roti, mi, dan nasi. Yang paling umum ditemukan di kantin sekolah Malaysia adalah nasi lemak, nasi goreng, nasi ayam, popiah, dan laksa. Makanan dan minuman di kantin sekolah dijual dengan harga yang lebih rendah. Siswa dari keluarga yang kurang mampu dapat mengajukan program makanan gratis. Tergantung pada sekolahnya, program makanan gratis dapat disponsori oleh asosiasi orang tua murid dan guru atau oleh kementerian pendidikan.[16]
Singapura
Makanan sekolah di sebagian besar sekolah dasar dan sekolah lanjut disediakan oleh kantin sekolah. Kantin tersusun atas kios yang menjual berbagai makanan dan minuman. Makanan di kantin sekolah Singapura lebih murah namun dengan porsi yang lebih sedikit dibandingkan dengan makanan di luar sekolah. Untuk melayani kemajemukan suku, ras, agama, dan budaya yang ada di Singapura, kantin sekolah menyediakan berbagai jenis masakan. Dan setidaknya selalu ada satu kios halal pada setiap kantin.
Untuk mendorong kebiasaan makan sehat di antara anak-anak, Dewan Promosi Kesehatan Singapura meluncurkan Program Makan Sehat di Sekolah (Healthy Eating in Schools) yang memberikan penghargaan kepada sekolah yang menyediakan makanan sehat. Hal ini mencakup penurunan kadar gula dalam minuman dan pencuci mulut, penurunan makanan berlemak dan gorengan, dan memasukkan dua sajian sayuran hijau di satu porsi sajian.[17]
Asia Selatan
India
Di bawah Integrated Child Development Services, lembaga pemerintahan berwenang bersama dengan Anganwadi menyediakan makanan tengah hari bagi siswa yang hadir ke sekolah, yang dikenal dengan Skema Makanan Tengah Hari (Midday Meal Scheme) Makanan disajikan secara gratis dan memenuhi panduan yang ditetapkan oleh kebijakan. Program ini telah berlangusng sejak tahun 1925, dan menjadi program tertua untuk makanan gratis bagi siswa sekolah.
Yayasan Akshaya Patra, adalah sebuah program yang dijalankan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat di India yang menawarkan kemitraan dalam penyediaan makanan di sekolah. Yayasan ini telah meayani 1500 anak-anak pada tahun 2000 dan saat ini melayani lebih dari 1.2 juta anak-anak di delapan negara bagian di India setiap harinya.
Makan siang umumnya terdiri dari serealia yang tersedia di kawasan pertanian terdekat dan dibuat dengan budaya setempat. Sayuran dimasak sebagai kari atau sup, dan susu dialokasikan ke setiap siswa. Menu pada umumnya bervariasi dan sesuai dengan selera para siswa.
Anak-anak di sekolah swasta dapat membawa makanan mereka sendiri. Berbagai sekolah dan kampus juga memiliki kantin, kios makanan, dan pedagang kaki lima.
Asia Barat
Iran
Pada tahun 1960an, Shah Mohammad Reza Pahlavi telah memulai regenerasi masyarakat Iran melalui reformasi ekonomi dan sosial yang disebut dengan Revolusi Putih, dengan tujuan jangka panjang adalah untuk mengubah Iran menjadi negara adidaya secara ekonomi dan industri. Revolusi Putih terdiri dari 19 elemen yang diperkenalkan dalam waktu 15 tahun, dengan 6 poin pertama diperkenalkan tahun 1963 dan menjadi referendum nasional pada 26 Januari 1963. Pada tahun 1975, Mohammad Reza Pahlevi memulai program "wajib belajar dan gratis serta makanan gratis setiap hari" untuk semua anak-anak dari usia taman kanak-kanak hingga 14 tahun. Program ini menyediakan susu gratis di sekolah untuk seluruh siswa, juga pistachio, buah segar, dan biskuit.
Amerika Utara
Kanada
Kanada tidak memiliki program makanan sekolah di tingkat nasional,[18][19] dan sekolah dasar pada umumnya tidak memiliki perlengkapan dapur. Para orang tua umumnya diharapkan menyediakan kotak makan siang untuk anak-anak mereka yang akan berangkat ke sekolah[20] atau mengizinkan anak-anaknya pulang sementara selama periode makan siang. Namun ada beberapa LSM yang berkomitmen dalam menyediakan program nutrisi bagi siswa.[21]
Program makan siang sekolah diciptakan pada tahun 1946 ketika Presiden Harry Truman menandatangani National School Lunch Act dan menjadikannya undang-undang. Peraturan ini awalnya dibuat untuk membantu lahan usaha tani yang mengalami surplus hasil pertanian dan kesulitan dalam menjualnya, sehingga program ini juga bermanfaat bagi masyarakat pelaku pertanian.[22] Truman menginginkan makanan sekolah meningkatkan dan menjaga kesehatan anak-anak, sambil mendukung gerakan konsumsi produk pertanian lokal.[23] Saat ini, program makan siang sekolah gratis adalah program negara yang bergerak di lebih dari 101000 sekolah negeri, swasta, dan lembaga pelayanan masyarakat. Prgram ini diatur dan dikelola pada tingkat federal oleh Food and Nutrition Service USDA, yang mendefinisikan program harus bergizi seimbang, murah atau gratis bagi 31 juta anak-anak sekolah di Amerika Serikat setiap harinya.
Terdapat beberapa kontroversi mengenai peran USDA dalam mempromosikan perbaikan kesehatan anak-anak melalui program makanan sekolah, tetapi di sisi lain juga mempromosikan konsumsi produk utama pertanian Amerika Serikat yang mengandung banyak lemak seperti produk susu dan daging babi.[24] Para kritikus mengatakan bahwa hal ini adalah konflik kepentingan yang dapat menjadi bukti bahwa standar Program Makan Siang Sekolah Nasional tetap dipengaruhi proses politik yang dipengaruhi para pelaku lobi dari industri pangan. Sebagai hasilnya, apa yang menjadi dasar dari definisi "nutrisi" pada makanan sekolah tidak memasukkan kebutuhan dasar diet yang sehat dan seimbang berdasarkan ilmu gizi yang telah berkembang hingga saat ini.[25]
Dalam 66 tahun sejarahnya, program ini telah berkembang dan kini mencakup program sarapan sekolah, program camilan, program makanan bagi anak dan dewasa, dan program layanan makanan musim panas. Pada tingkat negara bagian, program makan siang sekolah nasional umumnya dikelola oleh lembaga pendidikan di negara bagian tersebut, yang mengoperasikan program melalui perjanjian dengan pihak dapur sekolah.
Umumnya, sekolah negeri dan swasta dapat memilih untuk tidak berpartisipasi dalam program makan siang sekolah. Sekolah yang tidak berafiliasi dengan pemerintah dapat mengambil bagian dari program ini dan mendapatkan uang subsidi minimum dan sumbangan komoditas pangan dari USDA untuk dijadikan sebagai makanan yang disajikan di sekolah. Dan sekolah tersebut harus menyajikan makanan yang memenuhi standar kebutuhan negara, dan harus menawarkan makanan secara gratis atau dengan harga yang lebih murah.
Mesin jual otomatis di sekolah juga menjadi sumber utama makanan bagi siswa. Di bawah tekanan dari para orang tua dan aktivis anti-obesitas, banyak sekolah yang melarang penjualan minuman ringan, makanan cepat saji, dan permen di mesin jual otomatis dan kafetaria.[26] Berbagai hukum dan undang-undang telah dikeluarkan untuk membatasi makanan yang dijual di sekolah.[27][28][29]