Konferensi Tingkat Tinggi Asia–Afrika 2015 adalah pertemuan antara para kepala negara negara-negara Asia dan Afrika yang diadakan di Jakarta dan Bandung, Indonesia dari 19-24 April 2015. Konferensi ini dilaksanakan untuk memperingati 60 tahun Konferensi Asia-Afrika yang pertama di Bandung pada tahun 1955.[1] Pembukaan resminya dilakukan pada 22 April oleh Presiden Indonesia Joko Widodo.
Konferensi Asia Afrika 2015 telah menghasilkan 3 dokumen yaitu Pesan Bandung 2015 (Bandung Message), Deklarasi Penguatan Kemitraan Strategis Baru Asia Afrika (NAASP) dan Deklarasi kemerdekaan Palestina.[2]
Lokasi
Ada dua tempat yang digunakan untuk penyelenggaraan KTT tahun 2015. Tempat penyelenggaraannya sama dengan KAA 2005:
Agenda Kegiatan
Pada rangkaian KAA 2015 ini diawali dengan pertemuan tingkat pejabat tinggi (senior official meeting) pada tanggal 19 April 2015, diikuti oleh pertemuan tingkat menteri (ministerial meeting) pada 20 April dan pertemuan tingkat kepala negara (leaders Meeting) pada 22—23 April 2015, yang digelar di Jakarta. Kemudian, pada 24 April 2015 diselenggarakan puncak Peringatan HUT Ke-60 Konferensi Asia Afrika di Bandung. Rangkaian kegiatan ini juga diisi oleh acara pertemuan "Asia-Africa Business Summit" di Jakarta pada tanggal 21—22 April 2015, sebagai acara pendamping (side event).
Pada acara puncak Peringatan Ke-60 KAA di Bandung, juga diisi dengan acara "Asian-African Carnaval", di mana karnaval ini menampilkan beberapa parade kostum dan musik yang dimeriahkan oleh sekitar 1000 peserta dari 70 negara partisipan di kawasan Asia dan Afrika. Selain itu, diselenggarakan acara "New Asia Africa Youth Conference" yang dihadiri oleh para delegasi muda dari negara-negara di kawasan Asia dan Afrika.[3]
Peserta
KTT Asia-Afrika 2015 diikuti sebanyak 89 kepala negara/pemerintahan dari 109 negara di kawasan Asia dan Afrika, 17 negara pengamat dan 20 organisasi internasional, dan 1.426 perwakilan media domestik dan asing.
Para peserta di antaranya adalah Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, Presiden Tiongkok, Xi Jinping, Perdana Menteri Malaysia, Najib Tun Razak, Presiden Myanmar, Thein Sein, Raja Swaziland, Mswati III dan Perdana Menteri Nepal, Sushil Koirala.
Referensi
Pranala luar