Luwuk, Banggai
Kecamatan Luwuk adalah ibu kota Kabupaten Banggai yang sekaligus menjadi pusat pemerintahan dari Kabupaten Banggai. sebuah kecamatan di Kabupaten Banggai, provinsi Sulawesi Tengah, Indonesia. Luwuk berjarak 610 kilometer dari kota Palu, ibu kota provinsi Sulawesi Tengah. Setelah pemekaran kecamatan Luwuk Utara, Luwuk Timur dan Luwuk Selatan, kecamatan Luwuk memiliki wilayah seluas 72,82 km² dengan kondisi geografi berbatasan dengan laut dan dikelilingi perbukitan dengan ketinggian mencapai 170 mdpl. Berdasarkan data dari Kementerian Dalam Negeri tahun 2020, kota Luwuk memiliki jumlah penduduk sebanyak 35.074 jiwa.[4] SejarahSecara etimologi, Luwuk dari asal kata Luwok, Huk, yang artinya "Teluk". Sebelum menjadi nama Kota Luwuk, wilayah ini merupakan pelabuhan masyarakat Keleke, Asam Jawa dan Soho serta Dongkalan. Dalam perjalanan Pemerintahan, Luwuk ditetapkan menjadi pusat pemerintahan oleh Hindia Belanda pada tahun 1906, ibu kota Afdeling Sulawesi Bagian Timur, kemudian tahun 1908 dipindahkan ke Bau-Bau, Luwuk menjadi pusat wilayah onderafdeling pada tahun 1924. Kampung pertama yang terbentuk di pesisir Luwuk (teluk), yaitu:
Masuknya pemerintahan Jepang tahun 1942, Luwuk menjadi kota pemerintahan Jepang dengan pemimpin bergelar Bunken Kanrikan. Pada tahun 1943, Jepang memerintahkan raja Banggai terakhir Syukuran Aminuddin Amir untuk memindahkan ibu kota Kerajaan Banggai di Luwuk, dan dirinya diangkat sebagai pemimpin dengan pangkat Suco (raja) Banggai. Pada tahun 1952, pemerintah Indonesia menetapkan Luwuk sebagai ibu kota Kepala Pemerintahan Negeri (KPN) Swapraja Banggai, dan pada tanggal 4 Juli 1952 Kota Luwuk ditetapkan sebagai ibu kota Kabupaten Banggai, berdasarkan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959.[5]
Sejarah Luwuk jadi IbukotaMenurut laporan bertarikh 1682 dari Gubernur Belanda di Ternate yaitu Robert Padtbrugge[6] (1637-1703), Kerajaan Banggai terdiri dari Pulau Banggai, Peling (atau Gapi), Labobo, ratusan pulau kecil, dan bagian tenggara Sulawesi yang dikenal sebagai Balantak dan Mondona, jadi tidak termasuk Tanjung Pati-pati yang merupakan batas timur wilayah Kerajaan Tojo, Tanjung Pati-pati yang sekarang terletak di wilayah Kecamatan Bualemo, Kabupaten Banggai. Dan dalam rentang waktu tahun 1905 sampai 1907 dibukalah Area Perkebunan baru dan membentuk Kecamatan Bunta, hal ini menjadi era kekuasaan baru bagi Pemerintahan Hindia Belanda dan akhir dari kekuasaan Kerajaan Tojo di bagian paling ujung timur dari Provinsi Sulawesi Tengah. Di tahun 1908 Belanda mendeklarasikan berdirinya Landschap Banggai, yang bukan lagi Wilayah Kesultanan Ternate ataupun Kerajaan Tojo, Landschap Banggai —yang sebelumnya merupakan bagian dari Kesultanan Ternate ataupun Kerajaan Tojo— mulai berhubungan langsung dengan pemerintah Hindia Belanda sejak tanggal 1 April 1908, dan pemerintahannya telah menjadi pemerintahan sendiri. Landschap Banggai yang ibukotanya di Luwuk, merupakan Bentuk Pemerintahan Belanda yang merupakan saingan dari Kerajaan Banggai yang terletak di Pulau Banggai. Melalui Staatsblad (Lembaran Negara) No. 367 Tahun 1907 yang mengatur penambahan salah satu pemerintahan mandiri di Ternate —termasuk Banggai— di Karesidenan Celebes en Onderhoorigheden, dan sebuah afdeling di Pantai Timur Sulawesi terbentuk dengan ibu kota Luwuk, yang terletak di bagian timur dari Sulawesi. Pada tahun 1911 (item No. 605), posisi ibu kota dialihkan ke Baubau. Melalui Staatsblad No. 365 Tahun 1924, beberapa landschap, termasuk Banggai, ditambahkan menjadi wilayah administratif Karesidenan Manado. Pada tahun yang sama, Afdeling Poso dibentuk dan Landschap Banggai dibagi menjadi dua onderafdeling, sesuai dengan isi Staatsblad No. 366. Pada dekade 1930-an, melalui Staatsblad No. 571 Tahun 1932, kedua onderafdeling tersebut digabungkan kembali ke Onderafdeling Banggai, dengan Luwuk sebagai ibu kota.[7] GeografiLuwuk memiliki luas sebesar 59,00 kilometer persegi. Lokasinya berada di lembah antara dua pegunungan yaitu Pegunungan Paka dan Pegunungan Pongoti. Keadaan tanah di wilayah Luwuk bagian selatan terdiri atas tanah liat yang berpasir dan kapur kerang. Sementara itu, di daerah pegunungan khususnya Keleke dan Mangkin Piala, jenis tanahnya adalah neoin. Tanah di daerah pegunungan dijadikan lahan perkebunan karena curah hujan rata-rata berkisar antara 955 - 1.723 mm per tahun. Arah hembusan angin di wilayah Luwuk memiliki ciri khas tertentu. Setiap bulan Maret hingga bulan Mei, angin bertiup ke arah timur. Pada bulan Juni dan Juli, angin bertiup ke arah barat. Angin bertiup ke arah selatan antara bulan Agustus hingga bulan Oktober bertiup angin Selatan. Pada bulan November hingga Desember, angin bertiup ke arah tenggara yang menyebabkan musim kemarau.[8] Batas wilayahLuwuk berbatasan dengan wilayah sebagai berikut:
Pembagian administratifKecamatan Luwuk dibagi menjadi dua desa dan delapan kelurahan, antara lain:
Kelurahan
Iklim
DemografiSuku asli kota Luwuk yakni suku Saluan (Keleke-Soho, Mangkian Piala-Dongkalan, Nambo, Simpoung), suku Balantak, dan suku Banggai (meskipun Kota Banggai sudah berdiri, suku Banggai sudah banyak yang berdiam di Kota Luwuk) Kota ini masuk dalam wilayah Kerajaan Banggai. AgamaKota Luwuk merupakan pusat kegiatan keagamaan. Masjid Pertama adalah Masjid Al Hikmah Soho (1920), dirintis oleh Toansi Pauh, Imam Talla, Lengkas, Djafili, Ustadz Ngadimin, kemudian Masjid Mutahidah Dongkalan (1930), yang dirintis oleh Habib Said Al Bakar, Habib Awad Al Bakar, H. Kailo Sinukun, H. Thalib, H. Kalia Makmur, H. Siradjuddin Datu Adam.dan lainnya. Gereja pertama adalah Gereja Bukit Zaitun (1943), perintisnya, Pandeta Tumbelaka, Mantiri. Sedangkan Pusat Pemerintahan berada di wilayah Soho (1906 s/d 1963), Luwuk. Berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri tahun 2020 mencatat bahwa mayoritas penduduk Luwuk beragama Islam yakni 77,52%. Kemudian pemeluk agama Kristen sebanyak 21,43%, dimana Protestan 19,96% dan Katolik 1,47%. Sebagian kecil lagi beragama Hindu 0,60%, Buddha 0,44% dan Konghucu 0,01%.[4] SosialPendidikanKota Luwuk merupakan pusat kegiatan pendidikan di Banggai. Telah ada empat Universitas, yaitu Universitas Muhammadiyah Luwuk (Unismuh), Universitas Tompotika (Untika), Akademi Keperawatan Luwuk (Akper), dan Akademi Normal Luwuk (Amik). Lembaga-lembaga non-formal lainnya, adalah Gaja Madah Colege, Unhas Colege, Unstrat Coleg, LKP Widyagama dan Untad Coleg, serta Yayasan Pendidikan Insan Cita. Sarana dan PrasaranaRuang Terbuka Hijau
Jalan Umum
TransportasiTransportasi UdaraKota Luwuk mempunyai sebuah bandara nasional yang berada di dalam kota, yaitu Bandara Syukuran Aminuddin Amir, terletak di Desa Bubung, Kecamatan Luwuk Selatan. Transportasi LautKota Luwuk juga mempunyai sebuah Pelabuhan Nasional yang juga berada di dalam wilayah kota, yaitu Pelabuhan Luwuk, Pelabuhan Luwuk terletak di Kecamatan Luwuk, Kelurahan Karaton. Transportasi DaratTransportasi darat di Luwuk meliputi transportasi tradisional dan modern. Di kota Luwuk sedikitnya telah beroperasi 200 minibus angkutan kota (angkot) yang menjadi komuter utama di kota ini. Satu hal lagi yang unik adalah angkot tersebut disebut sebagai "Taksi" oleh penduduk setempat. Warna angkot ini juga hanya 1, yaitu warna biru tua. Moda bus hanya digunakan untuk transportasi dalam skala besar dan tidak bersifat publik di dalam kota. Moda ini digunakan untuk mengangkut penumpang antar kabupaten dalam maupun lintas provinsi. Taksi adalah komuter paling eksklusif di kota ini. Untuk menunjukkan perbedaan dengan 'taksi' angkot, maka penduduk setempat menggunakan kata "argo" (taksi argo) untuk menyebut komuter ini yang mengacu pada argometer yang melengkapi setiap taksi. Ojek adalah moda transportasi alternatif di kota ini. Sama seperti di kota lainnya, ojek merupakan 'taksi motor' yang selalu siap mengantar penumpang langsung ke tujuannya dengan tarif yang sesuai dengan jarak tempuh tujuannya. Bila di kota-kota lain para tukang ojek menggunakan seragam, maka di kota ini Anda mungkin akan kesulitan untuk menemukannya karena tidak adanya baju seragam bagi para tukang ojek. Namun, Anda bisa menemukannya di sudut-sudut perempatan jalan atau mereka akan menawarkan jasanya langsung jika melewati Anda yang terlihat sedang menunggu di tepi jalan. Fasilitas
Wacana pembentukan Kota Luwuk sebagai calon ibukota Provinsi Sulawesi Timur merupakan pemekaran dari Kabupaten Banggai yang meliputi beberapa Kecamatan antara lain:
Lihat pula
Galeri
Referensi
Wikimedia Commons memiliki media mengenai Luwuk. |