Konvergensi teknologi, juga dikenal sebagai konvergensi digital, adalah kecenderungan berbagai teknologi yang pada mulanya tidak terkait menjadi terintegrasi lebih dekat dan bahkan menyatu di saat teknologi tersebut berkembang. Sebagai contoh, jam tangan, telepon, televisi, komputer, dan media sosial bermula sebagai teknologi yang terpisah dan sebagian besarnya tidak terkait satu sama lain, tetapi telah menyatu dalam berbagai cara menjadi bagian-bagian dari industri telekomunikasi dan media yang saling terhubung, memiliki elemen-elemen elektronika digital dan perangkat lunak yang sama.
Konvergensi media
Salah satu dampak konvergensi teknologi adalah konvergensi media. Konvergensi media adalah penggabungan atau pengintegrasian media-media yang ada untuk digunakan dan diarahkan ke dalam satu titik tujuan.[1] Konvergensi media biasanya merujuk pada perkembangan teknologi komunikasi digital yang dimungkinkan dengan adanya konvergensi jaringan.
Konvergensi jaringan adalah koeksistensi efisien telepon, video dan komunikasi data dalam satu jaringan.[2] Penggunaan beberapa mode komunikasi dalam jaringan tunggal menawarkan kenyamanan dan fleksibilitas bukan tidak mungkin dengan prasarana yang terpisah.[2][1]
Perkembangan
Konvergensi pada umumnya berarti persimpangan media lama dan baru. Henry Jenkins menyatakan bahwa konvergensi adalah,
Aliran konten di platform beberapa media, kerja sama antara industri beberapa media, dan perilaku migrasi khalayak media.[3]
Konvergensi media tidak hanya pergeseran teknologi atau proses teknologi, namun juga termasuk pergeseran dalam paradigma industri, budaya, dan sosial yang mendorong konsumen untuk mencari informasi baru.[3] Konvergensi media terjadi dengan melihat bagaimana individu berinteraksi dengan orang lain pada tingkat sosial dan menggunakan berbagai platform media untuk menciptakan pengalaman baru, bentuk-bentuk baru media dan konten yang menghubungkan kita secara sosial, dan tidak hanya kepada konsumen lain, tetapi untuk para produsen perusahaan media.[3]
Gerakan konvergensi media tumbuh secara khusus dari munculnya Internet dan digitalisasi informasi.[3] Konvergensi media ini menyatukan 3C yaitu computing (memasukkan data melalui komputer), communication (komunikasi), dan content (materi isi/ konten).[3] Teori konvergensi media yang diteliti oleh Henry Jenkins pada tahun 2006, menyatakan bahwa konvergensi media merupakan proses yang terjadi sesuai dengan perkembangan budaya masyarakat.[3]
Pendorong
Perubahan perilaku konsumen:
Pada tahun 2009 sebuah penerbitan surat kabar media di Amerika SerikatThe Boston Globe menunggu nasib untuk ditutup atau diteruskan oleh investor baru.[4] Performa koran yang sudah berusia 137 tahun itu terus merosot karena perubahan perilaku konsumen membaca berita.[4]Oplah menurun 14 persen dalam enam bulan pada tahun 2009.[4]
Tahun 2009 di Amerika Serikat merosotnya sirkulasi dan pendapatan dari iklan juga memaksa surat kabar Tribune Co. memutuskan hubungan kerja 61 orang dari 205 tim berita The Baltimore Sun.[4] Sepekan sebelumnya, Chicago Tribune juga merumahkan 53 karyawan ruang redaksi.[4]
Munculnya fenomena konvergensi media ini, memaksa media konvensional melebarkan sayap dan masuk ke dalam jaringan internet untuk dapat mempertahankan atau memperluas bisnisnya.[1]Jurnalisme konvergensi melibatkan kerjasama antara jurnalis media cetak, media siar, dan media Web (daring) untuk menghasilkan berita terbaik yang dimungkinkan, dengan menggunakan berbagai sistem penyampaian.[1] Hal ini menyebabkan berkembangnya media konvensional menjadi digital.[1]
Di dunia, contoh bentuk diversifikasi media dari bentuk konvensionalnya menjadi bentuk digitalnya terdapat pada contoh berikut:
Aplikasi teknologi komunikasi terbukti mampu menjembatani jalur transportasi pengiriman informasi media kepada khalayaknya.[6] Akibatnya muncul jurnalisme online yang membuat wartawan untuk terus-menerus memperbaharui informasi yang mereka tampilkan seiring dengan temuan-temuan baru di lapangan.[6] Dalam konteks ini, konsekuensi lanjutnya adalah berkurangnya fungsi editor dari sebuah lembaga pers karena wartawan relatif mempunyai kebebasan untuk segera memasukan informasi baru tanpa terkendala lagi oleh mekanisme kerja lembaga pers konvensional yang relatif panjang.[6]
Interaktivitas dan media baru
Interaktivitas telah menjadi istilah untuk sejumlah pilihan media baru yang berkembang dari penyebaran cepat jalur akses internet, digitalisasi media, dan konvergensi media.[7] Definisi interaktifitas menggantikan komunikasi satu arah pada media massa konvensional dengan kemungkinan komunikasi dua arah dari web.[8] Setiap individu dengan teknologi tepat guna sekarang dapat menghasilkan media online-nya dan termasuk gambar, teks, dan yang lainnya.[8]
Perkembangan teknologi media baru adalah metode baru bagi seniman untuk berbagi pekerjaan mereka dan berinteraksi dengan dunia besar.[9].Unsur lain dalam interaktivitas termasuk radio dan televisi, surat untuk editor, partisipasi pendengar dalam program tersebut, komputer dan program-program aplikasi teknologi.[9]