Pengetua Kampung Jaar-Sanggarwasi
|
Sultan Banjar
|
Keterangan
|
Damhong Jawa 1550-1595
|
Sultan Rahmatullah Sultan Hidayatullah 1
|
Damhong Jawa dilahirkan waktu Islam masuk ke Tanah Dusun kecuali Paju IV
|
Damhong Halang 1595-1628
|
Sultan Musta'in Billah (Pg. Senapati)
|
Jaman Uria Mapas Negara & Putri Mayang Sari. Putera ke-2 Damhong, Ului Unro (Uria Biring) 1551 – 1585 (Gaib). Putri Mayang Sari menamakan Sanggar Jatang menjadi Sanggar Wasi dan Beliau dimakamkan di Jaar.[2]
|
Damhong Wato 1628-1650
|
Sultan Musta'in Billah (Raja Maruhum)) Sultan Inayatullah (Dipati Tuha)
|
|
Damhong Wijaya Meto 1650-1688
|
Sultan Saidullah (Kasuma Alam) Sultan Ri'ayatullah (1660-1663) Sultan Agung (1663-1679)
|
Damhong Wijaya Meto putera Uria Mapas dan Si Rapet (anak Patih Talam)
|
Damhong Wijaya Jati 1688-1735
|
Sultan Amrullah Bagus Kasuma (1679-1700). Sultan Tahmidillah 1 (1700-1717). Panembahan Kusuma Dilaga (1717-1730)
Sultan il-Hamidullah (1730-1734).
|
Sultan il-Hamidullah juga dikenal sebagai Sultan Kuning nenek moyang Pangeran Antasari.
|
Damhong Wijaya Arang 1735-1765
|
Sultan Tamjidillah 1 (1734-1759) .Sultan Muhammad Aliuddin Aminullah (1759-1761).
|
Sultan Muhammad Aliuddin Aminullah putera Sultan il-Hamidullah
|
Tumanggung Sompok 1765-1790
|
Sultan Tahmidillah 2 (Sultan Batu) 1761-1801
|
Sultan Tahmidillah 2 putera Sultan Tamjidillah 1
|
Tumanggung Gayo 1790-1810
|
Sultan Sulaiman al-Mu'tamidullah (1801-1825)
|
Sultan Sulaiman al-Mu'tamidullah putera Sultan Tahmidillah 2
|
Patinggi Wasi 1810-1835
|
Sultan Adam (1825-1857)
|
Sultan Adam Al-Watsiq Billah putera Sultan Sulaiman al-Mutamidullah
|
Patinggi Baris 1835-1859
|
Sultan Tamjidillah 2 (1857-1859)
|
Sultan Tamjidillah 2 Al-Watsiq Billah putera Sultan Muda Abdul-Rahman
|
Tewoeng 1859
|
Regent Amuntai Adipatie Danoe Radja
|
TEW0ENG, seorang tua yang dihormati, lahir di Mengkatip, lalu tinggal di Sanger-Wassi (lanskap Pattei), Singa atau kepala kampung Sanger-Wassi dan Djaär, mengirimkan orang dan makanan dan menyediakan rumahnya untuk menginap Pangeran Antasari dan Goesti Umar beserta sekitar 50 orang pasukan Antasari dan membantu mereka dalam pengangkutan barang bawaan mereka, disertai oleh sembilan penduduk kampung Sanger-Wassi ke Ringkau-Kattan, dari sana TEW0ENG dan bawahannya kembali ke kampung mereka dan Antasari melanjutkan perjalanannya ke Doessoen-0loe. TEW0ENG dijatuhi hukuman oleh pemerintah kolonial Belanda karena menyediakan akomodasi di desa Sanger-Wassi, dan membantu Antasari dengan bahan makanan dan dengan tenaga kerja pribadi. menyatakan dia bersalah karena menyediakan perumahan dan dukungan dalam bahan makanan, pasukan dan tenaga kerja pribadi untuk menjaga kepala dan para pendukung pemberontakan terhadap otoritas hukum Hindia Belanda di Selatan dan Timur Borneo karenanya menghukumnya di luar hukuman mati, yang terdiri dari kerja paksa dalam rantai, selama lima belas tahun berturut-turut, di tempat di divisi Kalimantan Selatan dan Timur, yang akan ditentukan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, didahului oleh pameran di bawah tiang gantungan, selama setengah jam, dan melunasi dalam biaya persidangan.[3]
|