Lewoloba merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Ile Mandiri, Kabupaten Flores Timur, Propinsi Nusa Tenggara Timur. Lewoloba adalah desa dari Ipon Koten dan merupakan satu dari 8 desa yang berada di Kecamatan Ile Mandiri yang berada dalam rumpun adat Lamaholot Baipito. Dalam tata kehidupan masyarakat Baipito, Lewoloba adalah yang sulung dan tertua, yang mengandung makna bahwa Lewoloba adalah yang terdepan dalam membela kepentingan Baipito. Lewoloba memiliki nama tradisional (Opak), yaitu "Lewoloba Lama Dike Tanah Weki Lama Doro".
Sejarah
Sejarah Desa Lewoloba dapat ditelusuri dengan mengetahui keturunan Bapa Lia Nurat dan Ema Hadung Boleng. Keduanya adalah sepasang suami isteri yang melahirkan keturunan-keturunan yang menghuni wilayah adat Baipito. Mereka memiliki 7 orang anak, yakni 5 anak laki-laki dan 2 anak perempuan yaitu:
BELAWA BURAK: mendiami wilayah Lewoloba
KWELUK: mendiami wilayah Wailolong
KWAKA: mendiami wilayah Lewohala
BANG POWA: mendiami wilayah Mudakeputu
MADO LIKO WUTUN: mendiami wilayah Watowiti
BELITI HINGI: mendiami wilayah Bui Baja Wua
EHEN PENI: mendiami wilayah Ebak
Belawa Burak merupakan cikal bakal turunan orang-orang Lewoloba. Dari turunan Bapa Belawa Burak dan Ema Nini Daja, sampai dengan Bapa Kebu Doa dan Ema Buku Niron (turunan
ke-7) menurunkan 3 orang anak, yakni:
TOKA NARA: Melahurint
WOLO SINA: Amakelen
SINA PURI: Amakoten
Dari ke-3 anak laki-laki ini, lahirlah 3 suku asli yang berada di Kampung Lemuda. Turunan dari ke-3 Bapak ini kemudian dipimpin oleh Suban Regi Ama dibantu oleh Ua Bala Ama dan Biti Loso Ama membangun dan membentuk Kampung Suban Tupi Wato Dowo Deka Homo dan menjadi Kepala Kampung, Kepala Adat dan Tuan Tanah.
Di Kampung Suban Tupi Wato Dowo Deka Homo ini, bergabunglah dua suku dengan ketiga suku yang telah ada. Kedua suku yang bergabung tersebut adalah Suku Doren dan Suku Nuhan. Dari Kampung Suban Tupi Wato Dowo Deka Homo, mereka berpindah ke Desa Lewoloba lama. Desa Lewoloba lama biasa disebut dengan Lewo Wulu Heri Tanah Bala Gopak. Penggunaan nama “Lewoloba” dimulai ketika para tokoh adat berkumpul untuk melaksanaan seremoni adat penentuan nama kampung. Pelaksanaan seremoni adat ini harus disertai dengan penyuguhan sirih pinang. Setelah para pemuka Adat ini memakan sirih pinang, badan mereka menjadi lemas (ngilu), khususnya pada persendian tangan dan kaki mereka. Saat itu juga para pemuka adat sepakat memberikan nama LOBA (dalam bahasa daerah berarti “lemas/ ngilu”) dan LEWO (dalam bahasa daerah berarti “kampung”).
Setelah Lewoloba disepakati sebagai nama desa, para pemuka adat kemudian menyampaikannya kepada Pemerintah Belanda sebagai pemerintah yang sah pada saat itu. Pemerintah Belanda pun akhirnya menyetujui pemberian nama tersebut. Dengan adanya persetujuan dari pemerintah Belanda, maka sejak saat itu Lewoloba dijadikan sebagai nama resmi dan terus digunakan hingga saat ini.
