Katang kepala-merah (Bungarus flaviceps) adalah spesies katang yang endemik di Asia Tenggara. Sebutan "katang kepala-merah" mengacu pada warna kepalanya yang kemerah-merahan. Sebutannya dalam bahasa inggris, Red-headed krait, juga mengacu pada ciri-ciri tersebut.
Deskripsi
Panjang tubuh katang kepala-merah berkisar antara 1.2 sampai 1.5 meter, dan paling panjang mencapai 2.1 meter.[1][2] Kepala dan ekornya berwarna merah cerah. Tubuh bagian atas (dorsal) berwarna hitam dan dihiasi dengan garis berwarna putih kebiruan di sepanjang sisi badannya.[3] Bagian bawah tubuhnya (ventral) berwarna keputihan. Pewarnaan ular ini nyaris mirip dengan ular cabai besar (Calliophis bivirgatus), tetapi pada ular cabai besar, ventralnya berwarna kemerahan.[4]
Sisik-sisik (scalation) dorsal tersusun sebanyak 13 baris di bagian tengah badan, dengan sisik-sisik vertebral (paling atas) berukuran lebih besar dibandingkan sisik dorsal lainnya. Sisik ventral pada ular jantan sebanyak 220 sampai 236 buah, sedangkan pada ular betina sebanyak 193 sampai 217 buah. Sisik subkaudal tidak terbagi, berjumlah 47 sampai 53 sisik pada ular jantan, dan 42 sampai 54 sisik pada ular betina.[5]
Habitat utamanya adalah hutan dataran rendah hingga ketinggian 900 meter. Ular ini jarang ditemukan di sekitar pemukiman manusia.[2][4]
Perilaku
Katang kepala merah adalah ular yang aktif pada malam hari (nokturnal) dan berkelana tidak jauh dari sumber air. Makanan utamanya adalah ular jenis lain yang lebih kecil darinya. Selain ular lain, ular ini juga memangsa kadal, kodok, dan beberapa hewan kecil lainnya. Seperti jenis katang lainnya, ular ini bukan ular yang agresif. Jika merasa terganggu, ular ini lebih memilih untuk menyembunyikan kepalanya di bawah gulungan badannya. Akan tetapi, saat malam hari, ular ini menjadi sangat aktif dan berbahaya.[6]
Bisa
Seperti jenis katang lainnya, katang kepala-merah adalah ular berbisa yang sangat mematikan, tetapi kasus gigitan ular ini sangat jarang.[7] Bisa ular ini bersifat neurotoksin (mampu melumpuhkan jaringan saraf), korban gigitan ular ini akan mengalami gejala paralisis, kesulitan bernapas, dan jika tidak ditangani dengan benar dapat menyebabkan kematian.[6]
^Tan NH, Fung SY, Ponnudurai G (2010). "Enzymatic and immunological properties of 'Bungarus flaviceps' (red-headed krait) venom". Journal of Venomous Animals and Toxins Including Tropical Diseases. 16 (1): 147–154. doi:10.1590/S1678-91992010005000009.
^"Red-headed krait". Naturemalaysia.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 3 March 2012. Diakses tanggal 1 March 2013.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
Loveridge, 1938 : New snakes of the genera Calamaria, Bungarus and Trimeresurus from Mt. Kinabalu, North Borneo. Proceedings of the Biological Society of Washington, vol. 51, p. 43-46 (lihat teks).
Reinhardt, 1843 : Beskrivelse af nogle nye Slangearter. Det Kongelige Danske videnskabernes Selskabs Skrifter, vol. 10, p. 233-279 (lihat teks).