Kedungmoro, Kunir, Lumajang
Batas wilayahBatas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut:
Pembagian wilayah
SejarahDi Dusun Kedungsari, pada tahun 2013 telah ditemukan reruntuhan suatu bangunan kuno yang terbuat dari batu bata. Dari adanya relief-relief arca berbahan bata merah, di antaranya menggambarkan Dewi Durga, kuda, dan juga genta, diperkirakan reruntuhan struktur itu berasal dari sebuah candi, yang kini disebut Candi Kunir atau Candi Kedungsari.[1][2][3] Temuan tersebut menunjukkan bahwa wilayah Kedungsari, dan Kedungmoro pada umumnya, memiliki sejarah yang panjang sebagai tempat ibadah dan mungkin juga permukiman di masa lalu. Dalam hal ini kemungkinan erat kaitannya dengan toponimi (nama lokasi) Kunir [dan] Basini yang disebut-sebut dalam Kitab Nagarakretagama pupuh 22:4 sebagai tempat yang dilalui oleh Raja Hayam Wuruk dalam perjalanannya di wilayah Lamajang (Lumajang).[4][5] Sejarawan Th.G.Th. Pigeaud menduga Kunir dalam kitab babad tersebut sebagai wilayah Kunir di Lumajang sekarang.[6] PotensiKedungmoro adalah desa agraris, sekitar 90% penduduknya mempunyai pendapatan dari bidang pertanian, terutama padi dan jagung, serta hasil buah-buahan berupa jeruk dan pepaya jenis thailand. Perikanan yang banyak dilakukan berupa pembibitan ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) di Dusun Kedungsari RT 05 RW 02, yang produktivitasnya mencapai 40.000 ekor/bulan. Selama ini produksi sudah bisa mencapai pemasaran keluar Kabupaten Lumajang, contohnya ke Jember dan Probolinggo. Harga perekornya tergantung pada ukuran benih ikan yang berkisar antara Rp3-40 per ekor. Catatan kaki
|