Kailolo, Pulau Haruku, Maluku Tengah
Kailolo adalah negeri di Kecamatan Pulau Haruku, Maluku Tengah, Maluku, Indonesia. GeografiNegeri ini berada di pesisir barat laut Pulau Haruku, di pertemuan antara Selat Seram[a] dengan Selat Haruku. Selat Haruku memisahkan negeri ini dengan negeri Liang di Jazirah Salahutu, Pulau Ambon. Pulau Pombo yang terletak di tengah Selat Haruku saat ini berstatus sebagai taman wisata alam (TWA). Perairan di sekitar pulau, sebagiannya merupakan wilayah petuanan laut Kailolo.[1] Adat dan pemerintahanKailolo dipimpin oleh seorang raja yang bergelar sebagai upu latu. Upu latu Kailolo dijabat oleh matarumah parentah Marasabessy (teun Nurlembe) dan Ohorella secara bergantian dan turun-temurun. Di antara kedua matarumah parentah, Marasabessy merupakan yang memerintah paling lama dan rumah tua Nurlembe milik matarumah ini merupakan rumah tua tertinggi dalam tatanan adat di Kailolo.[2] Secara budaya, Kailolo tergolong sebagai negeri patalima dengan baileo-nya yang bernama ashari. Hubungan sosialHubungan dengan negeri-negeri tetanggaKailolo merupakan satu dari empat negeri di pesisir barat dan utara Pulau Haruku yang penduduknya beragama Islam. Tiga negeri Islam lainnya meliputi Rohomoni, Kabauw, dan Pelauw. Kailolo bersama ketiga negeri Muslim serta satu negeri Sarane (Kristen) yang berada di pesisir timur pulau, Hulaliu pada zaman dahulu tergabung ke dalam suatu uli (serikat) atau persekutuan adat kuno, yang dikenal dengan nama Amarima Hatuhaha atau Uli Hatuhaha.[3] Hatuhaha sendiri merupakan salah satu dari dua uli di Pulau Haruku. Kailolo menganggap negeri-negeri Hatuhaha sebagai orang basudara. Dalam konflik Maluku tahun 1999 yang bernuansa SARA, Kailolo terlibat dalam penyerangan dan penghancuran Negeri Kariu sebagaimana diberitakan oleh The Jakarta Post pada 12 Januari 2000.[3] Namun, dalam peristiwa konflik antara Pelauw dan Dusun Ori dengan Kariu yang dikenal sebagai Kerusuhan Haruku 2022, Kailolo melalui raja dan jajaran pemerintah negeri menyatakan bahwa mereka tidak terlibat dan tidak turut serta dalam konflik tersebut. Mereka juga mendukung pemulangan kembali pengungsi Kariu ke negeri asal mereka. PelaKailolo ber-pela dengan dua negeri Sarane, yakni Nalahia di Pulau Nusalaut dan Tihulale di Pulau Seram. Tidak banyak yang diketahui perihal hubungan pela antara Kailolo dengan Nalahia. Namun, terdapat cerita yang menarik mengenai hubungan dengan Tihulale. Menurut cerita lisan, Tihulale adalah salah satu negeri yang terlibat dalam Perang Alaka sebagai bala bantuan di pihak Uli Hatuhaha, bersama dengan Negeri Oma dan Tuhaha Konon, ketiga negeri pemberi bantuan ini mengikat pela dengan Amarima Hatuhaha. Namun, seiring waktu, hubungan pela antara Amarima Hatuhaha dengan Oma hanya diakui dan dilestarikan di Pelauw. Hubungan pela antara Amarima Hatuhaha dengan Tuhaha hanya diakui dan dilestarikan di Rohomoni. Sementara hubungan pela dengan Tihulale, telah dilupakan di Tihulale, sampai akhirnya karena saling membantu pembangunan rumah ibadah, Tihulale dan Kailolo mengikrarkan hubungan pela 88 tahun silam.[4] Dalam daftar yang dibuatnya, Dieter Bartels menyebutkan bahwa Kailolo juga memiliki ikatan pela dengan Haria di Pulau Saparua. Namun, ikatan tersebut sudah tidak berfungsi (broken) dan tidak lagi diingat di kedua negeri. Menurut cerita, Kapitan Manuhutu dari Haria dimintai bantuan oleh Negeri Hative yang kewalahan berperang melawan Soya. Dalam perjalanannya ke Ambon, Kapitan Manuhutu singgah untuk meminta izin melewati pertuanan beberapa negeri, di antaranya Kailolo, Lilibooi, dan Tawiri. Setelah diizinkan lewat, Haria mengangkat pela terhadap negeri-negeri tersebut. Saat ini, Kailolo tengah menjajaki hubungan yang baik dengan Negeri Saleman dan bisa jadi dalam waktu dekat akan mengikrarkan hubungan pela, yang menjadikannya salah satu pela kontemporer yang terbaru sekaligus pela antarnegeri Salam yang paling anyar. Khususnya negeri-negeri Salam di Maluku Tengah, jarang mengikat hubungan pela karena memandang bahwa agama Islam dan ukhuwah sudah menyatukan mereka. Catatan
Referensi
|