Alkisah Belawa Burak pernah menjadi panglima dalam sebuah perang di Adonara dan meninggal dalam peperangan tersebut. Dia terbunuh ketika dirinya ditikam dengan sebilah bambu yang tajam. Dengan cara yang magis, jasad Belawa Burak kemudian "menyatu" dengan alam. Darahnya menjadi sumber mata air. Tubuhnya menjadi batu dan pasir. Bambu yang dipakai untuk menikamnya kemudian bertumbuh lebat di daerah tersebut. Pada tahun 2010, dibawah kepemimpinan Kepala Desa Yohanes Lewa Doren, jasad Belawa Burak yang telah berbentuk material alam ini dibawah ke Lewoloba dan disemayamkan dalam sebuah korke (Rumah Adat Lamaholot) melalui suatu acara adat yang meriah.
Pada tahun 1979, sebuah bencana besar melanda Larantuka. Lewoloba pun terkena dampak dari banjir ini. Banjir ini menelan sangat banyak korban jiwa dan harta benda. Penduduk Desa Lewoloba akhirnya mencari pemukiman yang baru. Sebagian besarnya berpindah ke bekas kebunnya, dan membangun sebuah pemukiman baru yang saat ini bernama Desa Lewoloba. Sejumlah penduduk Lewoloba berpindah ke Desa Bokang, yang sekarang ini berada di wilayah Kecamatan Lato. Sejumlah kecil penduduk Lewoloba kemudian berpindah ke Balela, Lohayong, Weri, dan beberapa daerah lain di Larantuka.
Berikut ini adalah nama-nama Kepala Desa Lewoloba yang pernah memerintah:
Kepala Bala Suban Koten (1915-1929).
Kepala Lukas Laba Kelen (1929-1934).
Kepala Ferdinandus Beki Hurint (1934-1966).
Kepala W. Dominikus Hurint (1966 - memerintah selama 5 bulan)
Kepala Theodorus Toka Hurint (1966-1972).
Kepala Paulus Belawa Koten (1972-1975).
Kepala (Karateker) Paulus Pati Koten (1975 - memerintah 5 bulan)
Kepala Paulus Uja Hurint (1975-1978).
Kepala Yohanes Helun Hurint (1978-1993): pada masa pemerintahan Bapak Yohanes Helun Hurint, sebuah banjir badang menghantam Kota Larantuka dan sekitarnya, termasuk Lewoloba. Sebagai akibat dari banjir tahun 1979, Desa Lewoloba berpindah dari lokasi lama ke lokasi yang baru hingga saat ini. Setelah berpindah ke lokasi baru, Bapak Helun Hurint terus memerintah hingga meletakkan jabatannya pada tahun 1993.
Kepala Stefanus Raja Koten (1993-2002).
Kepala Raymundus Doke Doren (2002-2007).
Kepala Yohanes Lewa Doren (2007-2013).
Kepala Fransiskus Roy Hurint (2013- saat ini)
Pemerintahan Desa Lewoloba
Struktur Organisasi Pemerintah Desa Lewoloba
No
Nama
Jabatan
Pendidikan
1
Fransiskus Roy Hurint
Kepala Desa
SLTA
2
Bernardus Jana Hurint
Sekretaris Desa
D III
3
Roslina Sabu Kelen
KAUR Umum
SMK
4
Tonce Hurint
KAUR Administrasi
SMK
5
Garfelinus Pati Doren
KAUR Keuangan
SMK
6
Yohanes Lian Koten
Kasie Pemerintahan
SLTA
7
Yosep Beda Kelen
Kasie Pembangunan
STM
8
Sam Geken
Kasie Kemasyarakatan
SLTA
9
Yeremias Sina Maran
Kepala Dusun I
SD
10
Yosep Ehe Doren
Kepala Dusun II
SLTA
11
Hilarius Saka Doren
Kepala Dusun III
SD
12
Siprianus Koda Doren
Kepala Dusun IV
SLTA
Struktur Organisasi Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
Struktur Organisasi Lembaga Kemasyarakatan
Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK)
Rukun Tetangga (RT)
Lembaga RT sesuai dasar hukum pembentukan yang ada di Desa Lewoloba berjumlah 8 RT yang tersebar di 4 wilayah Dusun. Berikut ini adalah nama-nama Ketua RT.
