Komunitas Seni SakatoSingkatan | KSS |
---|
Tanggal pendirian | 1995 |
---|
Tipe | NGO |
---|
Tujuan | Seni budaya |
---|
Lokasi | |
---|
Jumlah anggota | Lebih dari 100 orang |
---|
Komunitas Seni Sakato atau KSS atau Sakato Art Community adalah suatu kelompok seniman seni rupa (perupa) Indonesia yang para anggotanya berasal dari Sumatera Barat atau beretnis Minangkabau. Kelompok yang mayoritas anggotanya merupakan mahasiswa serta alumni Institut Seni Indonesia Yogyakarta ini lahir pada tahun 1995 di kota Yogyakarta, DIY, dan beranggotakan lebih dari seratus orang pelukis dan pematung .[1]
Sakato Art Community kemudian juga melahirkan beberapa kelompok yang lebih kecil, seperti Kelompok Seni Rupa Jendela (KSR Jendela, yang lahir tahun 1996), Kelompok Genta (1998), Kelompok Semoet, dan lainnya, sehingga diistilahkan sebagai rumah di dalam rumah.[2]
Dalam perjalanan sejarahnya, Sakato Art Community telah melahirkan perupa-perupa Indonesia yang bertaraf nasional dan internasional, seperti Handiwirman Saputra, Jumaldi Alfi, Mohammad Irfan (M. Irfan), Rudi Mantofani, Yunizar, dan Zulfa Hendra, yang masuk dalam kelompok lima ratus pelukis terlaris dunia versi Top 500 Artprice 2008/2009 yang disusun oleh sebuah lembaga analis perkembangan pasar seni rupa dunia, Artprice, yang berbasis di Paris, Prancis.[3]
Komunitas Seni Sakato tidak hanya melahirkan pelukis-pelukis ternama, tetapi juga telah mencuatkan beberapa nama pematung yang dikenal di dunia seni rupa, seperti Abdi Setiawan, Basrizal Albara, Yusra Martunus, dan beberapa nama lainnya.
Pada 15 Maret 2019, Zulfirman Syah, salah seorang anggota Sakato Art Community, menjadi korban dalam penembakan yang terjadi di dua masjid di Christchurch, Selandia Baru.[4]
Rujukan
Pranala luar