Hubungan Mesir dengan Malaysia adalah hubungan bilateral luar negeri antara Mesir dan Malaysia. Mesir memiliki sebuah kedutaan di Kuala Lumpur,[1] dan Malaysia memiliki sebuah kedutaan di Kairo.[2] Malaysia dan Mesir merupakan anggota dari Kelompok D-8 Negara Berkembang (Developing 8 Countries) bersama sejumlah negara Islam berkembang lainnya.
Sejarah
Kedua negara tela memiliki hubungan yang baik sejak 1957 karena banyak mahasiswa Malaysia yang belajar di Universitas Al-Azhar.[3] Pada tahun 1979, Presiden Hosni Mubarak mengadakan kunjungan resmi ke Malaysia (sebagai seorang Wakil Presiden pada saat itu), sedangkan pada April 2003 Perdana Menteri MalaysiaMahathir Mohamad mengadakan kunjungan kerja ke Mesir.[4] Sebelum pendirian kedutaan Malaysia pada tahun 1960, sebuah Asosiasi Malaya di Mesir telah didirikan pada tahun 1930 dan memiliki kantor yang diberikan oleh Presiden MesirGamal Abdel Nasser pada tahun 1959. Sejak saat itu, hubungan bilateral kedua negara berjalan dengan baik.[5]
Hubungan ekonomi
Investasi utama Malaysia di Mesir adalah dalam bidang minyak dan gas, yang dilaksanakan oleh Petronas.[6] Saat ini, kedua negara sedang dalam proses untuk meningkatkan kerja sama ekonomi.[7] Sebuah pusat perdagangan Malaysian juga telah direncanakan untuk dibangun dan sebuah komisi dagang gabungan akan dibentuk.[8][9] Sebuah perjanjian kerja sama ekonomi antara kedua negara mengenai investasi gabungan dan peningkatan hubungan ekonomi juga telah disepakati.[10] Pada September 2012, Malaysia melalui Kementerian Luar Negeri nya, dan Mesir melalui Mohamed Kamel Amr, sepakat untuk meningkatkan perdagangan dan investasi bilateral, juga dalam bidang teknologi dan energi pada Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York. Kedua negara telah setuju untuk melaksanakan pertukaran kunjungan oleh Menteri Perdagangan masing-masing. Kamel Amr menyatakan keinginan Mesir untuk belajar dari Malaysia dengan tujuan mengembangkan politik dan ekonomi sosial negaranya. Malaysia dengan sukarela membagikan pengalamannya dalam mempercepat perkembangan negaranya.[11] Di sektor swasta, Malaysia dan Mesir telah membentuk grup spesifik untuk membahas dan mengatasi berbagai isu terkait sektor swasta kedua negara, termasuk standar halal, aktivitas penilaian kesesuaian, hingga kolaborasi UKM.[12]