Keadaan Demografis
Berdasarkan pendataan penduduk yang dilakukan pada tahun 2013 jumlah penduduk Desa Lewoloba adalah 1430 jiwa. Berikut ini adalah gambaran tentang penduduk Desa Lewoloba yang diklasifikasi dalam beberapa jenis pengelompokan.
Penduduk Berdasarkan Kepala Keluarga (KK)
Penduduk Berdasarkan Usia
Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan jenis kelamin, penduduk Desa Lewoloba terdiri atas:
Laki-laki:670 jiwa
Perempuan:760 jiwa
Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Keterangan Tambahan: 5 (lima) orang penduduk Desa Lewoloba terindikasi buta huruf.
Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Pokok
Penduduk Berdasarkan Agama
Penduduk Berdasarkan Cacat Mental dan Cacat Fisik
Penduduk Berdasarkan Ketersediaan Tenaga Kerja
Sumber: RPJM Desa Lewoloba 2015-2019
Keadaan Geografis
Luas Wilayah
Menurut Penggunaannya, Luas wilayah Desa Lewoloba secara administratif adalah 680,4 Ha yang terdiri atas:
Luas Perumahan dan Pekarangan: 245,9 Ha
Luas Lahan Pertanian: 433 Ha
Luas Pekuburan: 0,75 Ha
Luas Lahan Tidur: 0,75 Ha
Batas Wilayah
Desa Lewoloba berbatasaan dengan:
Sebelah Utara: Gunung Mandiri
Sebelah Selatan: Teluk Oka
Sebelah Timur: Desa Lamawalang, Kecamatan Larantuka
Sebelah Barat: Desa Wailolong, Kecamatan Ile Mandiri
Orbitasi, Waktu Tempuh, dan Letak Desa
Untuk mencapai Desa Lewoloba, perjalanan dapat ditempuh melalui jalur darat (kendaraan roda dua dan kendaraan roda empat) dan jalur laut (perahu layar).
Letak Desa Berdasarkan Ketinggian Tempat, Curah Hujan, dan Suhu
Topografi atau Bentangan Lahan
Jenis dan Kesuburan Tanah
Warna Tana: Hitam
Teksur Tanah: Lempung
Lahan Kritis: 25 Ha
Lahan Terlantar: 15 Ha/m2
Sarana dan Prasarana
Sarana dan Prasarana Transportasi
Prasarana Transportasi Darat di Desa Lewoloba
Sarana Transportasi Darat di Desa Lewoloba
No.
Uraian
Jumlah (Unit)
1
Bus angkutan penumpang
4 Unit
2
Truk angkutan barang
7 Unit
3
Motor ojek
10 Unit
4
Sepeda motor pribadi
250 Unit
Sarana dan Prasarana Komunikasi
No.
Uraian
Jumlah (Unit)
1
Radio
5 Unit
2
TV
400 Unit
3
HP
500 Unit
Sarana dan Prasarana Air Bersih dan Sanitasi
No.
Uraian / Jenis
Jumlah (Unit)
1
Prasarana Air Bersih mata air Pegunungan
2 Unit
2
Sanitasi
10 Unit
3
MCK Umum
5 Unit
4
MCK Keluarga
302 Unit
Sarana dan Prasarana Pemerintah Desa
No
Uraian / Jenis
Jumlah (Unit)
1
Gedung Kantor
1 Unit
2
Jumlah Ruangan Kerja
4 Unit
3
Komputer/Laptop
2 Unit
4
Meja Rapat
2 Unit
5
Meja Biro
2 Unit
6
Kursi
54 Unit
7
Lemari Arsip
1 Unit
Sarana dan Prasarana Badan Permusyawaratan Desa Lewoloba
Badan Permusyawaratan Desa Lewoloba tidak memiliki Prasarana gedung kantor. Gedung BPD yang digunakan sekarang adalah gedung satu atap dengan gedung kantor desa.
Sarana ATK BPD sbb:
No
Uraian / Jenis
Jumlah (Unit)
1
Meja Biro
-
2
Kursi
-
Sarana dan Prasarana Peribadatan
Terdapat sebuah gereja di Desa Lewoloba bernama Gereja Hati Amat Kudus Tuhan Yesus. Gereja ini bernaung di bawah Paroki St. Yoseph Riangkemie.
