Jama'ah Shalahuddin Universitas Gadjah Mada (atau Jama'ah Shalahuddin UGM, biasa disingkat JS UGM atau JS saja) adalah sebuah unit kegiatan mahasiswa (UKM) tingkat universitas di Universitas Gadjah Mada (UGM) yang bergerak di bidang kerohanian Islam (biasanya juga disebut sebagai Lembaga Dakwah Kampus). Organisasi ini berdiri pada tahun 1976, menjadikannya salah satu UKM kerohanian Islam universitas pertama di Indonesia.[1] Organisasi ini bertempat di kompleks Masjid Kampus UGM.
Sejarah
Gagasan membentuk JS UGM dimulai dari kegiatan Maulid Pop pada tahun 1974-1975, yang diselenggarakan oleh Dewan Mahasiswa UGM untuk menyambut hari yang diyakini sebagai Maulid Nabi Muhammad; kegiatan tersebut sukses menghadirkan tokoh-tokoh budaya dan seniman terkemuka mulai dari Amri Yahya, Syu'bah Asa, Taufiq Ismail, hingga Y.B. Mangunwijaya yang tidak beragama Islam. Organisasi tersebut didirikan pada tahun 1976 bersamaan dengan kegiatan Ramadan di UGM bernama Ramadhan in Campus; kegiatan ini kemudian berganti nama menjadi Ramadhan di Kampus UGM dan diselenggarakan setiap tahun hingga saat ini. Nama "Shalahuddin" diambil dari tokoh Islam Salahuddin Ayyubi.[2]
Pada tahun 1978 pemerintah melalui Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pernah memerintahkan rektor UGM untuk membubarkan JS UGM, oleh karena pengurusnya mengikuti demonstrasi menentang pemberlakuan NKK/BKK pada masa Orde Baru. Perintah tersebut ditolak oleh rektorat saat itu.[2]
Walau telah dibentuk pada tahun 1976, JS UGM masih berupa organisasi yang belum diakui kampus. JS UGM baru resmi diakui sebagai UKM pada tahun 1987 oleh Koesnadi Hardjasoemantri selaku rektor UGM kala itu, sehingga mendapatkan sekretariat di Gelanggang Mahasiswa UGM. JS UGM kemudian memindahkan sekretariatnya ke Masjid Kampus UGM pada akhir tahun 1999.[2]
Kegiatan
Ramadhan di Kampus UGM
JS UGM dikenal karena menyelenggarakan acara Ramadhan di Kampus UGM (RDK). Diselenggarakan sejak tahun 1976, acara yang diadakan setiap bulan Ramadan tersebut menghadirkan berbagai kegiatan seperti kajian buka puasa, pembagian konsumsi buka puasa, dan kegiatan lainnya.
Pada acara Ramadhan in Campus 1985, Emha Ainun Nadjib mementaskan sebuah puisi bertajuk Lautan Jilbab. Pentas tersebut kemudian ditampilkan di berbagai kota di Indonesia.[3]
Shalahuddin Press
Pada awal dekade 1980-an, Jamaah Shalahuddin UGM membentuk penerbit buku bernama Shalahuddin Press. Shalahuddin Press menerbitkan sejumlah buku keislaman alternatif, di samping majalah Gelanggang.[4] Meski tidak berumur lama, penerbit ini menjadi bagian dari fenomena menjamurnya penerbit buku Islam pada dekade tersebut,[5] dan menjadi salah satu pelopor penerbit buku alternatif di Yogyakarta dan sekitarnya.
Beberapa buku yang diterbitkan dengan nama Shalahuddin Press (dan Jama'ah Shalahuddin UGM) sepanjang dekade 1980-an dan 1990-an antara lain (diurutkan berdasar abjad dan tahun):
Di tahun 1987, JS UGM menginisiasi program Asistensi Agama Islam (AAI), yang sebelumnya bernama Pendampingan Agama Islam (PAI).[1] AAI kemudian berkembang hingga dicabut oleh rektorat UGM pada tahun 2014.[12][13]