Jeneponto adalah sebuah kabupaten di provinsi Sulawesi Selatan yang pada masa lalu terdapat Kerajaan Binamu yang menguasai hampir seluruh Kabupaten Jeneponto. Pada ketinggian 38 meter dpl terdapat situs makan Raja-Raja Binamu yang terletak diatas tanah berbukit yang dikelilingi tanah datar dan situs tersebut dapat dijangkau dengan kendaraan roda roda empat dan dua karna berada di pinggir jalan.
Kerajaan Binamu adalah kerajaan yang berjasa mempersatukan kerajaan-kerajan kecil di Jeneponto, yaitu kerajaan Tolo, Rumbia, Arungkeke, Bangkala, dan Taroang. Nama Binamu konon berasal dari kata Bine (Makassar) yang berarti "bibit padi" karna di daerah Binamu menjadi salahsatu tempat pertama dikembangkan padi di persawahan yang di bawa oleh orang Jawa. Pada suatu ketika orang-orang datang meminta dengan ucapa Binemu artinya bibitmu.
Kompleks makam raja-raja binamu merupakan suatu komples pemakaman Bangsawan kerajaan Binamu di Kabupaten Jeneponto. Kompleks ini terletak di desa bontoramba sekitar 3 KM dari jalan poros Sul-Sel di kecamatan Tamalatea. Kompleks makam ini mengalami perbaikan pada Tahun 1981-1984 oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi SulSel. Akses jalan menuju tempat ini rusak dan sampai sekarang belu dilakukan perbaikan. Kompleks ini mulai diresmikan dan dijadikan situs budaya yang dilindungi.
Di dalam kompleks ini terdapat 639 buah makam yang bervariasi bentuk dan besarnya.
Makam makam yang ada di kompleks Makam Raja-Raja Binamu
Adapun Makam-makam yang terdapat di dalam kompleks ini yaitu Tumanurung Ri Binamu, Putri Ri Bungko, Daeng Binamu, ITinggi Daeng Mattayang dan lain-lain. Makam Raja-Raja Binamu terbagi menjadi 3 jenis ukuran yaitu:
Ukuran besar 336 x 180 x 285 cm sampai dengan 235 x 160 x115 cm
Ukuran sedang 230 x 150 x 100 cm sampai dengan 150 x 90 x 50 cm
Ukuran kecil 157 x 80 x 45 cm sampai dengan yang terkecil
Sebagian Besar makam dibentuk dari papan batu disusun dua sampai empat Undakan, Dua hal yang sangat Menonjol pada kompleks makam ini, yaitu hiasan, pada jirat dan Nisan
Seni arsitektur bangunan makam di kompleks makam raja-raja binamu mempunyai ciri tersendiri. Ciri tersebut dapat dilihat pada bentuk nisan bangunan makam dan pola ragam hiasnya, Antara lain sebagai berikut:
Nisan Arca
Nisan arca ini berbentuk patung batu manusia yang duduk di atas kursi. Ada tiga patung arca sebenarnya di kompleks makam ini tapi dua patung arca dicuri pada tahun 2002 sehingga tinggal satu patung arca yang masih tersisa.
Nisan bentuk ini ditemukan pada makam yang berbentuk segi empat. Badan nisan berbentuk bulat dan bagian atas menyerupai topi bajah. Nisan ini melambangkan kekuatan atau kesuburan.Nisan bentuk ini nisan yang paling banyak ditemukan di dalam kompleks makam raja-raja binamu. Bentuk gadah ini melambangkan kelaki-lakian. Bentuknya berupa segi empat pada bagian kaki, badan nisan berbentuk bulat dan bagian atas menyerupai kuncup bunga teratai
"Karaeng Palangkei Daeng Lagu merupakan raja pertama binamu," ujar pegawai Balai Pelestarian Cagar Budaya Makassar, Supardi (42), yang bertugas menjaga makam tersebut.
Ia menjelaskan, Karaeng Palangkei Lagu dikenal hobi sabung ayam.
Raja tersebut bahkan sering dikawal pasukan bersenjata hanya untuk mencari lawan ayamnya.
“Kalau ada yang bikin rusuh, Karaeng Palangkei hanya mengirim anjing pelacak untuk mencari pelaku rusuh," papar Supardi.
Terdapat lambang macan di badan makam Palengkei.
Lambang itu menyimbolkan keberanian dan kecerdasan Palangkei.[1][2]
Referensi
- ^ Muslimin, Efendi (2013). Monumen Islam di Sulawesi Selatan. Makassar: Balai Pelestarian Cagar Budaya Makassar. hlm. 187–188. ISBN 978-602-8405-50-8.
- ^ "Komplek Makam Raja-Raja Binamu, Bukti Nyata Kejayaan Kerajaan di Jeneponto". Tribun Timur. Diakses tanggal 2019-12-17.