Sarana dan Prasarana Kesehatan
1) Satu unit Puskesmas pembantu dengan pelayanan obat setiap hari.
2) Satu unit Posyandu dengan pelayanan sebulan sekali.
Sumber: RPJM Desa Lewoloba 2015-2019
Budaya
Lewoloba merupakan satu bagian dari rumpun masyarakat adat Lamaholot. Kegiatan adatnya berpusat di sebuah korke, yang berada di tengah kampung. Ada beberapa suku besar yang menetap di Lewoloba, yaitu Lewo Doren, Lewo Nuhan, Mela Hurint, Ama Koten, dan Ama Kelen. Masing-masing suku memiliki perannya sendiri dalam setiap acara adat yang diadakan. Setiap dua tahun sekali diadakan sebuah acara adat perbaikan rumah adat, yaitu Helok Korke. Ritual ini selalu diiringi dengan persembahan hewan kurban sambil diiringi dengan tari-tarian adat seperti Hedung, Sarak Manuk, Soka Roja dan Lian Namang.
Pendidikan
Beberapa lembaga pendidikan dari berbagai tingkat pendidikan diselenggarakan di Lewoloba, antara lain PAUD Lia Nurat, TKK Hadung Boleng, SDK Lewoloba, SMP Negeri 2 Larantuka, dan SMK Lamaholot. Keberadaan sejumlah sekolah di Lewoloba telah menjadikannya sebagai pusat pendidikan dan barometer pendidikan di Kecamatan Ile Mandiri. Sejumlah lembaga pendidikan yang terselenggara di Lewoloba telah menarik minat siswa dari berbagai daerah di Kabupaten Flores Timur.
Pendidikan Formal
Nama
Jumlah
Status
Kepemilikan
Jumlah Guru
Jumlah Siswa
TK Hadung Boleng
1
Terakreditasi
Desa Lewoloba
5
32
SDK Lewoloba
1
Terakreditasi
Yapersuktim
19
176
SLTP Negeri 2 Larantuka
1
Terakreditasi
Pemkab Flotim
53
533
SMEA Lamaholot
1
Terakreditasi
Yayasan Lamaholot
43
348
Pendidikan Non Formal
Nama
Jumlah
Status
Kepemilikan
Jumlah Guru
Jumlah Siswa
Paket B
-
-
-
-
-
Paket C
-
-
-
-
-
PAUD
1
Terdaftar
Desa Lewoloba
4
36
Keadaan Ekonomi
Sebagian besar penduduk Lewoloba adalah penduduk asli setempat. Perkembangan di sektor pendidikan turut mengubah struktur demografi Lewoloba. Arus pendatang cukup terlihat jelas, di antaranya berasal dari sejumlah tempat di Flotim daratan, Adonara, Lembata, dan Manggarai. Sebagian besar penduduk Lewoloba bermata pencaharian sebagai petani. Jumlah Pegawai Negeri Sipil pun cukup signifikan di desa ini. Sama seperti sebagian besar penduduk Flores Timur, sektor wirausaha tampak tidak berkembang. Hanya ada beberapa sektor swasta yang hidup, yaitu bengkel kayu dan bengkel kendaraan bermotor.
Potensi Pertanian/ Perkebunan/ Kehutanan
(1) Potensi Pertanian
a. Pemilikan lahan pertanian tanaman pangan:
No
Jumlah Kepala Keluarga yang memiliki Tanah Pertanian
Jumlah
1
Tidak memiliki
-
2
Memiliki kurang dari 0.50 Ha
15 KK
3
Memiliki lebih dari 1.0 Ha
287 KK
Jumlah Total
302 KK
b. Jenis tanaman pangan yang diusahakan oleh masyarakat:
Jagung
Padi ladang
Ubi Kayu
c. Jenis komoditas buah-buahan yang diusahakan oleh masyarakat:
Pisang
Nanas
Pepaya
Mente
d. Pemasaran hasil tanaman pangan:
Sebagian besar hasil tanaman pangan dipergunakan untuk konsumsi sehari-hari dan sebagian kecilnya dijual langsung ke konsumen atau ke pasar tradisional.
(2) Potensi Perkebunan
a. Kepemilikan lahan perkebunan:
No
Jumlah Rumah Tangga memiliki Tanah Pertanian
Jumlah
1
Tidak memiliki
-
2
Memiliki kurang dari 0.5 Ha
15 KK
3
Memiliki lebih dari 1.0 Ha
287 KK
Jumlah Total
b. Jenis tanaman perkebunan yang diusahakan oleh masyarakat:
Pisang
Nanas
Pepaya
Mente
Kapuk
Kemiri
c. Pemasaran hasil Tanaman Perkebunan:
Hasil tanaman perkebunan biasanya dijual masyarakat di pasar tradisional. Khusus untuk jambu mente, biasanya masyarakat menjualnya kepada tengkulak.
(3) Potensi Kehutanan
Kepemilikan tanaman kehutanan masyarakat Desa Lewoloba sebagian besar kurang lebih 75%
dikuasai oleh pemilik tanah ulayat (Hutan Adat) sedangkan 25% dimiliki oleh penggarap. Ada juga jenis tanaman kehutanan yang dimiliki oleh masyarakat secara perorangan dan secara kelompok (adat), sebagai berikut:
Bambu
Akasia Hutan
Lain-lain
Potensi Peternakan Dan Perikanan
(1) Potensi Peternakan
a. Hasil Peternakan:
Masyarakat Desa Lewoloba pada umumnya memiliki populasi ternak karena didukung dengan ketersediaan tanaman pakan ternak yang ada seperti pisang, lamatoro, gamal, turi, mengkudu hutan, dan lain-lain. Jenis populasi ternak yang dipelihara oleh masyarakat:
Ayam kampung
Ayam pedaging
Kambing
Babi
Sapi
b. Pemasaran Hasil Ternak
Hasil ternak 40% dijual langsung ke konsumen, 10% untuk konsumsi keluarga, 50% untuk keperluan upacara adat.
(2) Potensi Perikanan
Masyarakat Desa Lewoloba menyadari bahwa, hidup ini hanya bertani saja sudah cukup, akan tetapi melaut juga merupakan mata pencaharian tambahan untuk menambah pemenuhan
kebutuhan hidup sehari-hari. Kurang lebih 15% masyarakat Desa Lewoloba yang bermata pencaharian sebagai nelayan dengan menggunakan alat tangkap yang sangat sederhana yaitu, sampan dayung atau jukung.
a. Jenis alat produksi budidaya ikan laut yang dimiliki oleh masyarakat:
Pancing
Sampan dayung
Pukat
Jukung
b. Jenis ikan dan produksi:
Ikan tongkol
Ikan kerapu
Ikan tembang
Ikan cakalang
Ikan pari
c. Pemasaran hasil perikanan
Hasil ikan 80% dijual langsung ke konsumen, 20% untuk konsumsi sendiri.
Potensi Sumber Daya Air
Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, masyarakat Desa Lewoloba memanfaatkan air yang bersumber dari mata air pegunungan (Waibelen) yang dikelola desa, dan air yang dikelola PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) dengan pemanfaatan untuk minum dan MCK (Mandi, Cuci, Kakus).
Pariwisata
Teluk Oka yang memiliki garis pantai yang panjang, indah, dan sejuk cukup menarik minat wisatawan lokal untuk berkunjung ke sana. Air terjun Waibelen, yang juga menjadi sumber air bagi penduduk Lewoloba, sangat menarik untuk dikunjungi. Meningkatnya perhatian masyarakat terhadap budaya mulai tumbuh ketika jasad (Kulit Kamak) Belawa Burak didatangkan dari Waiburak, Adonara Barat pada tahun 2008. Bertepatan dengan itu, dibangunlah sebuah Korke / rumah adat Lewoloba sebagai tempat menyemayamkan jasad Belawa Burak. Konstruksi dan arsitekturnya yang rumit dan unik telah menjadikan Lewoloba sebagai alternatif menghabiskan liburan di Kota Larantuka.